My Truly Destiny

Vina Marlina
Chapter #22

Behind The Scene

Mama sedang berbahagia. Setelah melihat Zarra berkerudung sepulang sekolah tadi siang, Mama menjerit kegirangan.

"Zarra! Ini beneran kamu? Beneran??!"

Kegembiraan Mama serasa menemukan putrinya yang hilang. Lengkap sudah kini mimpinya. Sedari dulu, Mama memang mendambakan anak perempuan yang sangat girlie. Sayangnya, Andatari tak masuk hitungan.

Mama sudah lama berjuang keras. Beliau ingin si sulung kalem. Kalau ketawa jangan ngakak-ngakak. Kalau jalan, melangkahnya jangan lebar-lebar. Jangan tanding duel dengan kedua adik lelakinya. Tapi Andatari tak menanggapi serius semua itu. Cuek bebek hingga Mama lelah sendiri dan melambaikan bendera putih. Mama ikhlas menerima tabiat anak gadis semata wayangnya itu. Mungkin memang sudah dari sananya Andatari lebih berjiwa ksatria perang, daripada seanggun puteri negeri dongeng.

Maka tak heran. Begitu Zarra datang, Mama sempat speechless. Tindak tanduk Zarra yang halus, patuh, dan feminin sukses memikat perhatian beliau. Entah sejak kapan persisnya, tetapi rasa sayang Mama pada Zarra terasa semakin besar dari hari ke hari. Beliau tak sampai hati mendengar kisah hidup gadis itu yang sebatang kara, kurang kasih sayang dan perhatian keluarga. Seisi rumah sudah ngeh keadaan Zarra, kecuali Andatari yang memang belom sempet pulang, lantaran kesibukan kuliahnya menjelang ujian semesteran. Ketinggalan berita deh dia.

"Udah, Ma, kan Zarra hijabannya juga sementara," Saka mengingatkan, begitu dilihatnya Mama mulai kelihatan hyper mengenang tampilan baru Zarra.

Sore itu, Saka menemani Mama ke pasar membeli seragam sekolah berbahan panjang buat Zarra. Mumpung Abichandra ada tugas kelompok di rumah Wisnu dan katanya baru bakal pulang menjelang magrib.

So far, sepertinya aman kalau Zarra ditinggal sendirian di rumah.

"Enggak apa-apa gara-gara sembunyi juga. Mudah-mudahan bisa keterusan," Mama menukas ringan. Harapan Mama melambung tinggi, karena ke depannya Zarra sudah setuju akan berhijab ke sekolah untuk menghindari Rey.

"Aduuuh, kalau aja diperbolehkan, Mama rasanya kepengen banget ngadopsi Zarra. Kasian dia. Mama juga udah terlanjur sayang," mata Mama menerawang.

Mereka sedang berjalan pulang menuju parkiran motor Saka. Di tangan Mama sudah ada sekeresek belanjaan. Mendengar itu, Saka ngakak. Mama sih, belum tahu apa yang terjadi di balik layar antara Zarra dan Abichandra. Baru seminggu berselang Zarra di rumah mereka, sudah banyak kejadian lucu yang terjadi.

Dari jendela kamarnya, Saka pernah memergoki Zarra menatap penuh perasaan jaket Abi sebelum menjemurnya.

Belum lagi sikap protektif Abichandra. Saka tahu benar bagaimana care-nya si bungsu pada Zarra. Setelah tahu Zarra orangnya pelupa tingkat dewa, Abi sering turun tangan membantu. Berawal karena Zarra sering kelupaan tak membawa handuk ke kamar mandi. Alhasil, cewek itu mesti bolak-balik ke lantai dua buat mengambil handuknya. Makanya, Abichandra sering bantu menaruh handuk itu duluan di dekat kamar mandi saking tak mau Zarra capek. Itu baru contoh kecilnya saja.

Pernah Saka lihat sewaktu Zarra bersin, Abi tanpa ba-bi-bu langsung memberinya obat flu. Pipi Zarra digigit nyamuk, langsung sibuk menyemprotkan obat nyamuk di sana-sini. Pokoknya hal-hal seperti itu.

Lihat selengkapnya