N250: LANGIT TANPA BATAS

Rizki Ramadhana
Chapter #3

Langkah Awal

“Ini tidak akan mudah, Arya. Teknologi fly-by-wire adalah sesuatu yang baru untuk Indonesia,” kata Siska sambil menatap layar komputer di hadapannya. "Bahkan negara-negara maju pun butuh bertahun-tahun untuk menguasainya."


Arya menatap layar yang menampilkan diagram kompleks sistem kendali pesawat yang akan digunakan dalam N250. Gambar itu penuh dengan jalur elektronik, sensor, dan aktuator, berbeda jauh dengan sistem mekanik yang biasanya digunakan dalam pesawat konvensional. Arya menghela napas panjang. Ia tahu benar bahwa ini akan menjadi tantangan besar, bukan hanya untuk dirinya, tetapi juga bagi seluruh tim.


Siska adalah salah satu insinyur senior di divisi aerodinamika. Dengan pengalaman bertahun-tahun bekerja di berbagai proyek penerbangan, Siska adalah mentor yang tak tergantikan bagi Arya. Wanita berambut pendek itu terkenal karena kepiawaiannya dalam memahami seluk-beluk sistem pesawat, tetapi juga karena ketelitiannya yang tinggi. Tidak ada detail yang terlewat dari pengawasannya.


"Teknologi ini mengandalkan kendali elektronik penuh, tanpa kabel-kabel mekanis seperti yang biasa kita gunakan," lanjut Siska. "Jika ada kesalahan kecil, akibatnya bisa fatal."


Arya mengangguk, mencoba mencerna semua yang baru ia pelajari. Setiap kali ia mendengar kata "fly-by-wire", ia merasa tantangan itu semakin nyata. Sistem ini mengubah seluruh cara pesawat dikendalikan. Bukan lagi menggunakan tuas mekanis yang langsung menggerakkan bagian-bagian pesawat, tetapi dengan sinyal elektronik yang dikirim dari kokpit ke aktuator. Dengan teknologi ini, respons pesawat akan lebih cepat dan akurat, tetapi juga membutuhkan ketelitian luar biasa.


"Jadi, tugas kita adalah memastikan bahwa semua sensor, aktuator, dan komponen elektronik ini bekerja dengan sempurna. Tidak boleh ada kesalahan," tambah Siska sambil menunjukkan diagram lain di layar. "Itulah sebabnya kami membutuhkan orang-orang seperti kamu, yang bisa berpikir kreatif dan punya semangat belajar tinggi."


Arya menghela napas lagi. Dia baru saja bergabung dengan tim pengembangan N250, dan sekarang dia menyadari betapa besarnya tanggung jawab yang harus dipikulnya. Namun, di balik rasa khawatirnya, ada semangat yang menyala. Ini adalah kesempatan untuk menciptakan sesuatu yang belum pernah ada di Indonesia sebelumnya.




Beberapa hari setelah pertemuannya dengan Siska, Arya diajak untuk bertemu dengan seluruh tim inti proyek N250. Pertemuan itu berlangsung di ruang rapat utama IPTN, sebuah ruangan besar dengan jendela besar yang menghadap ke hangar pesawat. Di dalamnya, duduk para insinyur senior, teknisi, dan manajer proyek, masing-masing dengan wajah serius dan fokus.


Pak Hadi, kepala divisi desain, membuka pertemuan dengan suara tegas. "Selamat datang di proyek N250. Kita semua tahu bahwa proyek ini adalah kebanggaan bangsa, dan saya tidak perlu mengingatkan betapa besarnya harapan yang ditaruh di pundak kita."


Arya duduk di barisan belakang, memperhatikan dengan seksama. Di sebelahnya, Siska dan beberapa rekan insinyur lainnya juga memperhatikan. Atmosfer ruangan terasa tegang, penuh ekspektasi.


“Kita akan membagi tim ke dalam beberapa divisi utama,” lanjut Pak Hadi. “Aerodinamika, sistem kontrol, avionik, dan material. Setiap divisi akan bekerja secara independen, tetapi juga harus berkoordinasi satu sama lain. Sistem fly-by-wire adalah inti dari pesawat ini, dan kita harus memastikan tidak ada kesalahan di setiap tahap.”


Lihat selengkapnya