"Ini adalah kesempatan yang tidak akan datang dua kali, Arya," suara Pak Sugeng, dosen pembimbing Arya, terdengar tegas di ruangan kecil yang dipenuhi oleh buku-buku teknik penerbangan. Matanya tajam menatap Arya yang duduk di depannya, sementara tumpukan kertas proposal proyek tersebar di meja. "Proyek N250 ini adalah langkah pertama Indonesia menuju kemandirian teknologi penerbangan. Kamu harus ikut terlibat."
Arya terdiam sejenak, mencerna kalimat yang baru saja diucapkan oleh dosennya. Jantungnya berdebar lebih cepat, mencampur aduk antara kegembiraan dan ketakutan. N250. Nama itu sudah lama ia dengar, tapi tidak pernah terpikir olehnya bahwa ia akan menjadi bagian dari proyek sebesar ini. Ia hanyalah seorang insinyur muda yang baru saja menyelesaikan pendidikannya, merasa masih terlalu hijau untuk menangani proyek raksasa seperti ini.
"Pak, saya..." Arya menggantungkan kalimatnya. Ia ingin mengatakan bahwa dirinya mungkin belum siap, bahwa tanggung jawab ini terlalu besar, tapi kata-kata itu tertahan di tenggorokannya.
Pak Sugeng menatapnya lebih lembut kali ini, seolah-olah memahami kebimbangan yang dirasakan oleh Arya. "Saya tahu, kamu mungkin merasa belum cukup pengalaman. Tapi, justru itulah alasan saya merekomendasikan kamu. Kamu cerdas, memiliki semangat besar, dan yang terpenting, kamu punya keinginan untuk belajar. Proyek ini membutuhkan orang-orang seperti kamu."
Arya mengangguk perlahan. Pikirannya kembali melayang pada mimpi-mimpi besarnya selama ini—membangun sesuatu yang nyata, yang akan terbang melintasi langit, menembus awan, dan membawa nama Indonesia ke dunia. Sejak kecil, ia selalu tertarik pada pesawat terbang, benda yang melayang di langit seperti keajaiban. Sekarang, ia berkesempatan untuk berkontribusi pada sejarah penerbangan Indonesia.
"Baik, Pak. Saya akan bergabung," jawab Arya akhirnya, suaranya mantap. Keputusan itu terasa seperti sebuah langkah besar yang tak terhindarkan.
Pak Sugeng tersenyum puas. "Bagus. Persiapkan dirimu. Proyek ini tidak akan mudah, tapi saya percaya kamu bisa."
Langkah Arya terasa lebih ringan saat ia meninggalkan ruangan Pak Sugeng. Udara siang yang panas di kampus tidak mengganggunya sama sekali. Di dalam dirinya, ada perasaan bangga sekaligus tegang yang menyatu. Proyek N250 bukanlah proyek biasa. Ini adalah proyek besar yang diprakarsai oleh B.J. Habibie, insinyur kebanggaan Indonesia yang telah membawa banyak inovasi dalam dunia penerbangan.
Arya tahu, keterlibatannya di proyek ini akan menentukan masa depannya. Namun, ia juga sadar bahwa akan ada banyak tantangan yang menunggu di depan. Belum lagi tekanan besar dari pemerintah, masyarakat, dan media yang terus menyoroti perkembangan pesawat ini. Tapi bukankah itulah yang membuat segalanya lebih menarik? Bukankah tanpa tantangan, mimpi besar hanya akan menjadi angan-angan?
Ketika sampai di rumah, Arya langsung membuka laptopnya dan mulai mencari informasi lebih dalam tentang proyek N250. Ia sudah banyak mendengar tentangnya, tapi sekarang ia merasa perlu mempelajari setiap detail dengan lebih serius. Ia ingin memastikan bahwa dirinya siap menghadapi segala kemungkinan.