My Twenty

qwerty
Chapter #11

Good bye Lembang

Tiba-tiba alarm dihandphoneku berbunyi, saat aku melihat jam dihandphone ku ternyata sudah jam dua pagi. Aku sengaja membuat alarm satu jam lebih awal dari seharusnya, karena pasti proses prepare ku akan memakan waktu lebih lama dari biasanya karena luka ditanganku ini.

Lalu aku mulai memasukkan barang-barangku kedalam tas ranselku dan kemudian pergi mandi, karena semalam aku tidak keramas, maka pagi ini aku memutuskan untuk keramas. Oh my God dingin banget air ini, apa semua air di Bandung memang sedingin ini ya, kalau tau akan sedingin ini lebih baik aku mandi tadi malam saja supaya tidak kedinginan.Sebenarnya shower di vila kak Gibran bisa diatur menjadi air hangat juga sih, hanya saja aku tidak suka jika pagi-pagi mandi air hangat karena kurang segar dan biasanya setelah selesai mandi nanti pun aku masih merasa ngantuk, itu lah kenapa aku tidak suka mandi air hangat dipagi hari.

Setelah selesai mandi, seperti biasa aku mengeringkan rambutku terlebih dahulu lalu aku pergi mengambir hairdryer ku, tapi aku tidak bisa menemukannya, aku pun panik dan mencari keseluruh sudut kamar namun tetap saja aku tidak bisa menemukannya. Tiba-tiba aku teringat kalau aku meninggalkan hairdryerku dikamar kak Beryl dan Bagas tadi pagi, lalu aku pergi kekamar mereka, karena aku takut mereka masih tidur maka aku engaja tidak mengetuk pintu kamar mereka dan langsung membuka pintu kamar mereka dengan hati-hati.

Ketika sudah masuk kedalam kamar mereka aku menutup kembali pintu kamarnya dengan hati-hati, karena kak Beryl sangat sensitif terhadap cahaya, lalu aku langsung berjalan menuju ke sofa kamar mereka, karena seingatku tadi pagi aku menaruhnya diatas sofa kamar mereka. Tanganku terus meraba-raba sofa mencoba mencari hairdryerku, karena kamar mereka sangat gelap jadi susah bagiku untuk menemukannya dengan cepat.

Kemana ya kok gak ada disini, seingetku tadi pagi aku taruh disofa deh, apa mungkin dikamar mandi ya habis dipakai kak Beryl ? ucapku dalam hati.

Lalu aku berjalan secara berhati hati meraba-raba dinding dan benda lainnya disekitarku,aku mencoba menghindari benda atau apapun itu yang bisa menimbulkan suara karena takut mereka bangun, because it’s to early for them to wake up.

Ah ini dia ganggang pintu kamar mandinya, akhirnya aku bisa menemukannya juga. Kemudian aku membuka pintu kamar mandinya. Dan saat aku membuka pintu kamar mandinya aku sangat terkejut, karena aku melihat Bagas sedang berdiri telanjang dibelakang pintu tersebut.

Aku refleks langsung memejamkan mataku melihat Bagas seperti itu, dan tentu saja aku berteriak karena sangat kaget. Tetapi belum sempat aku berteriak tangan Bagas sudah terlebih dahulu membungkam mulutku, dan disaat yang bersamaan aku mendengar suara pintu ditutup, tapi aku masih tidak berani membuka mataku, aku sangat terkejut sekali dengan apa yang aku lihat barusan.

“ Lo gila ya, kalo lo teriak gua bakal malu banget sama kakak lo” ucap Bagas

Lalu aku menarik tangan Bagas yang menutupi mulutku dan berkata “Pake handuk dulu sana” sambil tetap memejamkan mataku.

“Udah, lo buka aja mata lo” balas Bagas

“Gak usah, gua cuma mau cari hairdryer gua, ada disini gak?” tanyaku dengan mata tertutup.

“Ada nih ambil” kata Bagas sambil menarik tangan kanan ku dan meletakkan hairdryerku diatas telapak tanganku

“Oke Thanks” ucapku, lalu aku bergegas membalikkan badanku dan segera keluar dari kamar mereka.

Oh my God, I can’t believe what just happened to me, ngapain juga dia mandi jam segini kan kita masih lama berangkatnya. Gimana kalau ketemu nanti ya, pasti kita bakal canggung banget. Apa tadi itu salah aku ya harusnya aku ketuk pintu kamar mereka dulu kan, tapi nanti kalau aku ketuk dulu pasti mereka bakalan bangun. Nanti kalo liat dia harus gimana ya, apa aku cuekin dia aja ya, atau aku pura-pura lupa aja?.

Begitu banyak hal yang muncul dikepalaku saat ini, aku sungguh tidak menyangka akan mengalami hal seperti ini. Jujur sampai sekarang aku masih terkejut dan jantung ku berdetak cepat sekali seperti orang habis lari marathon. Walaupun kami sudah berteman sejak kecil tapi ini pertama kalinya aku melhat dia telanjang seperti itu and of course it’s make me shock and I don’t know why I feel like I wanna cry.

Belum selesai aku menenangkan diri, aku dikejutkan lagi dengan suara orang yang membuka pintu kamarku. Saat aku pergi melihat ternyata itu Bagas, melihat wajah Bagas jantukku menjadi semakin sesak seperti orang kehabisan oksigen.

“Lo mau apa?” tanyaku berusaha menjaga nafas dan ekspresiku agar terlihat setenang mungkin.

Lihat selengkapnya