My Twin Flame

Nadya Suhendra
Chapter #14

Bab 13 - His Favorite Song

Pukul sembilan pagi, Naya terlihat berpakaian rapi. Lima belas menit sebelum berangkat ia merapal doa merayu Tuhannya. Agar dilancarkan segala urusannya hari ini. Beberapa hari yang lalu Naya melamar kerja untuk posisi guru bahasa Inggris dan ia mendapatkan panggilan interview. Ia masih belum tahu, seperti apa nantinya pertanyaan interview yang akan diberikan sebagai pelamar guru bahasa Inggris. Ia hanya belajar hal-hal yang umum saja untuk interview hari ini. Ia akan pergi diantar oleh ayahnya. Kebetulan hari ini pak Hendra sedang libur bekerja.

"Sudah siap, Nay?" tanya pak Hendra.

"Iya sudah, Pa. Ma, Naya berangkat dulu ya. Doain keterima," ucap Naya menyalami ibunya dan sambil memasang helm.

"Iya, Nay. Hati-hati ya di jalan. Kalau sudah selesai interview, jangan lupa telepon papa suruh jemput," ucap bu Irza menyambut salam Naya dan mencium keningnya.

"Iya ma,"

Naya pun berangka dan berboncengan dengan ayahnya. Mereka akan menempuh perjalanan selama dua puluh menit untuk sampai ke tempat tujuan.

Sementara di sisi lain, Yan akan pergi melakukan perjalanan bisnis ke luar kota selama dua hari untuk mengunjungi kustomernya. Ia akan mengendarai mobil selama tiga jam nantinya.


DI SEKOLAH TEMPAT NAYA INTERVIEW


"Pa, Nay pergi dulu ya, doain keterima.”

“Iya, Nay. Nanti telepon aja papa kalau sudah selesai."

"Iya pa,"

Naya turun dari sepeda motor dan melepaskan helm yang menutupi kepalanya sedari tadi. Kemudian ia menyalami ayahnya.

Naya melangkahkan kakinya masuk ke dalam sekolah pribadi itu. Detak jantungnya berdegup kencang. Ia benar-benar gugup akan berhadapan dengan orang baru. Ia menarik dan mengembuskan napasnya. Lalu tangannya membuka pintu masuk.

***

"Pagi, kak. Saya Naya Ziendra. Hari ini saya ada janji interview di Happy English." Naya berbicara dengan salah seorang karyawan di sana.

"Ohh iya kak, silakan duduk dulu dan ditunggu sebentar ya," ucap karyawan laki-laki tersebut dengan ekspresi senyum dan mengantarkan Naya ke ruang tunggu.

Tidak lama setelah itu, karyawan lainnya datang menyusul untuk menemui Naya. Perempuan itu tampak membawa tablet dan beberapa lembar kertas.

Tok, tok, tok.... (suara ketukan pintu)

"Misi, kak, pelamar Naya Ziendra?" tanya perempuan itu.

"Iya kak, betul." jawab Naya.

"Okay, jadi hari ini kita akan melakukan sesi pertama ineterview ya kak. Nah ... ini ada soal-soal writing dan listening yang harus kakak kerjakan. Durasi pengerjaannya selama tiga puluh menit ya, kak. Kakak bisa menggunakan tablet ini untuk membaca dan mendengarkan soalnya. Kemudian jawaban silakan ditulis di lembaran kertas ini," karyawan perempuan itu memberikan lembaran kertas ke hadapan Naya.

"—Apakah ada pertanyaan, kak?" ia berbicara lagi memberikan pertanyaan.

"Untuk soal listening diputar sendiri atau gimana, kak?"

"Kita ngerjain soal listening dulu dan saya yang akan putarkan, kak. Kakak tolong fokus saja saat mendengarkan. Karena setiap soal hanya akan diputar ulang sebanyak satu kali."

"Ohh gitu ya, kak. Okay kak! Makasih ya."

"Sama-sama, kak. Saya keluar dulu ya."

"Iya kak,"

Terlihat jelas Naya sangat kebingungan dengan ujian TOEFL ini. Hanya sebagian soal yang mampu ia jawab dengan benar. Selebihnya, ia hanya asal memilih saja. Waktu terus berjalan hingga sampai di menit-menit terakhir. Saat Naya selesai mengerjakan soal terakhir, nilainya pun keluar secara otomatis. Ia pun begitu kecewa saat melihat nilai tersebut. Karena tidak sesuai yang diharapkannya. Ia sudah yakin tidak akan lulus kualifikasi. Nyatanya benar saja, nilai TOEFL Naya tidak memenuhi syarat kualifikasi dan gagal direkrut. Usai melakukan ujian TOEFL tadi, Naya menelepon ayahnya untuk minta dijemput.

Dokumen-dokumen itu tersusun rapi di atas meja kerja. Setiap dokumen sudah tertulis keterangannya masing-masing. Yan mengambil beberapa dokumen tersebut untuk dibawa ke perjalanan bisnis. Sebelum berangkat, ia tidak lupa untuk memberi tahu Naya dulu mengenai perjalanan bisnisnya kali ini.

Yan:

[Pesan Teks]

"Adik, today I have to go on a business trip to visit our potential new customer. I will be the holder. I wish I can succeed." (Adik, hari ini aku harus pergi ke perjalanan bisnis untuk mengunjungi calon pelanggan baru. Aku berharap aku bisa berhasil.)

Naya baru saja sampai di rumah dan ia rebahan di kasurnya. Wajahnya tampak murung. Mungkin karena ia gagal dalam ujian TOEFL tadi. Dirinya pun menceritakan tentang hari ini pada Yan.

Naya:

[Pesan Teks]

"Gēgē, I know you can do it. Believe in yourself and do your best. Yan gēgē, I went to interview job this morning." (Abang, aku tahu kamu bisa melakukannya. Percaya pada dirimu sendiri dan lakukan yang terbaik. Abang Yan, aku pergi wawancara kerja tadi pagi.)

Yan:

[Pesan Suara]

"Thank you my adik! Yeah, I believe I can do it and I will be succeed. But, I’m kinda nervous tbh." (Terima kasih adik! Ya, aku percaya aku bisa melakukannya dan aku akan berhasil. Tapi, aku agak gugup sejujurnya,) ucap Yan sembari menyalakan mobilnya.

Mendengar pesan ini, Naya merasa tidak di respon oleh Yan saat ia menceritakan tentang yang dijalaninya hari ini. Karena merasa kesal, Naya pun hanya membalas pesan Yan dengan singkat.

Naya:

[Pesan Teks]

"You’re welcome, gēgē." (Sama-sama, abang.)


SUASANA MALAM HARI


Lihat selengkapnya