My Twin Flame

Nadya Suhendra
Chapter #9

Bab 8 - Pindah Sementara

Rumah itu kini ditumbuhi putik-putik bunga di pekarangannya. Sang tuan rumah, dengan jelas memberikan aba-aba kepada si penghuni baru. Kau telah cukup lama berdiri di depan pintu rumahku. Sekarang aku telah bersedia membuka pintunya untukmu. Maka masuklah dan aku akan menyambutmu dengan sikap hangat.

Tak disangka-sangka, Yan ingin melakukan panggilan telepon dengan Naya untuk pertama kalinya. Ia mengatakan dirinya akan menelepon Naya setelah selesai memperbarui resume nya.


20.35 p.m, Shenyang, China


Yan menutup laptop dan melepaskan kaca matanya. Sejenak ia meregangkan tubuhnya yang terasa pegal-pegal. Sebab sedari sore ia begitu sibuk mencari pekerjaan dan memperbarui resume. Bahkan ia melewatkan makan malam bersama keluarga besarnya malam ini. Padahal tadi ibu dan neneknya sudah memanggil ia untuk makan malam. Tapi ia urung datang ke ruang makan. Kini perutnya pun mulai keroncongan. Sebelum menghubungi Naya ia ingin makan malam terlebih dahulu. Biasanya ia selalu makan—makanan yang sehat. Tapi malam ini ia ingin sesuatu yang instan saja. Yan pergi ke dapur mengambil satu buah mie cup kuah. Lalu ia memasukkan mie itu ke dalam microwave. Aroma kari ayam nan menggugah selera. Isi topping yang bervariasi. Ada sosis ayam, telur, jamur enoki, sayur dan keju. Sungguh cita rasa yang sempurna. Usai menuggu sepuluh menit, mie itu sekarang siap untuk disantap. Tangannya yang memegang sumpit bekerja dengan sigap dalam tiap suapan. Yan makan dengan lahap. Betapa ia menikmati menu makan malamnya itu. Hingga yang tersisa hanyalah kuah mie nya saja. Tetesan kuah itu sekarang ia habiskan bak meminum air di dalam cawan. Usai makan malam, Yan menghubungi Naya lagi.


20.00 p.m, Pekanbaru, Indonesia


Yan:

[Pesan Teks]

"Mèi mèi, I just finished my resume. If you are available, let me know." (Adik, aku baru saja menyelesaikan resume ku. Jika kamu bisa dihubungi, tolong kasih tahu aku.)

Dirinya merasa begitu bahagia membaca pesan tersebut. Tatkala Yan memanggilnya dengan sebutan "Mèi mèi" (Adik). Naya senyum-senyum sendiri seraya mengetik pesan.

Naya:

[Pesan Teks]

"Gē, I'm available now. You can call me now, gē." (Bang, aku bisa dihubungi sekarang. Kamu bisa menelepon aku sekarang.)



***

Panggilan Masuk Dari Yan ....


Naya:

"Halo, gēgē." (Halo, abang.)

Yan:

"Halo, mèi mèi. How was your day?" (Halo, adik. Bagaimana harimu?)

Naya:

"I'm good and a bit nervous now, hahah. This is our first time to have voicel call." (Aku baik dan sedikit gugup sekarang, hahah. Ini adalah pertama kalinya kita melakukan panggilan telepon)

Yan:

"Hahah...., yeah this is our first time."(Hahah...., ya ini pertama kalinya kita teleponan.)

Sejenak Yan terdiam. Karena sempat bingung ingin membahas apa lagi. Namun, ia dapat mengatasinya rasa gugup itu setelah beberapa detik. Kemudian lanjut lagi berbicara.

Yan:

"What did you today, mèi mèi ?" (Apa saja yang kamu lakukan hari ini, adik?)

Naya:

"I wake up early in the morning. I did prayer, I did housework, find a job and then watched Chinese drama. That's it, gēgē." (Aku bangun di awal pagi. Aku Salat, aku melakukan pekerjaan rumah, mencari pekerjaan dan menonton drama China. Itu saja, abang.)

Yan:

"Do you like Chinese drama?" (Apakah kamu suka drama China)

Naya:

"Yeah, I do. And I'm a fan of Wang Hedi." (Ya, aku suka. Dan aku penggemarnya Wang Hedi.)

