My Twin Flame

Nadya Suhendra
Chapter #7

Bab 6 - Imlek

Dibutuhkan segera posisi public relation—kriteria—pendidikan minimal S1 sesuai jurusan—pria/wanita—usia maksimal 28—berkas lamaran sesuai yang tertera. Mulutnya sedang merapal informasi lowongan pekerjaan yang baru saja ia temukan di media sosial.

PR...? Tapi 'kan, waktu kuliah gue fokusnya ke jurnalistik. Ah udah lah, cobain aja dulu. Siapa tau rezeki gue. Naya bicara pada dirinya sendiri.

Ia pun mulai mengetik surat lamaran kerja dan menyandarkan tubuhnya ke dinding. Karena memainkan laptop seraya duduk di atas kasur membuatnya merasa lebih nyaman dan leluasa untuk bergerak.

TENGAH HARI INI, wajah-wajah itu terlihat kehilangan semangat. Para pekerja korporat sedang berkumpul di sebuah ruangan yang biasa mereka gunakan untuk pertemuan. Akhirnya sampai juga hari di mana mereka semua harus pergi meninggalkan perusahaan ini. Pria paruh baya berjalan mendekati pintu masuk ruangan tersebut. Tatkala ia masuk, seluruh calon mantan karyawan itu serentak diam dengan sikap hormat. Pimpinan perusahaan baru saja datang. Disusul kembali dengan Liu Hedi. Rupanya sedari tadi ia berjalan di belakang pimpinannya. Hedi kemudian buru-buru masuk meletakkan tas dan jaketnya di kursi. Tanpa basa-basi, pimpinan perusahaan tersebut langsung saja masuk pada inti pembicaraan.

"Hěn bàoqiàn wǒmen dōu bùdé bù zhèyàng jiéshù. Wúlùn rúhé, wǒ gǎnxiè dàjiā qìjīn wéizhǐ de xīnqín gōngzuò. Rúguǒ wǒ de lǐngdǎo shīwù, wǒ shēn biǎo qiànyì. Érqiě mǎshàng jiù yào guòniánle, suǒyǐ wǒ xiǎng zǎodiǎn shuō. Nónglì xīnnián kuàilè. Xīwàng nín nónglì xīnnián kuàilè." (Saya sangat menyesal kita semua harus berakhir seperti ini. Apa pun itu saya menghargai kerja keras kalian semua selama ini. Saya minta maaf bila ada salah selama memimpin. Kebetulan tahun baru imlek akan segera tiba, jadi saya ingin mengatakannya lebih awal. Selamat tahun baru imlek. Semoga tahun baru imlek kalian menyenangkan.)

"Xìe xìe lăo, băn!" (Terima kasih, bos!) jawab beberapa karyawan seraya bertepuk tangan. "Jīa yóu jīa yóu!"(Semangat semangat!) disusul yang lainnya. Lantas saja pimpinan tersebut merasa terharu. Karena mereka masih saja memanggilnya dengan panggilan lăo băn (bos).

Mereka satu-persatu mulai menyerahkan file penting itu ke hadapan pimpinan perusahaan. Lalu mengumpulkan barang masing-masing yang ada di atas meja kerja untuk dimasukkan ke dalam box. Saat membereskan barang miliknya, Yan menemukan foto dirinya bersama mantan kekasihnya. Dengan penuh kesadaran ia pun membuang foto itu ke tempat sampah.

Cuaca di kota Pekanbaru panas sekali. Kira-kira, 32 sampai 33 derajat celcius hampir setiap harinya. Jika tidak musim hujan. Karena memang kota ini adalah salah satu kota terpanas di Indonesia. Naya merasa gerah. Kulitnya serasa dijilat-jilat oleh api. Ia menyalakan kipas angin mini yang ada di kamarnya. Sudah berhari-hari Yan tidak membalas pesan Naya. Tanpa Naya tahu alasannya apa. Tiba-tiba saja terpikirkan olehnya untuk membuat akun wechat. Semenjak menonton drama China, Naya jadi tahu wechat adalah aplikasi untuk komunikasi sehari-hari warga negara sana. Maka, Naya memutuskan untuk mendaftar akun di aplikasi tersebut. Agar ia bisa komunikasi lebih intens dengan Yan nantinya.

