My Twenty

qwerty
Chapter #8

Para Ksatriaku

Saat tiba di dapur aku berjalan kearah wastafel dan kemudian menghidupkan kran airnya lalu aku menaruh kedua tangan ku dibawah pancuran air tersebut, dan tiba-tiba aku merasakan sakit yang menusuk nusuk ditangan kiriku yang membuatku secara otomatis reflek berteriak, aku lupa kalau tangan kiriku sedang luka. Bagas dan kak Gibran yang berada diruang tengah langsung berlari dan menghampiriku saat mendengar suara teriakanku.

“Kenapa Ra?” tanya kak Gibran, aku tidak menjawab pertanyaan kak Gibran dan hanya memandangi tanganku saja

Sial bego banget sih gua, udah tau luka malah naruh tangan dibawah kran, mana sakit banget lagi, anjir makin parah gak nih ya lukanya batinku dalam hati. Banyak hal yang aku pikirkan saat menatap tanganku itu, seperti apa lukanya akan membekas?, apakah bekasnya akan susah dihilangkan nanti?, apakah itu akan memperlama proses penyembuhannya?, bagaimana kalau ternyata nanti bekasnya tidak bisa hilang?, dan lain-lain.

Melihat ekspresiku yang seperti itu Bagas langsung memanggil Dr.Citra yang berada diruang tamu, dan akhirnya dokter tersebut mengobati luka ku didapur. Kak Adi dan kak Beryl yang awalnya berada dikamarpun akhirnya terpaksa keluar karena mendengar suara teriakanku. Setelah dokter itu selesai mengobati dan memperban kembali lukaku aku mengucapkan terimakasih kepadanya, lalu kak Gibran mengantarnya pergi keluar.

Setelah selesai diobati aku pergi kekamarku untuk bersiap-siap ditemani dengan kak Beryl karena sudah jam delapan pagi. Biar bagaimanapun aku tidak ingin membatalkan rencana kami untuk berwisata, karena kedepannya nanti kak Beryl, kak Adi dan kak Gibran akan sibuk dengan skripsi dan kelulusannya lalu masing-masing dari mereka akan pergi bekerja. Jadi mungkin kesempatan untuk pergi liburan bersama seperti ini lagi akan sangat susah diwujudkan.

Karena aku takut mengulang kesalahan yang sama seperti tadi maka aku meminta kak Beryl untuk membantuku cuci muka dan mengeringkan rambutku setelah selesai mandi nanti, Selain itu juga rasanya aku tidak akan bisa untuk melakukan dua hal itu sendiri dengan kondisi tangan yang seperti ini.

“Kak nanti bantuin aku cuci muka ya sekalian ngeringin rambut” ucapku

“Oke kamu mandi duluan aja, kakak juga mau ganti baju dulu, pas kamu selesai mandi nanti kakak pasti udah disini” jawab kak Beryl

“Oke kak makasih” balasku

Sesuai perkiraanku mandi dengan satu tangan ternyata cukup menguras waktu dan tenaga, jangankan untuk mandi untuk melepaskan baju saja aku membutuhkan waktu yang sangat lama tadi, tiba-tiba terpikir olehku dengan mereka yang terlahir dalam keadaan cacat tapi masih bisa melakukan aktivitas biasa seperti orang lain pada umumnya, mereka benar-benar orang yang hebat dan aku baru menyadari itu, betapa beruntungnya aku yang terlahir dengan keadaan sempurna tanpa cacat sedikitpun. Seketika aku merinding membayangkan betapa hebat dan tangguhnya mereka, aku berharap semoga saja mereka selalu bahagia dan selalu bertemu dengan orang baik dikehidupan mereka. Amin.

Setelah selesai mandi aku memakai handuk dan pergi memanggil kak Beryl karena dia tidak ada dikamarku sewaktu aku selesai mandi. Ya ampun bener-bener deh tadi katanya bakalan disini pas aku selesai mandi nyatanya gak ada, ngeselein banget, nanti kalau lama pasti aku yang disalahin, udahlah mending aku panggil ke kamarnya aja, dia pasti tidur ucapku dalam hati.

Sesampainya didalam ternyata benar kak Beryl sedang tidur dengan nyamannya diatas kasurnya, lalu aku pun membangunkannya.

“Hm…kakak masih ngantuk dek, kamu minta tolong ama Bagas aja sana” ucap kak Beryl dengan suaranya yang berat.

“Ih bener-bener ya, ya udahlah tidur aja sana” ucapku menyindir kak Beryl, tetapi yang disindir malah tidak merasa dan tetap melanjutkan tidurnya.

Aku melangkah kedepan pintu kamar mandi dan mengetuk pintunya “Ga..Gaga bantuin gua cuci muka buruan, kak Beryl gak bisa dibangunin” pintaku

“Iya bentar lagi gua kesana, lo tunggu kamar lo aja” jawab Bagas

Lihat selengkapnya