My Twin Flame

Nadya Suhendra
Chapter #24

Bab 23 - Self Awakening

Naya POV.


Naya berusaha menyelami kenangannya bersama Yan. Ia menyatukan kembali ingatan-ingatan yang sudah mulai tenggelam di dasar hati dan pikiran. Sebagian kenangan masih tersimpan dan sebagiannya lagi sempat terlupakan. Ia melakukannya semata-mata untuk mengabadikan kisahnya bersama Yan di dalam sebuah aksara. Selama menulis novel, pipinya sering kali dihujani oleh air mata. Luka-luka yang hampir kering kembali lagi menganga. Kadang ia merasa kesulitan dalam merangkai kata. Kadang ia juga merasa buntu dengan kelanjutan cerita. Dan kadang, ia merasa kewalahan harus menapaki kembali ingatan-ingatan yang pernah ingin dilupakan. Pagi ... siang ... sore dan malam, ia fokus mengerjakan novel yang diikut sertakannya dalam sebuah acara lomba.

Selama proses menemukan jati diri ia merasakan jatuh bangun yang begitu luar biasa. Namun semakin ia mengorek-ngorek lukanya, semakin terkikis pula luka-luka itu rupanya. Perlahan luka batin itu hanya meninggalkan bekas yang menjadi samar. Ia mulai bisa merasakan perubahan baik di dalam dirinya. Ia sekarang menjalani hari-harinya dengan hal yang positif. Mendekatkan diri kepada Tuhan, berolahraga, melakukan meditasi, bermanifestasi yang baik dan berkenalan dengan orang-orang baru. Saat ia menelisik hidupnya ke belakang, Ia sadar, selama ini dirinya selalu mencintai orang lain secara berlebihan. Tapi ia lupa untuk mencintai dirinya sendiri dan juga yang telah menciptakannya. Tuhan. Mungkin selama ini ia kurang melibatkan Tuhan di dalam hidupnya. Terutama ketika sedang jatuh cinta. Ia percaya, dibalik kisahnya bersama Yan, Tuhan ingin menyelamatkan jiwanya yang sudah lama tertidur.

Selama ini ia hanya selalu punya rencana di dalam hidupnya. Tapi tidak pernah mau untuk memulai. Atau ia suka menunda-nunda pekerjaannya ketika sudah memulainya. Dirinya bahkan lupa, kapan terakhir kali ia merasakan gairah di dalam hidupnya. Ia seolah menjalani hidup seadanya saja. Tidak ada perkembangan. Di saat orang lain berlari mengejar impian mereka, ia merasa dirinya hanya berjalan di tempat yang sama. Ia terlalu takut untuk mengambil langkah. Karena itulah ia banyak melewatkan kesempatan-kesempatan baik yang pernah datang ke kehidupannya. Ia takut jika langkah yang diambilnya adalah jalan yang penuh dengan kerikil. Entah ketakutan itu karena suatu alasan. Atau ia yang terlalu pengecut dalam menjalani kehidupan. Namun sekarang, ia ingin berubah. Ia ingin berani mengambil langkah. Ia yakin bahwa langkah yang ia ambil saat ini akan membawanya pada jalan yang berbunga di masa depan. Ia bertekad ingin menjadi seorang penulis novel yang sukses dengan karya-karya terbaik. Karena itulah ia memulainya dengan mengikuti lomba menulis novel. Ada bisik-bisikan baik yang menyusup ke dalam hatinya. Bahwa ia akan menang dalam lomba menulis novel yang sedang diikutinya ini. Ia pun berusaha semaksimal mungkin untuk membuat karya terbaiknya. Agar bisa menunjukkan pada dirinya sendiri, kalau ia mampu dan berhasil mengejar impiannya.

Selama tiga setengah bulan ia mengerjakan novelnya yang berjudul "My Twin Flame". Pada saat menulis novel ini, ia banyak belajar tentang makna kehidupan. Sehingga hal ini membuat ia ingin lebih menghargai lagi hidupnya. Mulai saat ini dan seterusnya. Setelah berhasil menyelesaikan novelnya, ia pun mengirimnya ke panitia lomba untuk di publikasikan. Ia selalu berdoa dan bermanifestasi tentang hal-hal baik. Berharap novelnya memiliki banyak pembaca dan menjadi trending. Kemudian terpilih menjadi pemenang lomba. Doa dan manifestasi baik yang selalu ia lakukan ternyata benar-benar terwujud. Novelnya sering berada di urutan trending dan memiliki banyak pembaca. Mengetahui hal ini, ia semakin yakin bahwa pintu kesuksesannya akan segera terbuka. Ia akan berjalan di jalan yang berbunga di masa depan.


Desember, 2024


Lihat selengkapnya