My Twin Flame

Nadya Suhendra
Chapter #17

Bab 16 - Misunderstood, Emotional, Ego

Cinta itu ada, namun prasangka-prasangka tidak baik mulai menghasut isi kepala. Semua bermula dari banyaknya tanda tanya dan bermuara ke rasa curiga. Emosi yang memuncak pun akhirnya perlahan meruntuhkan hubungan baik Yan dan Naya selama ini.


Sabtu, 25 - Mei - 2024,

Pagi ini Yan akan mengunjungi apartemen barunya. Hanya tinggal hitungan hari lagi, sudah akan memasuki bulan Juni. Seperti yang pernah dikatakannya pada Naya beberapa waktu yang lalu, kalau ia akan pindah ke apartemen barunya di bulan Juni. Yan baru saja selesai sarapan bersama sahabatnya, Sean. Tidak lama setelah itu ia tampak membawa alat perkakas dan memasukkannya ke dalam mobil. Yan akan bersiap-siap untuk pergi.

***

Sesampainya di apartemen baru, Yan melihat ada banyak sekali debu-debu yang mengotori setiap sudut ruangan. Udara pengap dan bau tidak sedap merusak penciumannya saat berada di dalam apartemen itu. Ia kemudian berjalan melihat sekeliling ruangan mencari asal bau tersebut. Didapatinya ada dua tabung gas berukuran besar di sebuah tempat penyimpanan di dapur. Rupanya itu adalah gas bocor milik si penghuni lama apartemen.Yan langsung membuka semua jendela lebar-lebar. Agar bau gas itu hilang segera. Setelah itu Yan mulai bergerak membersihkan apartemennya.

Semilir angin menyelinap dari celah-celah jendela kamar Naya. Matahari pagi tampaknya masih tertidur pulas. Karena cuaca terasa dingin dan langit sedikit mendung. Sepertinya akan turun hujan. Benar saja ternyata, tidak berselang lama suara guntur terdengar sampai ke telinga Naya. Hujan lebat pun turun. Naya yang masih dibalut selimut menatap ke arah kaca jendela kamar. Ia memperhatikan hujan itu dan sesekali matanya memejam seraya mendengarkan derasnya hujan. Naya memang menyukai hujan. Tapi tidak dengan kerasnya guntur dan terangnya kilat. Karena itu menakutkan baginya. Rasanya ingin ia melanjutkan tidurnya, namun ... perutnya mulai keroncongan. Kopi hangat dan roti lapis, sepertinya menu sarapan yang cocok untuk disantap saat suasana hujan seperti ini, menurutnya. Naya bangkit dari kasur bergegas menuju dapur.

Yan dibanjiri keringat di badan dan juga sebagian wajahnya. Napasnya terengah-engah, ia begitu kelelahan membersihkan apartemennya sedari tadi. Ia tadi sibuk: menyapu, mengepel, mengecat dan mengelap kaca. Sekarang apartemennya itu sudah terlihat bersih daripada sebelumnya. Yan sekarang duduk di lantai untuk beristirahat sejenak. Ia merogoh smart phone nya dari saku celana. Yan merekam video sambil berbicara memperlihatkan ruangan-ruangan yang ada di dalam apartemennya. Setelah selesai merekam, Yan mengirim rekaman video itu pada Naya.

Naya sedang menikmati secangkir kopi. Saat menerima notifikasi pesan ia langsung membukanya dan memutar video yang dikirim Yan tadi. Diperhatikannya apartemen Yan, ia melihat baru hanya ada sofa dan kasur saja. Namun apartemen itu memang tampak lebih indah dan nyaman setelah diubah warna cat nya oleh Yan. Perpaduan warna putih dan abu-abu, memberikan kesan hangat di dalam ruangan apartemen Yan.

Naya:

[Pesan Teks]

"Your apartment looks so cozy. I really like it, gēgē." (Apartemen kamu terlihat sangat nyaman. Aku menyukainya, abang)

Yan:

[Pesan Suara]

"Haha...., thank you my adik. I still have to buy something else to fill my apartment. I’ll buy a tv and washing machine later." (Haha...., terima kasih adikku. Aku masih harus membeli yang lain untuk mengisi apartemenku. Aku akan membeli TV dan mesin cuci nanti.)

Naya:

[Pesan Suara]

" I see....,yeah I saw it in the video that gēgē sent to me." (Oh begitu....,ya aku melihatnya di video yang abang kirim sama aku.)

Hari kemarin sebenarnya Yan ingin menelepon Naya. Tapi Naya sibuk menghabiskan waktu nongkrong bersama teman-temannya. Karena itu ia tidak bisa menerima panggilan telepon dari Yan. Namun tidak apa-apa bagi Yan. Karena ia memaklumi itu. Rencananya malam ini Yan ingin menelepon Naya lagi.

Yan:

[Pesan Suara]

"Adik, what are you doing now?"(Adik, kamu lagi apa sekarang?)

Naya:

[Pesan Suara]

"I’m eating my breakfast . What about gēgē? Btw, it’s raining here now. I like Rain, do you like rain gēgē?" (Aku lagi sarapan. Kalau abang? Ngomong-ngomong, di sini sedang hujan sekarang. Aku suka hujan, apakah abang suka hujan?)

Yan:

[Pesan Suara]

"Enjoy your breakfast, adik. I’m just resting now. Ohh really? Is it heavy rain? Yes, I really like rain. Wahh, we’re same, hahah....," (Nikmati sarapanmu, adik. Aku lagi istirahat sekarang. Ohh benarkah? Apakah hujan lebat? Ya, aku suka hujan. Wahh, kita sama, hahaha....,)

Naya:

[Pesan Suara]

"Okay, thank you gēgē! Have you eat breakfast? Yes, it is. Really gēgē? Wahh, hahah...., but I don’t like the thunder, it scared me." (Baiklah, terima kasih abang! Kamu sudah sarapan abang? Ya, hujan lebat. Benarkah abang? Wahh, hahah...., tapi aku tidak suka petir, itu membuatku takut.)

Yan:

[Pesan Suara]

"I already had breakfast. Same, I don’t like thunder either, hahah. The rain makes my heart and mind calm." (Aku sudah sarapan. Sama, aku tidak suka petir juga. Hujan membuat hati dan pikiranku tenang.)

"— Adik, can we have voice call later?” (Adik, bisa kita teleponan nanti?)

Naya:

[Pesan Suara]

"Yes, that’s right! The rain makes my heart and mind too. Sure, we can. What time gēgē will call me?" (Ya, itu benar! Hujan membuat hati dan pikiranku tenang juga. Tentu, kita bisa. Jam berapa abang akan meneleponku?)

Yan:

[Pesan Suara]

Lihat selengkapnya