You don’t have to be genius, witty, or polite. You just have to be honest.
“Kamu yakin mau ngelakuin ini?” Gigi bertanya untuk kali kesekian sejak aku memutuskan untuk sejenak meninggalkan Jakarta.
Aku menganggukkan kepala. “Yakin nggak yakin, sih, sebenarnya.”
“Oke.” Gigi terlihat masih kurang yakin, tapi dia cukup bijaksana untuk tidak mengatakan apa pun. “Paspor dan tiket kamu udah? Uang? Alamat penginapan dan ….”
“Gi, aku bukan anak kecil!” Aku menatapnya dengan kesal.
“Aku tahu.” Dia terlihat merasa bersalah, tapi juga khawatir, kadang dia lupa bahwa dia itu adik dan aku kakaknya. “Tapi, kamu belum pernah travelling sendirian, jadi aku khawatir.”
“I’ll be fine, percaya, deh. Aku pasti bakal baik-baik aja. Malahan lebih baik daripada sekarang.” Aku merapikan tali satchel bag-ku. “Lagian Penang, kan, nggak jauh dari Jakarta, aku juga bukan anak kecil yang cuma bisa nangis kalau nyasar.”
“Oke. Happy travelling then.” Gigi memelukku. “Kamu bisa hubungi aku kalau ada masalah. Jam berapa pun.”
“Kalau aku hubungi kamu, emangnya kamu bisa apa?” Aku tersenyum tipis. “Kamu, kan, lagi di Paris dan aku di Penang, jauh, Gi!”
Nanti malam Gigi akan terbang ke Paris untuk melakukan pemotretan di sana. Itu juga alasan lain kenapa aku memutuskan sekarang waktu yang tepat untuk sejenak pergi. Sejenak menjauh dari kenangan. Rumah yang kosong akan membuatku enggan untuk kembali.
“Aku tahu, By, tapi aku nggak pengin kamu kenapa-kenapa.” Gigi kembali memelukku. “Aku nggak mau dimarahin Papa dan Mama.”
Senyumku semakin lebar. “Aku janji bakalan ngirim email ke kamu tiap hari selama aku travelling.”
“Beneran, ya?!”
“Aku janji, Gi.” Aku mengacak rambutnya. “Lagian, kenapa kamu jadi nggak yakin, sih? Kemarin siapa yang nyeramahin aku panjang lebar waktu kita ngantre perpanjang paspor?”
***
“Kita ngapain ke sini, Gi?” Aku mulai bosan menunggu dipanggil untuk wawancara yang menjadi salah satu persyaratan pembuatan paspor.
“Bikin paspor, lah, masa beli gorengan.” Gigi dengan jawaban khasnya, menyebalkan.
“Aku juga tahu kalau itu, tapi maksudku, ngapain aku perpanjang paspor segala? Aku udah nggak kerja, nggak bakal punya alasan ke luar negeri lagi.”
“Lho?” Gigi menatapku bingung. “Kemarin yang bilang mau travelling siapa?” Dia balik bertanya dengan polosnya.
Aku menarik napas panjang. “Aku. Tapi, maksud aku, ya, travelling di dekat-dekat Jakarta aja.”
“Bandung maksud kamu?” Gigi mulai kesal.“Kalau cuma ke Bandung itu bukan travelling namanya. Itu liburan akhir pekan.”