Abichandra tak pernah menyangka, dia akan mencicipi hal begini. Terbayang saja tidak. Melakukan konvoi motor menjelang tengah malam (midnight). Kecuali motor Abichandra, teman-temannya yang lain tampak sengaja mematikan lampu. Entah kenapa. Lalu kira-kira dua puluh menit kemudian, Satria memimpin rombongan untuk berhenti di depan bangunan sederhana yang letaknya agak terpencil dari rumah penduduk terdekat.
Abichandra dan Wisnu terpana memandangi tempat itu. Warung doyongkah? Kafe plus-plus atau warung remang-remang?
Jangan-jangan malah tiga-tiganya!
Suasananya sangat temaram, mungkin hanya menggunakan bohlam chiyoda. Dari dalam rumah terdengar hingar bingar musik dangdutan pantura. Di pelatarannya ada beberapa cowok dewasa dan tua mojok dengan pasangannya. Rata-rata cewek di sana berpenampilan seksi. Jins belel dan kaus ketat. Malah ada yang nekat pakai gaun terawang tanpa bahu dan kainnya hanya terjulur sampai paha, padahal udaranya benar-benar tidak bersahabat banget! Cewek-cewek belia itu bergelendot manja, dan kemesraannya overdosis. Terlihat seperti sengaja dibuat mesra. Tidak natural.
Astagfirllohaladziiiim. Jenis mimpi buruk apa lagi ini? Abichandra menelan ludah. "Ini tempat apaan, Sat?" tanyanya pada Satria, ketika seluruh motor sudah diparkir.
Satria nyengir jahil. "Masa belom ketebak, Bi?"
Beberapa cewek seksi di pelataran langsung berbinar-binar melihat kedatangan para berondong muda nan keren-keren. Tapi berhubung mereka sedang ada janji carteran, jadinya cuma bisa kelihatan putus asa.
Wisnu mencolek-colek pinggang Abichandra. "Bi, pulang yuuuk. Aku takut. Serem..." bisiknya, gemetaran.
"Entar, Wis. Bentaran lagi!" Abichandra balas berbisik.
"Aduh, Biiii..." rengek Wisnu, meremas erat bagian belakang jaket Abichandra sembari mengekorinya seperti anak bebek, ke mana pun cowok itu melangkah.
Satria berjalan santai masuk ke dalam ruangan, disusul teman-teman lainnya. Membuat Abichandra dan Wisnu tak punya pilihan selain mengikuti. Satria lalu mengajak rombongannya duduk di pojokan, menghempaskan pantatnya di atas sofa kulit yang sudah gompal sana sini. Beberapa kawannya menyebar.
Ada yang mengambil minuman di meja bar, ada juga yang mengikuti teladan Satria nangkring di sofa. Termasuk Arifin, Teuku dan Chandra. Mereka tampak mencuri pandang dengan takut-takut ke arah Abichandra, sembari pura-pura sibuk membaca daftar menu.
Namun Abichandra tidak sedang dalam mode macan saat itu. Dia dan Wisnu masih berdiri seakan tertancap di tempat. Mereka celingukan kayak orang udik, memandangi sekitarnya dengan bingung.
"Terserah mau ngapain. Mau praktek pelajaran biologi tentang anatomi tubuh dan reproduksi juga boleh, gua yang bayarin!" kata Satria santai, menyeringai. Kepalanya terangguk ngikutin music dangdut, kedua lengannya terentang di bagian atas sofa.
Innalillahi.....!
"Alamaaak, Bi...pulang yuk, Bi, pulaaaang..." Wisnu mencengkeram lengan kanan Abichandra kuat-kuat. Hampir menangis dia. Suaranya gemetaran, tak tahan harus tinggal lebih lama lagi di sarang syaiton.
Beberapa CS Satria yang tadi sempat menghilang, balik lagi bergabung bareng mereka. Bergoyang-goyang mengikuti alunan lagu. Mereka tak sendirian. Sudah ditemani 6 orang cewek bahenol yang genit-genit dan make up-nya tebal banget. Abichandra menaksir usia mereka paling banter sepantaran dengannya, bahkan mungkin ada yang di bawahnya. Usia SMP-an. Tiba-tiba, salah seorang dari mereka nyolong start menghampiri Abichandra dan merangkulnya mesra tanpa aba-aba.
Cewek-cewek lainnya karuan cekikikan dan riuh meledek. "Adeuh! Meuni gaya euy. Dapet lele dumbo!"
"Ganteng, bareng aku aja! Aku Lia," katanya semangat merengkuh bahu Abichandra erat-erat. Dia langsung ngecengin Abichandra at the first sight begitu melihatnya. Tampilannya paling menantang dibandingkan yang lain. Hot pants kaus hitam super ketat plus high heels. Wajahnya menor menyaingi Syahrini. Pakai bulu mata anti badai segala rupa sampai lipstik merah menyala, dipakainya serta.
"Lele, lele. Kumisan kali, lele!" Wisnu memberengut melototin cewek-cewek itu segalak yang dia bisa.
Aroma parfum menguar keras dari tubuh Lia, bikin puyeng kepala!
Lia agresif banget, menggesekkan bagian depan dadanya menggoda Abichandra. Sekujur tubuh cowok itu menggigil menyadari datangnya bahaya, sudah ngeh tibanya godaan setan terkutuk atau apalah namanya. Abichandra istigfar dalam hati. Dia segera mengambil posisi waspada dan memproteksi diri. Selembut mungkin, dia melepaskan tangan si gadis dari bahunya.
"Temenin mereka aja. Aku mau pulang bentar lagi, Lia," katanya sopan. Sekelam apapun profesi yang mereka jalankan, mereka tetaplah wanita yang harus dihormati dan dijaga perasaannya.
Si gadis pura-pura cemberut, meninggalkan Abichandra dengan langkah enggan, gabung bareng cewek-cewek lainnya yang berdesak-desakan duduk di sofa panjang.
Semua ngakak. Satria yang suara cekakannya paling kenceng. Senang sudah berhasil mengerjai Abichandra.
"Udah. Udah. Jangan iseng lagi kalian. Nih, tipsnya," Satria membagikan lembaran uang ratusan ribu ke cewek-cewek itu. "'Sana pulang istirahat. Setoran kalian aman malam ini!" katanya, lagi.
"Aaaaaa. Makasih, Cintaaaa!"
Satria hanya nyengir saat dihujani banyak ciuman dari para cewek itu.
"Emang mau pulang sekarang? Ntar aja laaah" rayu mereka manja, sepenuh hatinya.
"Main di sini dulu lah sama kita!" mereka berusaha menahan kepergian Satria CS.
Satria tertawa dan membersihkan pipi dan keningnya yang merah-merah bernoda lipstik. "Sori Cantik, besok aku sekolah euy. Nanti ajalah kita dateng lagi. Gampang!" kata Satria mencawil satu dagu cewek paling dekat dengannya sebelum bangkit berdiri.
Abichandra dan Wisnu kontan shock. Tertipu.
Jadi?
"Heh. Ngapain bengong? Mau pulang nggak?" tanya Satria, pengen ketawa lihat ekspresi mupengnya Abichandra dan Wisnu.