N250: LANGIT TANPA BATAS

Rizki Ramadhana
Chapter #4

Tekanan Dari Atas

“Arya, kita harus bicara,” suara Pak Hadi terdengar tajam di pintu masuk ruang kerja tim aerodinamika. Arya yang sedang sibuk memeriksa data simulasi terkejut dan segera berdiri. Tatapan Pak Hadi menunjukkan bahwa ada sesuatu yang serius terjadi.


“Ada apa, Pak?” tanya Arya sambil berusaha menyembunyikan kegugupannya. Perasaan tak enak tiba-tiba menyelimutinya. Sejak awal bergabung dalam proyek ini, ia tahu bahwa tantangan teknis adalah satu hal, tapi tantangan politik dan birokrasi bisa lebih menguras tenaga dan emosi.


Pak Hadi menghela napas panjang sebelum menjawab. “Tekanan dari atas semakin besar, Arya. Pemerintah mulai meragukan proyek ini. Ada beberapa pihak yang skeptis terhadap kemampuan kita untuk menyelesaikan pesawat ini tepat waktu dan sesuai anggaran. Mereka ingin hasil nyata, secepat mungkin.”


Arya terdiam. Ini bukan pertama kalinya ia mendengar tentang keraguan pemerintah terhadap proyek N250. Sejak awal, proyek ini memang menjadi perhatian publik, baik sebagai kebanggaan nasional maupun sebagai beban besar di pundak tim pengembang. Namun, kali ini tampaknya tekanan itu semakin intens.


“Kapan rapatnya, Pak?” Arya akhirnya bertanya, sadar bahwa pertemuan dengan para pejabat pasti sudah dijadwalkan.


“Besok pagi. Tim kita harus siap memberikan laporan terbaru, dan mereka ingin melihat kemajuan signifikan pada sistem fly-by-wire,” jawab Pak Hadi dengan nada yang menunjukkan kekhawatiran.


Arya mengangguk, meskipun dalam hati ia merasa cemas. Proyek ini bukan sekadar soal teknologi. Ini juga soal politik, kebanggaan nasional, dan ekspektasi yang sangat tinggi. Jika mereka gagal, konsekuensinya tidak hanya teknis, tetapi juga akan mencoreng nama baik bangsa.




Malam itu, Arya tidak bisa tidur. Pikirannya terus berputar, memikirkan pertemuan esok hari. Ia tahu bahwa timnya telah bekerja keras. Setiap komponen pesawat, termasuk sistem fly-by-wire, dirancang dengan penuh perhatian. Namun, waktu selalu menjadi musuh terbesar mereka. Pemerintah ingin hasil cepat, sementara pesawat ini membutuhkan ketelitian dan uji coba yang tidak bisa diburu-buru.


Di ruang kerjanya, Arya membuka kembali catatan uji coba terbaru. Meski simulasi menunjukkan kemajuan, masih ada beberapa parameter yang harus diperbaiki. Waktu yang tersisa tidak banyak, tapi Arya tahu bahwa mereka harus memberikan laporan yang meyakinkan besok.


Siska tiba-tiba masuk ke ruang kerja, wajahnya terlihat lelah tapi penuh tekad. "Kamu belum pulang, Arya?" tanyanya sambil menaruh tas di meja.


Arya tersenyum tipis. "Aku hanya ingin memastikan semuanya siap untuk besok."


Siska mengangguk paham. "Aku juga cemas soal pertemuan besok. Tekanan dari pihak pemerintah semakin berat. Mereka ingin hasil instan, tapi kita tahu, teknologi ini tidak bisa terburu-buru."


Arya menatap Siska dengan pandangan serius. "Apa kamu pikir mereka akan menghentikan proyek ini jika kita tidak bisa memenuhi ekspektasi mereka?"


Siska terdiam sejenak, lalu berkata pelan, "Aku tidak tahu, Arya. Tapi yang jelas, mereka mulai kehilangan kesabaran. Banyak pihak yang mulai meragukan kemampuan kita."

Lihat selengkapnya