"Arya, kamu sudah lama tidak pulang. Kapan kamu punya waktu untuk keluarga?" suara lembut ibunya terdengar di ujung telepon, penuh kehangatan sekaligus kekhawatiran.
Arya menatap layar komputernya yang penuh dengan grafik uji coba dan laporan teknis. Rasanya sudah lama ia tenggelam dalam proyek ini hingga melupakan hal-hal lain di luar pekerjaan. Ia mendesah pelan, mencoba menenangkan pikiran.
"Ibu, aku benar-benar sibuk. Proyek ini membutuhkan banyak waktu dan tenaga," jawab Arya, merasa sedikit bersalah. "Tapi, aku akan coba pulang minggu ini. Aku rindu rumah juga."
"Ayahmu juga menanyakanmu terus, kamu tahu dia selalu peduli dengan pekerjaanmu," kata ibunya, menambahkan nada perhatian. "Dia bilang ingin bicara denganmu soal sesuatu yang penting."
Hati Arya sedikit tergerak mendengar ayahnya disebut. Ayahnya, seorang mantan insinyur penerbangan, selalu menjadi sumber inspirasi bagi Arya. Di masa kecilnya, Ayah sering bercerita tentang dunia penerbangan, memicu ketertarikan Arya hingga akhirnya ia memutuskan untuk mengejar karier di bidang ini. Meskipun hubungan mereka kadang terasa kaku, Arya tahu betul bahwa ayahnya adalah pendukung terbesarnya.
"Baik, Bu. Minggu ini aku pasti pulang," Arya berjanji. Setelah menutup telepon, ia duduk sejenak, membiarkan dirinya terlarut dalam kenangan masa kecil bersama ayahnya di bengkel kecil mereka di rumah. Dulu, setiap akhir pekan, Ayah sering menunjukkan gambar-gambar pesawat dan menjelaskan bagaimana bagian-bagian pesawat bekerja. Mungkin itu juga alasan Arya merasa begitu terhubung dengan proyek N250 iniāada sesuatu yang sangat pribadi di balik ambisinya.
Akhir pekan tiba, dan Arya akhirnya pulang ke rumah orang tuanya di pinggiran kota. Suasana rumah tampak tenang seperti biasa, dengan tanaman-tanaman ibu yang tertata rapi di halaman depan. Ia disambut dengan pelukan hangat dari ibunya yang sudah menyiapkan makanan kesukaannya.
"Akhirnya kamu pulang juga," kata ibunya sambil tersenyum, merapikan rambut Arya yang sedikit berantakan.
Arya tersenyum lebar. "Iya, Bu. Maaf lama tidak pulang."
Di dalam rumah, ayahnya sedang duduk di ruang tamu, menonton berita dengan tenang. Begitu melihat Arya, wajah ayahnya sedikit cerah, meski tetap terlihat tenang dan berwibawa.
"Akhirnya insinyur muda kita pulang juga," sapa Ayah dengan nada bangga.
Arya tersenyum dan langsung duduk di sampingnya. "Iya, Ayah. Maaf jarang pulang. Proyek di kantor benar-benar menyita waktu."