My Truly Destiny

Vina Marlina
Chapter #4

DKM Darul Ulum


Sepulang sekolah hari itu, Abichandra menunaikan janjinya terhadap Riki.

"Bi, afwanNo tepe-tepeInga-inga, pandangan dijaga, senyuman sewajarnya..." Tak lupa sang Ketua DKM Daarul Ulum menyelipkan wejangan khasnya sebelum sang KETOS menaiki mimbar. "Pokoknya dilarang menebar pesona, Bi."

Abichandra mengiyakan, biar cepat. Tegang, nih! Di atas mimbar mushola, cowok itu berdehem guna melancarkan tenggorokan. Ia demam panggung. Meskipun sudah sering tampil orasi dan briefing di depan khalayak, urusan dakwah begini tak ayal bikin nyalinya menciut sedikit. Ia merasa belum kompeten mengejawantahkan ayat-ayat Allah yang maha indah.

Sampaikanlah ilmu meski satu ayat. Hadits itulah yang menjadi pegangannya sekarang.

Bismillah. Lancarkan lisanku ya Allah, jangan biarkan lidahku kelu, izinkan mereka memahami perkataanku... Abichandra memanjatkan doa.

"Assalamualaikum warrohmatullohi wabarokaatuh!"

"Waalaikumsalaaam warrahmatullohi wabarokaaaatuh!" koor jamaah menjawab salamnya. Mushola DKM Darul Ulum SMA Harapan yang mungil itu disesaki mayoritas siswa dan siswi kelas X.

Abichandra membaca doa pembuka majelis terlebih dulu sebelum memulai taushiah-nya.

"Adik-adik, Kakak-kakak, dan rekan sekalian yang dimuliakan Allah. Siang ini, saya diberikan kesempatan untuk berbagi mengenai tema yang insya Allah, apabila melaksanakannya akan memberikan faedah luar biasa bagi penggunanya. Ini merupakan tanda cinta yang luar biasa dari Rabb kepada makhluk ciptaan-Nya yang sangat spesial dan berharga, yaitu kaum hawa."

Abichandra kembali berdehem. Menyempatkan berzikir di sela tarikan napasnya.

"Kaum hawa adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan di dunia adalah wanita sholehah. Karena wanita sholehah akan mencetak generasi penerus yang soleh pula, menjadi penyejuk bagi suami, teman yang setia dalam perjuangan, juga madrasah terbaik bagi kelangsungan umat. Itulah mengapa Islam amat sangat melindungi kaum wanita dan mengangkat derajatnya. Adapun salah satu cara melindungi wanita adalah dengan mengenakan hijab. Yang insya Allah akan menjadi tema kita hari ini!"

Abichandra memandangi sekilas jamaahnya, semua tampak khusyuk mendengarkan. Mayoritas dari mereka akhwat dan sudah berhijab, meskipun belum sempurna. Masih ada yang berhijab 'gaul'—kerudung yang disampirkan ke bahu tak menutupi dada, serta seragam yang ketat dan ngatung. Tergerak hati Abichandra ingin menguatkan.

"Hijab tidak akan diwajibkan kecuali mempunyai hikmah yang sangat besar. Selain dapat melindungi wanita dari debu dan sengatan matahari, ia juga mampu melindungi aurat wanita dari tatapan pria yang tak berhak, yang mungkin saja menyimpan pikiran yang tak baik, berujung kepada maksud yang tak baik pula.

Terlebih dengan gempuran arus modernisasi. Teknologi yang semakin canggih menjadikan krisis moral di mana-mana. Pergaulan bebas semakin lama semakin dirasa hal yang lumrah, belum lagi kasus perkosaan serta pelecehan seksual yang semakin marak.

Pada kesempatan ini, saya hanya ingin mengingatkan rekan-rekan dan adik-adik sekalian, terutama para siswi agar senantiasa menjaga dirinya baik-baik. Seperti yang tercantum dalam Qur'an Surat An Nur ayat 31.

Katakanlah kepada para perempuan yang beriman, hendaklah mereka menjaga pandangannya, memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (bagian tubuhnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya.

Untuk apa? Karena berkaitan dengan hubungan antara kita dengan lawan jenis yang bukan mahram. Seandainya saja kita bisa melihat isi kepala kita satu sama lainnya. Maka saya yakin, hal pertama yang dilakukan wanita begitu berhadapan dengan mayoritas lelaki adalah lari bersembunyi.

Lihat selengkapnya