My Twin Flame

Nadya Suhendra
Chapter #26

Epilog

Pada akhirnya Naya mengerti. Bahwa ... Tuhan menghadirkan Yan ke kehidupannya untuk membangunkan jiwanya yang tertidur selama ini. Ia menjadi penyelamat untuk segala luka batin yang Naya miliki.


Agustus, 2027


Setelah berdamai dengan keadaan dan diri sendiri, Yan dan Naya akhirnya bersatu kembali. Yan datang ke Indonesia untuk menemui Naya. Mereka bertemu di saat sama-sama sudah menjadi versi terbaik diri sendiri.

***

Dengan kebahagiaan yang terisi penuh di dalam hati, Naya menunggu di tengah keramaian di dalam sebuah bandara. Ia terlihat anggun dan memesona. Karena gaun panjang berwarna biru muda yang dikenakannya. Dari jarak pandang lima puluh meter, Yan melihat Naya sedang berdiri seraya memeluk satu buket bunga. Ia terus berjalan mendorong kopernya menuju Naya. Hingga langkah kakinya semakin dekat ke arah Naya. Jantung Naya mulai berdegup kencang saat melihat Yan yang hampir sampai di dekatnya. Begitu pun Yan sebaliknya. Dan ... tidak lama setelah itu, Yan sampai juga di hadapan Naya.

"Welcome, Yan gēgē!" (Selamat datang, abang Yan!) ucap Naya dengan senyum semringah dan tatapan mata yang berbinar. Lalu, ia memberikan buket bunga itu pada Yan. "Thank you, adik," (Terima kasih, adik,) jawab Yan seraya mengambil buket bunga dan tersenyum. Setelah ini mereka berdua berangsur pergi dari bandara.

***

Dari balik jendela mobil, Yan terlihat antusias memperhatikan jalanan yang dilewatinya bersama Naya. Sesekali ia juga curi-curi pandang ke arah Naya yang sedang fokus menyetir. Mereka sekarang ingin menuju ke sebuah kafe. Sesampainya di kafe, mereka memesan segelas es americano dan duduk saling berhadapan. Di awal percakapan mereka berdua masih terlihat canggung. Percakapan baru mulai mengalir dengan santai setelah beberapa menit kemudian. Mereka banyak membicarakan apa yang telah dilewati selama tiga tahun terakhir. Dari percakapan inilah mereka sadar, ada banyak pelajaran hidup yang sudah mereka ambil. Naya merasa bahagia atas pencapaian yang berhasil diraih Yan. Sama halnya dengan Yan. Ia juga merasa bahagia sekaligus terharu, saat tahu Naya mengabadikan kisah mereka berdua di dalam novel. Yan kini tengah memikirkan sesuatu di dalam kepalanya. Ia memutar-mutar sedotan itu sebelum meneguk minumannya. Sedangkan Naya terlihat mengambil sesuatu dari dalam tasnya.

"Adik"

"Gēgē" (abang)

Mereka serentak saling memanggil dan kemudian tertawa. "Okay, go ahead, adik!" (Baiklah, silakan duluan, adik). "Thank you, gēgē." (Terima kasih, abang.)

***

Naya meletakkan buku novel dan gelang pasangan di atas mejanya. Kemudian ia mendorong benda itu perlahan ke hadapan Yan. Novel berjudul "My Twin Flame" dan gelang dengan simbol "Yang".

"This is for you, gēgē." (Ini untuk kamu, abang.)

Lihat selengkapnya