"Jani!”
Rinjani menoleh saat kedua temannya datang menghampiri. Tadi sepulang dari toko, dia memang mengabari mereka untuk bertemu di kebun teh milik orang tua Soraya, tempat biasa mereka bertemu.
Ketiganya duduk mengisi dahan kayu yang tumbang. Soraya dan Silvia masih diam, menunggu Rinjani untuk bicara.
"Kayaknya aku enggak jadi kuliah," ucap Rinjani setelah bergelut dengan pikirannya.
Kedua temannya yang duduk di sisi kiri dan kanan, kompak menoleh. Menatap Rinjani yang masih fokus memperhatikan hamparan kebun teh di depannya.
"Kamu seriusan, Jani?" tanya Silvia yang masih belum percaya. Pasalnya gadis berparas ayu itu paling semangat belajar agar lulus SNMPTN.
"Kenapa bisa gitu? Apa ... Mang Farhan enggak setuju?" tanya Soraya hati-hati. Takutnya melukai perasaan Rinjani.
"Emak yang kurang setuju. Kalo Abah, dia yang paling senang."
Soraya dan Silvia terdiam. Jika membahas masalah keluarga, mereka tidak akan melewati batas keculia Rinjani yang bercerita sendiri.
"Terus ... Sekarang gimana?" tanya Silvia kembali membuka suara.
Rinjani menggeleng pelan, "aku juga enggak tau." Lalu ia membagi tatapannya antara Silvia dan Soraya. "Kalo kalian gimana?"
"Papa sama mama udah setuju. Mereka juga lagi bicara sama kakek di Jakarta buat nampung aku selama kuliah di sana," kata Soraya dengan berat hati. Dia merasa tidak enak pada Rinjani, takutnya itu malah membuatnya semakin terpuruk.
"Kalo kamu, Sil?" tanya Rinjani yang kini beralih menatap Silvia.
"Aku juga udah bilang sama Kak Rayyan buat nyediain kamar buat aku," sahut Silvia dengan tidak enak hati.
Rinjani hanya tersenyum miris, hanya dirinya yang belum menyiapkan apa-apa. Jangankan menyiapkannya, keputusan untuk kuliah atau tidak saja dia belum bisa pastikan.
"Tapi rencananya kita bakalan ngajakin kamu juga, kamu bebas mau ikut siapa aja," sela Soraya untuk membuat Rinjani tidak putus asa.
"Aku enggak yakin bakalan kuliah tahun ini," kata Jani dengan lesu.
"Jani!" Kedua temannya langsung menginterupsi.
"Apapun yang terjadi, kalian tetap harus kuliah," lanjutnya lagi.
"Enggak!" Silvia dengan lantang membantah, "gimana kita bisa kuliah kalo kamu enggak kuliah. Aku sama Soraya bisa kayak gini karna bantuan dari kamu. Kamu yang selalu ngingetin kita buat belajar dengan tekun."
"Iya, Jani. Kalo kamu enggak kuliah tahun ini. Ya, udah. Kita coba tahun depan bersama," tambah Soraya lagi.
Rinjani menggelengkan kepalanya, "enggak bisa gitu. Kalian harus kuliah tahun ini, soalnya kita enggak bisa pastiin kalo tahun depan bisa lulus SNMPTN lagi."
"Terus kamu gimana?!" tanya Silvia sarkas.
Rinjani terdiam. Pasalnya dia juga tidak yakin akan lulus tahun depan. Namun, apa yang harus dia lakukan saat ini. Keputusan apa yang sepantasnya dia ambil.