Nyatanya, si tuan rumah hanya mempersilakan masuk sebagai tamu. Perkataannya dengan jelas mengisyaratkan bahwa ia tidak menyuruh si penghuni baru untuk tetap tinggal. Tuan, lantas mengapa engkau memberikan aksi yang kemudian memunculkan reaksi? Jikalau begitu, seharusnya tidak perlu engkau menyuguhkan sesuatu yang terlalu manis. Agar asa tidak terajut bersama imajinasi.
***
02 - Mei - 2024
Mengetahui dirinya yang tidak pernah dirayakan, Naya memilih beristirahat dari dialognya bersama Yan. Rumah itu ia tinggalkan dengan segenap nestapa. Tiada kabar dan saling menyapa. Naya hanya menyibukkan diri dengan kehidupannya setelah Idul fitri. Namun tidak bisa dipungkiri, renjana sering kali menghampiri dirinya. Sebisa mungkin ia mengalihkan pikiran dan perasaannya itu dari Yan. Hari-harinya ia isi dengan mencari dan melamar pekerjaan. Dulu ia hanya berambisi menjadi seorang jurnalis. Sekarang Naya mencoba untuk keluar dari zona nyaman tersebut. Ia menyadari kalau dirinya juga memiliki kemampuan lain. Hari ini Naya melihat lowongan pekerjaan untuk guru bahasa Inggris. Ia pun memutuskan untuk membuat surat lamaran kerja.
Sebenarnya ia tidak terlalu fasih dalam berbahasa Inggris. Posisi yang dilamarnya ini juga hanya materi untuk tingkat SD dan SMP. Tapi tekadnya sudah bulat, kalau ia ingin mencoba hal baru di dalam hidupnya. Ia mulai membuat surat lamaran kerja. Matanya tidak sanggup menatap layar laptop yang terlalu terang. Walau sudah mengurangi cahaya pada layar laptop, Naya masih merasakan pedih di kedua bola matanya. Ia pun mengambil kaca mata berwarna transparan dari laci yang ada di kamarnya. Setelah itu barulah ia mulai bekerja di depan laptopnya. Naya mengetik surat lamaran kerja sekaligus memperbarui resume nya.
Pesan Grup Masuk ....
Indri:
[Pesan Teks]
"Guys, lagi ngapain kalian? Keluar yuk!"
Naya menaikkan kaca matanya ke atas kepala. Jarinya menggeser layar kunci pada smart phone. Lalu ia menyandarkan punggungnya ke kursi dan membalas pesan grup.
Naya:
[Pesan Teks]
"Gue lagi buat surat lamaran kerja. Keluar ke mana, ndri?"
Indri:
[Pesan Suara]
"Nongki di coffee shop."
Naya:
[Pesan Suara]
"Boleh deh, ndri. Gue juga lagi suntuk banget di rumah. Tapi gue selesain surat lamaran kerja dulu ya."
Indri:
[Pesan Suara]
"Nah, iya, ngapain sih lo di rumah kalau lagi suntuk atau stress. Makanya keluar biar pikiran lo kebuka. Okay Nay! Habis Salat Asar aja kita perginya. Semangat nyari kerjanya. Semoga keterima. Btw, yang lain gimana?"
Kiyo:
[Pesan Suara]
"Gue kerja. Giliran gue kerja kalian pada nongki. Skip dulu gue. Tapi tolong anterin makanan ke tempat kerja gue hahah....," balas Kiyo tertawa dengan gurauannya.
Kiyo bekerja sebagai akuntan di perusahaan perseorangan di kota Pekanbaru. Meski sekarang adalah hari Sabtu, namun ia tetap harus bekerja. Indri bekerja membuka usaha sendiri yang bergerak di bidang kuliner. Kalau Anes ... hanya ia sendiri yang berbeda dari sahabatnya yang lain. Setelah lulus kuliah ia lebih memilih menjadi pengangguran bahagia. Padahal Indri, Naya, Chika dan Kiyo sudah berulang kali menasihatinya untuk berubah. Tapi ia tetap pada pendiriannya. Sikap Anes begitu semenjak ibunya berpulang ke Rahmatullah beberapa tahun yang lalu.
Chika:
[Pesan Teks]
"Gue pengen ikut, tapi untuk sekarang belum bisa, guys. Maaf ya."
Anes:
[Pesan Teks]
"Gue ikuttt, bentar lagi gue siap-siap." timpal Anes.
Indri:
[Pesan Suara]
"Yahh, pengantin baru sekarang susah keluar. Gak apa, Chik. Kita-kita ngerti kok. Nikmatin aja honeymoon lo dulu, hahah....," balas Indri sambil tertawa.
Chika:
[Pesan Suara]
"Dasar lo ya, ndri. Okay, have fun ya guys!"
TEPAT PUKUL ENAM, sore hari ini. Ada banyak warga setempat datang membawakan bunga, makanan dan minuman yang kemudian mereka letakkan di sekitaran sungai. Terlihat ada pihak kepolisian juga yang tengah berjaga dan memasang garis polisi. Beberapa warga yang berusaha melewati batas kemudian dihadang oleh polisi lainnya. Selain itu, ada juga reporter yang sedang melaporkan berita secara langsung di lokasi kejadian.
"Ér mùqián jǐngfāng réng zài diàochá féi māo de zìshā yuányīn. Huí dào gōngzuò shì." (Polisi masih menyelidiki penyebab bunuh diri fat cat. Kembali ke studio.) pungkas reporter wanita itu dengan lugas dan tegas.
Yan dan pembeli lainnya sama-sama menatap ke layar TV. Sepulang kerja ia berhenti di salah satu kedai yang menjual makanan lokal. Sembari menunggu pesanannya siap, ia duduk dan menonton TV milik dari si penjual.
Berita yang sedang gempar saat ini di China. Seorang pria berusia 21 tahun nekat bunuh diri karena masalah percintaan. Menurut berita yang beredar di media sosial, ia mengambil jalan itu karena dikhianati oleh pacarnya yang usianya 6 tahun lebih tua darinya. Pria ini selalu memberikan yang terbaik untuk pacarnya itu. Baik itu cinta maupun finansial. Ia bekerja mati-matian hanya untuk memenuhi kebutuhan si perempuan. Bahkan ia rela menahan rasa lapar dan tidak membeli makanan kesukaannya. Hanya demi si perempuan tersebut. Tapi pada akhirnya, pria ini ditinggal nikah oleh si perempuan tersebut. Sejak kemunculan berita tentang kematiannya warga setempat mengenalnya dengan sebutan "fat cat", yang berarti kucing gemuk.
"Xiè xiè," (Terima kasih) ucap Yan kepada penjual wanita paruh baya itu sambil mengambil kantong belanjaannya. Ia membeli dua bungkus makan malam. Satu untuk dirinya dan yang satunya lagi untuk Sean.
Di sebuah kedai kopi yang terletak di sudut kota. Naya Indri dan Anes sekarang sedang nongkrong di sana. Suasananya masih belum terlalu ramai. Mungkin dikarenakan hari masih sore. Mereka memilih bercengkerama di luar ruangan di dekat taman dan danau buatan.
"Kira-kira ... setelah Chika, siapa ya, yang bakal nyusul married ?"tanya Indri dengan ekspresi penasaran.
"Yang pasti kalian yang udah punya pasangan sih," jawab Naya sambil memakan cromboloni coklat.