My Truly Destiny

Vina Marlina
Chapter #30

Unnoticed

"Zarra, hati-hati," Sarah menggenggam tangan Zarra dengan erat.

"Kamu juga, Sarah. Sampai besok," Zarra memeluk Sarah sebentar. Mereka berdua sudah resmi menjadi sahabat karib, soulmate.

CRV milik Mama Zarra terlihat sudah menunggu di tikungan jalan. Selama ini, Mama Zarra memang tidak pernah menunggu putrinya dekat gerbang sekolah melainkan selalu memarkir mobil agak jauh dari sana, menghindari keramaian anak-anak sekolahan yang lalu-lalang.

Zarra kemudian menghampiri CRV sang mama. Tanpa ragu, dia segera membuka pintu mobil dan masuk ke dalamnya.

"Ma..." katanya.

Namun, ternyata bukan mamanya yang menjemput, melainkan Rey! Lagi-lagi dia! Zarra terhenyak, kaget setengah mati. Tangannya langsung bergerak menjangkau pegangan pintu.

"Zarra, please jangan pergi. Kali ini aku enggak bohong! Mama kamu sudah pulang kemarin malam. Ini buktinya aku pakai mobilnya!" Rey menjelaskan secepat yang ia bisa, takut Zarra keburu melompat dari mobil dan kabur seperti kejadian kemarin-kemarin.

"Please Zarra, aku mohon. Percaya sama aku!" Suara Rey terdengar putus asa.

Zarra terdiam. Dia bingung harus berbuat apa, tetapi ini memang mobil mamanya, dan semalam mamanya juga sudah memberitahu kepulangannya via WhatsApp.

"Mana Mama?" tanyanya.

"Mereka masih istirahat," jawab Rey.

"Kalau kamu bohong lagi, aku enggak akan pernah percaya sama kamu selamanya!" ancam Zarra ketus.

Rey merasa lega. "Oke, Tuan Putri." Dia mulai menjalankan mobilnya.

Sarah terpaku di pinggiran jalan, menatap kepergian CRV itu dengan kecemasan yang kian menjadi. Tadi dia sempat melihat Zarra pergi bersama seorang cowok. Ya Allah, itu pasti si Rey! Sarah menggigit bibirnya ketakutan. Lindungi Zarra ya Allah...

Di dalam mobil, kecuali bunyi derum halus mesin, tidak ada yang bersuara.

Zarra melayangkan pandangan ke luar jendela, menatapi pemandangan yang berkelebatan cepat. Ketika melihat rumah mungil berlantai dua di kejauhan, seketika dia memusatkan perhatiannya. Memandangi sepenuh hati sampai rumah Abichandra tak nampak lagi.

Dari sudut matanya, Rey memperhatikan apa yang sedang dilakukan Zarra. Diam-diam hatinya mencatat baik-baik keberadaan rumah itu, karena bisa jadi di sanalah Zarra selama ini bersembunyi.

"Bagaimana kabar kamu, Zarra?" Rey tidak sekadar membuka percakapan, dia benar-benar ingin tahu kabar Zarra yang dirindukannya selama dua minggu ini.

"Baik," sahut Zarra singkat. Tanpa repot-repot mengalihkan pandangannya dari jendela.

Mendapat respons dingin Zarra, Rey jadi kesal.

Lihat selengkapnya