Hasratnya begitu kuat, tidak goyah ataupun mudah patah. Pada perasaan yang selalu menuntunnya. Pada renjana yang selalu memaksa dan menyiksa. Pada usaha yang selalu tabah. Pada pengabaian yang berkali-kali diberikan dan pada akhirnya ... perlahan semua itu bukan lagi sia-sia.
Sebab tuan rumah itu sedikit—demi sedikit sudah mulai mempersilakan kedatangan penghuni baru di rumahnya. Es yang tadinya begitu membeku kini mulai mencair. Yang biasanya hirap tanpa kabar kini mulai suka berbagi kabar. Tatkala Yan membalas pesan Naya tadi, ia sebenarnya tengah bersiap-siap untuk pergi.
***
Naya :
[Pesan Teks]
"Gōngxǐ fācái, gēgē. It’s okay, I hope I didn’t botherig you, gēgė. Wahh, so many foods on the table." Naya memberi reaksi untuk foto yang dikirim Yan padanya. (Semoga menjadi kaya, abang. Tidak apa-apa, aku harap aku tidak mengganggu abang. Wahh, ada banyak makanan di atas meja)
Yan tertawa pelan tatkala ia membaca pesan Naya yang mengatakan "Gōngxǐ fācái, gēgē." (Semoga menjadi kaya, abang.). Karena biasanya, penutur asli China akan mengucapkan "Xīnnián kuàilè"(Selamat imlek) di hari raya imlek. Namun Yan memaklumi Naya yang memang bukan merupakan orang China.
Yan:
[Pesan Teks]
"Hahah..., thank you! Do you know that today is the birthday of God who in charge wealth?"(Hahah..., terima kasih! Apakah kamu tahu hari ini adalah hari ulang tahun Tuhan yang bertanggung jawab atas kekayaan?)
Naya:
[Pesan Teks]
"Nope, I didn’t know, gēgē. Is it in your religion? Would you explain to me?"(Tidak, aku tidak tahu, abang. Apakah itu ada di agamamu? Maukah kamu menjelaskannya padaku?)
Yan:
[Pesan Teks]
"Sure! It’s not religion, just traditional tale. There are so many Gods in China especially one who is responsible for wealth." pungkas Yan. (Tentu! Ini bukan agama, hanya cerita tradisional. Ada banyak Tuhan di China khususnya yang bertanggung jawab atas kekayaan.)
Raut wajahnya berubah menjadi bingung. Naya tidak mengerti maksud dari penjelasan Yan.
Naya:
[Pesan Teks]
"Ohh, I didn’t know, gēgē. I only know about Chinese Lunar Year is like a big day in China." jawab Naya. (Ohh, aku tidak tahu, abang. Aku hanya tahu tahun baru imlek itu seperti hari besar di China.)
Yan POV.
SORE HARI INI, tetesan-tetesan salju jatuh dari langit dan memenuhi jalanan aspal. Kota Shenyang, provinsi Liaoning. Sekarang sedang memasuki waktu musim dingin di sana. Yan bersama keluarga besarnya akan ke luar untuk jalan-jalan dalam momen imlek. Tangannya terlihat meraih sesuatu dari dalam lemari. Jaket topi berbulu berwarna hitam. Yan hendak mengenakan outfit musim dingin itu untuk pergi.
Seorang gadis remaja sedang berdiri di luar rumah—di dekat mobil yang sedang terparkir. Ia mengenakan jaket berwarna putih. Kedua tangannya berada di dalam saku jaket. Rambutnya panjang dan terkuncir satu. Gulungan asap keluar dari mulutnya yang mungil saat ia mengembuskan napasnya. Tubuhnya tampak sedikit menggigil karena kedinginan. Wang Lusi. Ia adalah adik perempuan Wang Yan.
"Wèishéme dàjiā dōu zhème wăn?" (Kenapa semuanya lama sekali?) TERIAK Lusi dari luar rumah.
"Nǐ wèishéme bùnéng nàixīn děngdài?" (Kenapa kamu tidak bisa menunggu dengan sabar?) ucap Yan seraya mengikat tali sepatu di depan pintu rumah. Kemudian ia berjalan ke arah Lusi dan membelai lembut kepalanya.
Lusi diam tidak menjawab. Raut wajahnya sudah cukup memberi jawaban kalau ia kesal dan merasa bosan sedari tadi menunggu.
Setelah itu anggota keluarga lainnya tampak menyusul keluar dari rumah. Ada ibu dan ayah, nenek dan kakek, paman dan bibi, juga sepupu-sepupu Yan. Di momen imlek ini mereka semua berkumpul di rumah kakek dan neneknya Yan. Itulah sebabnya suasana begitu ramai.
"Xiànzài dàjiā dōu zhǔnbèi hào chūfāle ma?" (Apakah semuanya sudah siap untuk pergi sekarang?) tanya pria paruh baya itu dengan nada suara keras nan penuh semangat. Ia adalah pamannya Yan. Ada dua mobil dan mereka semua akan pergi secara terpisah. Yan dan pamannya yang akan mengendarai mobil tersebut untuk ke tempat tujuan mereka hari ini. Mereka ingin pergi ke tempat wisata di sekitaran kota Shenyang. Sekaligus makan malam bersama nantinya.
Naya POV.
SORE INI, Naya juga akan ke luar rumah untuk berkumpul dengan sahabat-sahabatnya. Ada rencana yang sudah dibuat oleh Indri, Kiyo, Anes dan Naya, untuk Chika. Mereka akan mengadakan acara "Bridal Shower". Ya, acara perayaan melepas masa lajang oleh calon pengantin wanita. Beberapa tahun belakangan ini, bridal shower seperti sebuah tradisi bagi perempuan generasi sekarang sebelum melangsungkan pernikahan.
Naya sebenarnya tidak begitu paham dengan istilah bridal shower ini. Ia hanya mengikuti ide dan arahan dari Indri, Kiyo dan Anes. Pukul tiga sore, Indri dan Naya mampir ke sebuah supermarket. Troli belanja itu mereka isi dengan chocolate cake, selempang bride to be, makanan dan minuman. Sementara itu, Anes dan Kiyo sudah menunggu di rumah Anes sedari tadi. Karena mereka kebagian tugas untuk membersihkan dan mendekorasi ruangan seindah mungkin.
20 Menit Kemudian ....