Arifin bersiul ke arah cewek-cewek yang asyik berselfie tak jauh darinya dan syukurlah dicuekin. Kalau dilihat dari badge seragam, sepertinya dari salah satu SMK di Ciwidey, Bandung Selatan.
Sore itu, memang dipenuhi anak-anak sepantaran mereka yang masih memakai seragam. Sama-sama merayakan pembagian rapor menjelang liburan semesteran.
"Hey, cewek, gabung yuk!" seru Arifin norak.
Cewek-cewek yang dipanggilnya ada yang cekikikan, banyak juga yang melengos.
"Ayo, atuh!" Arifin ndablek.
"Embung! (Nggak mau)" salah satu dari mereka akhirnya menyeletuk kasar. Menolak.
Deraian tawa langsung pecah, baik dari kubu si cewek, maupun kubu si Arifin sendiri.
Abichandra CS memang sedang duduk di salah satu meja di Glamping Lakeside yang merupakan restoran baru yang berbentuk perahu pinisi. Letaknya persis di dekat danau Patengan, dikelilingi perkebunan teh yang hijau dan berhawa segar. Keindahannya sungguh tak terlukiskan.

"Sombong amat. Ntar cinta loh, Neng!" Arifin menebalkan muka. Mengkhususkan pandangannya pada si cewek yang kasar tadi. Kebetulan, justru si cewek itulah yang paling kece diantara teman-temannya
"Iyuh, najis!" si cewek bergidik jijik. Dia lalu ngajakin temen-temennya cabut dari situ. Tujuan mereka memang bukan untuk makan, cuma pengen numpang selfie doang.
"Najisnya apa, Neng? Mukhafafah apa mugholadzoh? Cuci pake tanah aja gampang najis mah, Neng. Asal Neng yang nyucinya, ya!" seru Arifin sambil nyengir ke rombongan cewek-cewek yang berlalu.
Bukannya tertawa kecil, kali ini Abichandra CS ngakak sampai terbatuk-batuk. Ini dia momentum yang paling mereka suka. Ketika Arifin untuk ke sekian juta kalinya ditolak cewek-cewek. Jahat ya mereka. Biarin. Biar Arifin kapok. Tapi menurut pengalaman, tidak pernah ada kapoknya anak itu. Terus saja mengulangi kesalahan yang sama.
"Makanya ganti strategi atuh, Fin" Chandra susah payah menghentikan tawa, sambil menyeka air mata di sudut matanya
"Cewek jaman sekarang mah nggak mempan digodain begitu. Maneh kira ini abad 90 an? Cik atuh millennium gini mah ganti taktik. Yang rada elegan!" Teuku menjabarkan si sela tawanya.
"Nu kumaha sih elegan-elegan teh? (Yang gimana sih elegan itu?)! Teu ngarti (Nggak ngerti) aing mah!" Arifin cuek.
"Asik. Kadie mang soda susu mah nu simkuring! (Sini soda susu punya saya!)" Arifin lalu fokus ke soda susu pesenannya yang baru aja dateng, berikut spageti ala-ala nya.
"Tah elegan teh nu kieu, Fin! (Nih, elegan itu yang gini)" Abichandra inisiatif menambahkan dua sendok sambal cabe sekaligus ke piring Arifin.
"Yang kayak gini juga!" giliran Wisnu menambahkan sesendok penuh garam diatas spageti Arifin.