Pada abad ke-14, di sebuah desa terpencil di Indonesia, hiduplah seorang gadis petani bernama Ningsih. Kehidupannya penuh dengan penderitaan. Keluarganya begitu miskin, ia tinggal di tanah yang tak subur, dan dunia yang tak pernah berpihak padanya. Namun Ningsih tidak pernah menyerah. Ia adalah gadis yang penuh semangat dan berani, walaupun sering kali tak punya apa-apa.
Suatu hari, seorang pria kaya datang ke desanya. Ia menawarkan pernikahan, sebuah kehidupan yang jauh lebih baik. Namun, karena Ningsih adalah gadis yang memiliki keberanian ia dengan tegas menolak.
"Pak, aku bukan barang yang bisa diperdagangkan. Aku tidak ingin menghabiskan hidupku menjadi milikmu," kata Ningsih dengan wajah penuh keberanian.
Tapi pria itu tak terima. Dia marah besar, dan dengan bantuan kekuasaan, ia membalas dendam. Satu malam yang mengerikan, seluruh keluarganya dibantai tanpa ampun. Ningsih, dengan luka di hati dan tubuh, melarikan diri. Ia menyembunyikan diri ke dalam hutan, bersembunyi dari kejaran mereka, berharap dapat hidup satu hari lagi.
Di tengah kegelapan hutan, ia menemukan seorang putri kerajaan, Karina. Putri yang cantik dan sempurna, namun hatinya patah. Karina baru saja mengetahui bahwa tunangannya, pria yang ia cintai, berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Hatinya hancur, dan di bawah pohon besar, ia hendak mengakhiri hidupnya.
"Aku tak bisa lagi hidup di dunia yang penuh kebohongan," Karina menangis, menggenggam ujung selendangnya dengan erat.
Ningsih yang melihat itu, tanpa ragu langsung berlari mendekat.
"Jangan! Hidupmu masih berharga!" seru Ningsih, menarik tangan Karina agar tidak mengikatkan tali di lehernya.
Namun, keduanya bergumul di tengah hutan, sampai suara gaduh mereka terdengar hingga ke telinga pria yang mengejar Ningsih. Dalam kekacauan, keduanya melarikan diri, tetapi nasib buruk menghampiri mereka. Tanpa sengaja, mereka jatuh ke laut dan menghilang, tenggelam dalam gelombang yang menerjang.
Setelah berabad-abad, di tahun 2025, Luna, seorang aktris muda yang terkenal dan kaya raya, sedang berlibur di villa pribadi miliknya di pinggir laut. Namun, meski memiliki segala kemewahan di sekelilingnya, ia merasa kosong dan tertekan. Skandal palsu yang melibatkan dirinya membuatnya kehilangan banyak penggemar, dan komentar kebencian terus menghantuinya.
Di balkon, Luna menatap laut yang sepi, air matanya mengalir deras.
"Kenapa semua ini harus terjadi padaku? Aku hanya ingin kedamaian..." gumamnya, membuka botol pil tidur yang sudah hampir kosong. Namun, malam yang cerah mendadak memberi keberanian padanya. Suara ombak yang menghantam keras membuat Luna tersadar.
Panasnya udara laut membawa Luna keluar dari kamarnya. Saat ia berjalan menuju pantai, sesuatu yang tak terduga terjadi. Dua sosok tergeletak tak sadarkan diri di atas pasir. Dengan panik, Luna mendekat dan mendapati dua wanita asing.
"Siapa kalian?" tanya Luna cemas, membantu mereka bangun. Wajah kedua wanita itu terlihat sangat lemah, dengan rambut basah dan tubuh dingin.
Begitu sadar, keduanya saling berpandangan bingung, lalu berbicara dengan bahasa yang tidak bisa dimengerti oleh Luna.
"Punapa kulo saged maringi pitenah punika?" tanya Karina, dalam bahasa Jawa kuno yang penuh dengan kehormatan.
"Apakah mereka... tidak tahu siapa aku?" pikir Luna. "Aku harus melakukan sesuatu."
"Luna, kamu bisa mengerti apa yang mereka katakan?" ujar teman Luna dari belakang, terkejut.
Luna menggelengkan kepala. "Tidak, tapi mereka sepertinya berasal dari tempat yang jauh sekali."
Luna mengundang keduanya masuk ke villa dan menawarkan makanan yang hangat. Ningsih dan Karina yang bingung dengan dunia baru ini hanya mengangguk. Ningsih mencoba berbicara, tapi Karina lebih banyak diam, matanya penuh dengan kesedihan.
Luna sibuk dengan ponselnya, mencari tahu tentang mereka. Dengan bantuan aplikasi penerjemah, akhirnya ia bisa memahami sedikit demi sedikit percakapan mereka. Karina mengungkapkan kesedihannya, menceritakan pengkhianatan yang membuatnya hampir kehilangan arah hidup.
"Ke mana perginya cinta sejati? Mengapa dunia ini penuh dengan kebohongan?" tanya Karina dalam bahasa yang sulit dipahami Luna.