Yan:

"Oh, you know him? I'm suprised that you know him. But yeah, he's so popular nowdays in China." (Oh, kamu tahu dia? Aku kaget kamu tahu dia. Tapi ya, dia begitu populer sekarang ini di China.)

Naya:

"Yeah, of course I know him. Really, gēgē? No wonder. Cause he's good looking and so talented." (Ya, tentu aku tahu dia. Benarkah, abang? Tidak heran. Karena dia tampan dan berbakat.) ucap Naya memuji aktor China idolanya.

Yan:

"Hahah..., you're right. He's good looking and talented." (Hahah..., kamu benar. Ia tampan dan berbakat.)

Serentak mereka diam tidak berbicara lagi. Sebab kehabisan topik. Naya mulai berpikir akan membahas apa lagi. Lalu, tiba-tiba saja ia kepikiran untuk menanyakan tentang kehidupan Yan.

Naya:

"So, how's your life recently, gēgē ?" (Jadi, bagaimana kehidupanmu baru-baru ini, abang?)

Yan:

"I've been so busy with work recently. After loosing my job, I need to find a new job. And maybe I'll move to my friend's house for a while." (Aku sangat sibuk dengan kerjaan baru-baru ini. Setelah kehilangan pekerjaan, aku harus mencari pekerjaan baru dan mungkin aku akan pindah ke rumah temanku untuk sementara waktu.)

Naya:

"Why are you gonna move to your friend's house? May I know it, gēgē? (Kenapa kamu akan pindah ke rumah temanmu? Boleh aku tahu itu, abang?)

Yan:

"Because I lost my job. I have no money to rent an apartement at the moment." (Karena aku kehilangan pekerjaanku. Aku tidak punya uang untuk menyewa apartemen saat ini.)

Percakapan mereka terus mengalir pada topik-topik selanjutnya. Mereka membicarakan tentang hobi, makanan kesukaan, musik kesukaan dan juga tentang keluarga masing-masing.

Saat bincang-bincang itulah, Naya merasa terdapat banyak kemiripan antara dirinya dengan Yan. Baik itu dari segi kesukaan maupun keluarga. Rupanya, Yan dan Naya sama-sama suka makanan pedas. Mereka juga sama-sama suka makan mie. Yan menyukai film dan lagu-lagu Korea. Begitu pun Naya sebaliknya. Selain itu, mereka sama-sama dua bersaudara. Naya memiliki satu adik laki-laki dan Yan memiliki satu adik perempuan. Yang dimana jarak umur adik mereka pun tidak terpaut jauh pula.

Hampir satu jam mereka berdialog melalui smart phone. Rasanya mereka tidak ingin untuk menutup telepon. Namun mereka tetap harus melakukannya. Karena mereka juga butuh istirahat pada malam hari. Yan dan Naya akhirnya selesai berbicara pada durasi 47:44.


HARI SELANJUTNYA


Pagi ini Yan dan keluarganya sedang bersiap-siap untuk balik ke rumah mereka. Setelah tiga hari menginap di rumah nenek dan kakeknya untuk merayakan imlek bersama. Sebelum berangkat, mereka sarapan bersama terlebih dahulu. Inilah saatnya bagi Yan, untuk mengatakan kepada keluarganya tentang situasi yang tengah ia hadapi. Bahwa ia mendapat PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) di tempat kerjanya.

"Bà, Mā. Wǒ zài wǒ gōngzuò de gōngsī bèi jiěgùle." (Pa, Ma. Aku di PHK di tempatku bekerja)

Sontak saja, kedua orang tua Yan terkejut mendengar perkataan putranya itu. Begitu pun yang lainnya. Nenek, kakek, bibi, paman, adik dan sepupu Yan, mereka seketika terhenti menyuapi makanan ke dalam mulut.

"Shénme! Nǐ cóng shénme shíhòu kāishǐ méiyǒu gōngzuòle?" (Apa! Sejak kapan kamu berhenti bekerja?) tanya ibunya Yan dengan ekspresi kaget dan khawatir.

"Wǒ yīgè yuè qián shōu dàole zhège tōngzhī kuàiyào guònián de shíhòu wǒ bèi jiěgùle." (Aku menerima pemberitahuan ini sebulan yang lalu dan aku dipecat tepat sebelum tahun baru imlek.) jawab Yan.

Lihat selengkapnya