My Truly Destiny

Vina Marlina
Chapter #10

First Moment

Tanpa dikomando, Abichandra dan Zarra berjalan berjauhan. Saling melipirkan langkah di sisi kanan dan kiri jalan raya. Keduanya tampak salah tingkah, terutama Abichandra. Jadilah mereka kompak berdiam diri sepanjang perjalanan, sibuk berkutat dengan pikiran masing-masing.

Enggak kebayang kalau seisi rumah tahu aku pulang bareng cewek berduaan kayak gini. Bisa gempar! Abichandra meringis, menggaruk kepalanya yang tak gatal. Bagi keluarganya, ini pasti sudah termasuk pelanggaran prinsip.

Aku enggak mau pulang, tapi aku enggak tahu harus ke mana lagi, Zarra berusaha keras membendung air matanya agar tak menitik jatuh. Adakah pilihan lain untukku selain pulang? Sayangnya, tidak!

Setelah beberapa lama berjalan tanpa kata, Abichandra berupaya memecah kebisuan. Atap rumahnya sendiri sudah kelihatan. "Rumah kamu di mana, Zar?" tanyanya.

Zarra betah memandangi kakinya saat berjalan. Pikirannya kalut. Tapi tak urung dijawabnya juga pertanyaan Abichandra sebelum disangka lemot. "Dekat danau."

"Oh, danau Patenggang. Sudah dekat kalau gitu," kata Abichandra kalem.

Ya iyalah danau mana lagi, masa danau Toba? Uh, ini pasti efek grogi.

Tapi jarak danau masih tiga kiloan lagi! Enggak bakal nyampe sebelum Magrib kalau jalan kaki. Situasinya darurat ternyata. Abichandra berpikir keras. Kemudian satu solusi yang paling memungkinkan muncul di kepalanya. Vixion hitamnya! Tapi untuk itu dia harus...

"Zar, ng... keberatan mampir ke rumahku dulu? Aku mau ambil motor. Nanti aku antar kamu sampai rumah," Abichandra bertanya ragu-ragu, menunjuk rumah mungil berlantai dua di dekatnya.

"Ada Mama sama Kakak-Kakakku kok di dalam," buru-buru Abichandra menambahkan, takut Zarra menyangka macam-macam.

Zarra mengamati rumah Abichandra. Sederhana, tapi tertata rapi sedemikian rupa sehingga tampak cantik. Rumah itu memancarkan kedamaian yang entah kenapa membuatnya sedikit tenang.

Gadis itu perlahan menganggukkan kepala, tanda setuju.

"Assalamualaikum, Ma," Abichandra merasa tenggorokannya seret. Tangannya mengetuk pintu beberapa kali.

Tak berapa lama, seorang wanita lembut keibuan berhijab panjang membuka pintu.

"Waalaikumussalam. Pakai ngetuk pintu segala, Bi... biasanya juga langsung masuk," kata Mama seraya tersenyum hangat.

"Ng, anu Ma," Abichandra kikuk, menggeser badannya sedikit ke samping untuk memperlihatkan Zarra. Gadis itu sedari tadi mengkeret saja, bersembunyi di balik punggungnya.

Mama sontak terperanjat. Lho, kok... Matanya menatap anak bungsunya penuh arti, lalu disapanya Zarra. "Eh, Neng ini temannya Abi? Ayo silakan masuk!" katanya sopan.

Abichandra menjelaskan maksudnya secara singkat yang didengarkan saksama oleh Mamanya. Sementara Zarra tertunduk malu, tak mengatakan sepatah kata pun.

"Ooo begitu. Ayo cepat kamu antar pulang, takut kemagriban di jalan, Bi," kata Mama tersenyum ramah menatap Zarra. Segimanapun tak setujunya Mama atas kejadian ini, beliau tetap mempercayai putra bungsunya.

Abichandra menoleh dan sempat melihat Zarra memeluk kedua lengannya menahan dingin. "Zarra, kamu enggak bawa jaket?"

Zarra baru menyadari jaketnya ketinggalan di rumah tadi pagi. "Enggak."

Tanpa berkata apa pun, Abichandra melesat masuk rumah. Terdengar suara-suara percakapan di lantai dua, dan begitu keluar lagi, Abichandra sudah memegang jaket cewek tebal milik Andatari. Diserahkannya jaket itu pada Zarra, "Nih, Zar..."

Haa... Zarra menerimanya setengah hati. Dulu dia punya seseorang yang selalu sigap membawakannya jaket karena tahu Zarra pelupa. Ah, kenangan itu terlalu menyakitkan untuk dibuka kembali.

Zarra mengerling Abichandra sekilas. Mencari kemiripan antara Abichandra dan seorang cowok di masa lalu yang sering memperlakukannya hangat. Tapi kelihatannya sikap Abichandra malah sebaliknya: acuh tak acuh. Selama mereka jalan berdua tadi, tampaknya tak berminat sama sekali mengajaknya mengobrol, berbeda dengan cowok-cowok lainnya.

Huffft... Zarra mendesah lega. Firasatnya mengatakan Abichandra bukan tipikal cowok lain di muka lain di hati macam si mantan.

Lihat selengkapnya