Dipaksa oleh renjana yang kian hari memupuk rasa. Menanti untuk yang ke sekian kalinya, renjana tidak lagi bisa diajak kompromi oleh pemiliknya. Setelah berhari-hari tidak mendapat balasan pesan dari Yan, Naya akhirnya berusaha menghubunginya lagi. Untuk pertama kalinya dalam hidup Naya, ia mengejar-ngejar laki-laki yang disukainya.

Naya:

[Pesan Teks]

"Gēgē, how have you been?"(Abang, apa kabar?)

***

Yan sedang berjalan ke arah perempuan itu. Perempuan yang tengah sibuk memasukkan barang-barangnya ke dalam box. Ia berdiri dengan kedua tangannya memegang pinggang. Raut wajahnya bingung seperti mencari sesuatu. Yan kemudian menyodorkan sesuatu padanya. Sebuah stapler berwarna pink. Ternyata sedari tadi ia mencari-cari benda itu. Yan meminjamnya beberapa hari yang lalu. Tapi ia lupa untuk mengembalikannya lagi. Meskipun hanya sebuah stapler, tapi ini adalah pemberian kekasihnya sebagai kado ulang tahun. Agar ia bisa lebih semangat dalam bekerja. Begitulah yang dikatakan perempuan itu pada Yan. Setelah mengembalikan stapler tadi, Yan berjalan balik ke meja kerjanya. Baru sepersekian detik kakinya melangkah ... smart phone Yan berbunyi menerima pesan masuk. Nayanika indahnya membaca pesan itu dan kemudian ia membalasnya.

Yan:

[Pesan Teks]

"Hi, i’ve been busy lately. I’m good, thanks for asking. What about you?"(Hi, aku sibuk akhir-akhir ini. Aku baik, terima kasih sudah bertanya. Kalau kamu gimana?).

Naya:

[Pesan Teks]

"Gēgē, are you busy with work? I hope I’m not bothering you now. I’m also good gēgē." (Abang, apa kamu sibuk dengan kerjaan? Aku harap aku tidak mengganggumu sekarang. Aku juga baik abang.)

Yan:

[Pesan Teks]

"Oh no no, you didn’t bothering me. Chinese lunar new year is coming up. So, that’s why I’m super busy because for some reasons." (Oh tidak tidak, kamu tidak mengganggu aku. Tahun baru imlek akan tiba. Jadi, itulah kenapa aku sangat sibuk karena beberapa alasan.)

Naya:

[Pesan Teks]

"Yeah gēgē, you’re right. Chinese lunar new year is coming up. Some people here in Indonesia they’ll celebrate it too. What do you usually do during Chinese lunar new year, gēgē?"( Ya abang, kamu benar. Tahun baru imlek akan tiba. Beberapa orang di Indonesia mereka juga akan merayakannya. Apa yang biasanya abang lakukan saat imlek?)

Yan:

[Pesan Teks]

"Usually gathering with family and visit my relatives. Or just stay at home and watch a TV shows." (Biasanya berkumpul dengan keluarga dan mengunjungi kerabat. Atau hanya menonton acara-acara TV.)

Naya:

[Pesan Teks]

"That’s sounds fun! Would you show me your hometown or share a moment when you celebrate Chinese lunar new year, gēgē?—and also, can I get your wechat, gēgē?" (Itu terdengar menyenangkan! Maukah kamu melihatkanku kampung halamanmu atau berbagi momen saat merayakan imlek, abang?—dan juga, boleh tidak aku mendaptkan wechat kamu, abang?)

Yan:

[Pesan Teks]

"Oh yeah, okay. I’ll show you later. Sure thing! Here my ID." (Oh ya, baiklah. Aku akan tunjukkan nanti. Tentu boleh! Ini ID aku.) Yan mengirimkan ID wechatnya pada Naya.

Setelah percakapan ini, Yan tidak terlihat membalas pesan Naya lagi. Ia sibuk dengan urusannya. Malam harinya ia pergi bersama mantan rekan-rekan kerjanya untuk minum bir bersama. Hal ini mereka lakukan sebagai bentuk pesta perpisahan.


1 MINGGU KEMUDIAN


Lihat selengkapnya