“Hai ren, sendirian aja lo?” tanya Bagas
“Iya nih, gua cuma mau jemput nyokap doang disini” jawab Reni mantan Bagas
“Tante ada disini?” tanya Bagas
“Iya dia habis reunian sama temen-temen SMA nya terus dia minta dijemput, lo mau sekalian ikut gak nyokap pasti seneng liat lo, dia masih sering nanyain lo ke gua” ucap Reni
Seketika aku merasa menjadi nyamuk diantara mereka, karena mereka mengabaikanku. Padahal si Reni ini juga melihatku waktu awal aku keluar dari mobil tadi, tetapi dia tidak ada menyapaku sama sekali, bahkan senyumanku pun juga tidak dia balas. Aku heran sebenarnya apa sih salahku dengan si Reni ini, apa iya karena dia cemburu dengan kedekatanku dan Bagas. Tapi kedekatanku yang seperti ini tidak hanya dengan Bagas, dengan kak Beryl, kak Adi, dan kak Gibran pun aku sama, bahkan pacar-pacar mereka pun semuanya menyukaiku dan kita berteman akrab satu sama lain. Hanya dengansi Reni ini saja aku tidak bisa berteman akrab, bagaimana bisa aku berteman dengannya jika setiap melihatku dia terlihat seperti sangat kesal dan ingin mengusirku. Jika bukan karena dia adalah perempuan yang Bagas cintai, aku tidak akan bersabar menahan diri seperti ini.
“Next time Ren, gua udah ada janji sama Rara, kita duluan ya” ucap Bagas sambil merangkulku.
Reni hanya mengangguk dan tersenyum saja merespon perkataan Bagas, tapi aku yakin bahwa sebenarnya dia sangat kesal dan dalam hatinya dia pasti mengutuk ngutuk aku.
“Jadi kita mau makan dulu apa beli kado lo dulu” tanya Bagas
“Makan, habis gitu langsung balik aja” jawabku
“Loh kenapa?” ucap Bagas
“Lagi gak mood aja mau jalan-jalan” balasku sambil melepaskan rangkulan Bagas dan berjalan mendahuluinya.
“Lo kesel sama Reni ya” kata Bagas
“Menurut lo aja sendiri” ucapku dengan singkat.
“Ya elah Ra lo kan tau kalau dia tuh emang kayak gitu orangnya dari dulu” jelas Bagas
“Iya tau, makanya itu yang bikin gua kesel, gua gak tau apa salah gua ama dia kenapa dia bisa se-gak suka itu sama gua?” jawabku.
“Dia cuma jealous aja sama lo, udah ah gak usah bahas dia nanti lo makin kesel lagi” kata Bagas.
Kalau dipikir-pikir benar juga perkataan Bagas, untuk apa juga aku memikirkan wanita itu yang ada dia hanya aku membuat hari-hariku terasa menyebalkam.
“Ya udah tapi lo bayarin gua makan ya” ucapku dengan nada memrintah
“Siap deh, bentar lagi kan lo ulang tahun anggep aja itu hadiah dari gua” jawab Bagas
“Ih enggaklah enak aja lo, beda lah, sejak kapan traktir makan jadi hadiah ulang tahun” balasku.
“Bhaha iya iya becanda kali, tenang aja gua bakal ngasih hadiah yang gak akan bisa lo lupain seumur hidup lo nanti” kata Bagas
“Kok gua merinding ya, lo gak lagi ngerencanain hal yang aneh-aneh kan?” tanyaku