“Lihat, Lizzie, suratmu!” seru Cheryl. Ia menemukan sepucuk surat di kotak pos. Saat itu, hari pertama liburan. Cheryl, Sandra, Syerli, dan Lyssa sedang berkunjung ke rumah Lizzie.
“Kira-kira dari siapa, ya?” gumam Lizzie sambil merobek amplop surat. Tangannya meraba-raba, “Kok, benjol-benjol gini, sih!”
Ooo … ternyata, surat itu terpotong-potong seperti puzzle. Si pengirim rupanya ingin agar Lizzie penasaran dengan semua yang ditulisnya.
“Hmmm … sepertinya dari Soffie ….”
“Memangnya Soffie itu siapa?” tanya Sandra sambil mengerutkan dahi.
“Dia itu sahabatku! Kalian pasti senang bila bertemu dengannya!” jawab Lizzie.
Mereka mulai memasuki rumah Lizzie.
“Dia dulu tinggal di London, lalu pindah ke Indonesia, dan pindah lagi ke Perancis. Ia masih bisa berbahasa Indonesia, kok! Ayo, bantu aku menyusun puzzle-nya, dan aku akan memberi kalian kue.”
“Okeee …,” kata Syerli, Lyssa, Sandra, dan Cheryl serempak.
Lizzie mengambil kue yang dijanjikannya dan segera duduk di karpet. Tak ada yang menyentuh toples kue itu. Mereka rupanya lebih tertarik menyusun puzzle ketimbang makan kue.
***
“Hei, sepertinya aku menemukan huruf D dan E!” seru Cheryl sambil membolak-balikkan puzzle itu.
“Mmmm … ini … kurasa huruf A dan R …,” kata Syerli masih ragu-ragu dengan huruf yang ditemukannya.
“Aku hampir mendapatkan semua kata terbang dan juga kata hadiah, tetapi aku kurang huruf h!” seru Sandra.
“Hmmm ... aku tidak menemukan apa-apa kecuali kata ‘gu’ ... aku rasa ini dari kata ‘Minggu’ deh!” gumam Lyssa.
“Sewaktu dia ulang tahun, aku memberi kartu ucapan yang sengaja kutulis terbalik. Membacanya harus memakai cermin, tapi masih saja susah.
Aku yakin waktu itu ia tertawa setengah mati,” kata Lizzie. Ia terus menyusun puzzle-puzzle itu.
“Dia suka membuat lelucon. Semuanya bagi Soffie adalah lelucon!” lanjut Lizzie menahan tawa.
“Menurutku, puzzle-puzzle ini jangan sampai tertiup. Nanti, bisa berantakan dan kita harus mengulangnya dari awal,” kata Sandra.
Belum beberapa menit, tiba-tiba ….
“Haaa ... haaa …,” Syerli hampir saja menghancurkan puzzle-puzzle jika Lizzie tidak menutup hidungnya dengan tisu.
“Hatsyyyiii …!” Syerli melanjutkan bersinnya.
“Aduh, Syerli! Baru dibilangin udah kejadian!” keluh Lizzie sambil membuang tisu bekas Syerli ke tempat sampah di dekatnya.
“Kurasa kertas yang sudah disusun ini sebaiknya dilem,” usul Cheryl, “supaya kalau ada yang bersin lagi nggak masalah!”