My Wedding Dress

Bentang Pustaka
Chapter #2

Dua

When I stand here taking every breath without you.

Setahun kemudian.

“By! Aku nggak sarapan, ya! Udah telat!” Aku mendengar Gigi berteriak sambil tergesa mengetuk pintu kamarku. “Siang ini ada pemotretan, masih ada set yang harus aku siapin.”

“Iya!” Aku balas berteriak sambil menjepit rambutku asal sebelum keluar kamar.

Berbeda dengan Gigi yang sudah rapi dengan tanktop putih bermotif dandelion beraksen merah yang dipadupadankan dengan criss cross ribbed sweater dan celana bahan hitam berpotongan skinny, aku masih santai dengan kaus kebesaran dan midi shorts.

Kami memang sangat bertolak belakang. Gigi itu seperti salah satu angel-nya Victoria’s Secret. Dengan tulang pipi tinggi, hidung mancung, mata yang dibingkai bulu mata lentik, dan bibir penuh sewarna ceri, setiap orang pasti mengakui kecantikannya. Gigi juga langsing banget. Setiap dia memasuki ruangan, seluruh perhatian akan terarah kepadanya. Sementara aku bisa dibilang seperti salah seorang gadis Disney. Cantik, tapi lebih mirip girl next door, terlebih lagi dengan tubuh mungilku.

“Aku berangkat, ya!” Gigi yang sudah di pintu depan sedang mengenakan stiletto yang semakin menyempurnakan penampilannya.

“Hati-hati, ya, Gi!” Aku memeluk dan mencium kedua pipinya bergantian. “Nyetirnya jangan ngebut, jangan rebutan sama motor, jangan WhatsApp-an sambil nyetir!”

“Abby bau!” Dia menjepit hidung, memamerkan jarinya yang termanikur sempurna. “Nggak bosan apa tiap pagi nasihatin itu lagi, itu lagi? Aku yang dengarnya aja bosan!”

Aku memutar bola mataku dan menjitaknya pelan. “Hati-hati pokoknya!”

“Iya, iya! Bawel, deh! Aku berangkat.” Gigi berjalan masuk ke mobilnya dan melambaikan tangan setelah menurunkan kaca jendela.

Aku membalas lambaian tangannya dan menunggu sampai mobilnya menghilang di ujung jalan sebelum kembali masuk ke rumah untuk sarapan dan bersiap memulai hari.

Satu lagi hari baru yang harus aku jalani.

Yang terpaksa aku jalani.

Time flies, sudah setahun sejak rencana pernikahanku ber­akhir berantakan. Setahun ini seharusnya berisi dengan kenangan membahagiakan. Seharusnya. Pernikahan, honeymoon keliling Eropa Utara, pindah ke rumah baru kami, dan mungkin merayakan kehamilan pertamaku. Tapi tidak, itu semua hanya angan yang tak pernah terwujud. Yang kumiliki sekarang hanya kenangan menyakitkan yang terus datang seperti hantu yang mengisi hari-hariku. Membatalkan pernikahan, menghubungi seluruh keluarga, tamu undangan, serta vendor yang kami gunakan, mengembalikan seluruh hadiah, dan mengirimkan permintaan maaf, tapi bukan itu yang menghantuiku dengan sangat. Tatapan campuran rasa kasihan dan sedih yang kuterima dari sekelilingku, itu yang paling menyakitkanku.

Apa hidup mereka segitu santainya sampai sibuk ngurusin hidup orang lain?

Tidak hanya keluarga, tapi juga teman, rekan kerja, bahkan mereka yang sekadar mengenalku masih melemparkan jenis tatapan itu setiap bertemu denganku. Tidak hanya itu, mereka juga selalu menasihatiku untuk segera move on, melupakan Andre dan kembali membuka hatiku. Sejujurnya, aku muak mendengarnya. Aku tak butuh nasihat sok tahu dan basi mereka. Yang paling kubutuhkan hanya jarak. Please step back and leave me alone. Sayangnya, aku dibesarkan dengan budaya Timur yang kental, sopan santun adalah segalanya hingga akhirnya aku memilih resign dan memulai bisnis online-ku sendiri. Kembali menekuni hobi lama yang terlupakan, membuat sketsa dan karikatur.

Mungkin bagi sebagian orang, keputusanku melepas karier yang sedang menanjak di salah satu konsultan arsitektur terbaik di Asia Tenggara itu sangat lebay dan bodoh. Tapi, tidak untukku. Bukan, aku bukannya ingin mengurung diri atau menutup diri dari dunia. Aku hanya butuh waktu untuk sendiri dan melihat ke dalam diriku, apa yang ingin kulakukan setelah rencana hidupku berantakan.

Dan, tidak seperti anggapan orang, bisnis online-ku berjalan cukup lancar. Pada zaman serbamodern dan cepat seperti sekarang, ternyata banyak yang merindukan hal-hal yang dulu kita anggap remeh. Menyertakan kartu ucapan buatan sendiri di dalam kado, menghiasi rumah dengan gambar yang diwarnai sendiri, atau hal-hal handmade lainnya. Itu yang membuat bisnisku cukup cepat berkembang.

Bisnisku sebenarnya sederhana. Aku menyediakan beberapa template kartu ucapan dan sketsa dengan berbagai tema yang bebas dipilih. Setelah menyelesaikan transaksi, aku akan mengirim file sketsa itu yang bisa mereka cetak dan warnai sendiri atau tambahkan tulisan lainnya. Customizable greeting card, kalau meminjam istilah Gigi.

Lihat selengkapnya