"Siapa Ca?" Terdengar suara Will bertanya, dan berjalan mendekat kearah pintu. Cahaya yg terlalu lama membuka pintu, tapi tidak juga memberi laporan siapa tamunya. Membuat Will menyusulnya kedepan.
"Siapa?" Tanya Will lagi saat sudah sampai dibelakang Cahaya. "Ehh..." Cahaya tak menjawab, karena dia memang tidak tahu siapa wanita di depannya. Dia hanya menyingkir kebelakang, memberi akses agar Will bisa melihat tamunya.
"Hi...Will!" Sapa tamu itu lebih dulu. Sambil tersenyum lebar. Tangan kanannya menenteng kantong plastik kecil. "Ehh...Vio! Ada apa kau datang kemari?" Tanya Will sedikit terkejut. Rupanya mereka sudah saling kenal pikir Cahaya dalam hati.
"Ahh...iya. tadi aku diminta Andrea mengantarkan makanan untukmu." Vio menyerahkan kantong plastik kecil yg dibawanya. Will pun menerima dengan senang hati. Toh dia memang sedang lapar, karena sejak tadi belum makan siang. "Thanks ya...!" Ucap Will sambil membuka kantong plastik itu. Ada dua bungkus nasi campur di dalamnya.
"Iya sama-sama. Kalau begitu aku pamit dulu. SLAMAT MAKAN SIANG!" Ucap vio seraya tersenyum pada Will juga Cahaya yang tidak dikenalnya. Vio pun segera beranjak dari rumah itu. "Ok...sekali lagi thanks ya!" Will melambaikan tangannya.
Hari itu, setelah gadis bernama Vio itu pergi Cahaya juga bermaksud untuk pulang. Tapi lagi-lagi Will menahannya. Dia baru diizinkan pulang setelah menemani Will makan. Siapa yang menyangka niatnya mencari Ferdinand, malah jadi bertemu dan berurusan dengan Will yang menyebalkan itu. Takdir memang aneh.
# * # *
Sesampai dirumah Cahaya langsung masuk ke kamarnya. Merebahkan tubuhnya ke tempat tidur. Kejadian tadi membuatnya kelelahan sendiri. Bukan hanya karna sikap Will yang menyebalkan. Tapi juga karena jantungnya terus menari tidak karuan jika berdekatan dengan laki-laki itu.
Beberapa saat dibiarkannya pikirannya melayang. Menerawang entah kemana. Matanya pun mulai ingin terpejam. Tiba-tiba dia merasa ada yg kurang. Tapi apa pikirnya. Sejenak ia berpikir, lalu tiba-tiba memekik sendiri. "ASTAGA PONSEL KU...!!" Matanya membulat tak percaya. Ia segera membuka tas yg dibawanya tadi. Mengeluarkan semua isinya. Tapi ponselnya benar-benar tidak ada.
"Oh GOD...ponselku tidak ada. Hikkss... Pasti ketinggalan di rumah Mr. Will menyebalkan itu. Arrgghh...masa iya aku harus kesana lagi." Ia mengacak-ngacak rambutnya frustasi. "Kerumah itu lagi? Bisa-bisa aku ditahan lagi. Aku sudah cukup lelah menghadapi laki-laki menyebalkan itu hari ini. Sebaiknya besok sajalah aku kesana." Cahaya berbicara pada bayangannya di cermin. Terlihat tampangnya yg sudah sangat kusut.