“Arya, kamu sudah lihat hasilnya?” Siska bergegas masuk ke ruang kerja Arya dengan senyum lebar di wajahnya. Ia memegang beberapa lembar laporan uji coba terakhir yang baru saja dicetak. "Kita berhasil menyelesaikan prototipe pertama N250!"
Arya yang sedang berkutat dengan monitor di hadapannya langsung menoleh. Matanya berbinar, tapi ia segera menahan diri. “Serius, Kak? Sudah selesai?” tanyanya, suaranya penuh antusiasme sekaligus kehati-hatian. Ini adalah momen yang mereka tunggu selama bertahun-tahun, tapi Arya tahu bahwa perjalanan ini belum berakhir.
Siska mengangguk mantap. “Iya, meskipun masih ada beberapa masalah teknis, kita berhasil menyelesaikan fase pembangunan dan perakitan. Ini berarti kita siap untuk memulai uji terbang!”
Mendengar kabar itu, Arya merasa beban di pundaknya sedikit terangkat. Selama berminggu-minggu, tekanan dari pemerintah, para pemangku kepentingan, dan publik terus menghantui tim. Mereka dituntut untuk memberikan hasil, dan sekarang, meski belum sempurna, mereka telah mencapai pencapaian besar—prototipe pertama N250.
"Bagaimana dengan sistem fly-by-wire? Sudah stabil?" Arya bertanya, berusaha tetap realistis.
Siska menatap Arya dengan senyum yang sedikit meredup. "Sudah cukup stabil untuk uji coba pertama, tapi masih ada beberapa bagian yang perlu diperbaiki. Aktuator masih mengalami sedikit lag, dan kontrol saat kecepatan tinggi belum sempurna."
Arya mengangguk pelan. "Tapi ini sudah langkah besar. Setidaknya kita bisa menunjukkan pada mereka bahwa kita bergerak maju."
Kabar tentang prototipe pertama N250 segera menyebar ke seluruh tim IPTN. Ada perasaan lega yang melingkupi setiap sudut kantor, meskipun diiringi dengan kesadaran bahwa banyak pekerjaan masih menunggu. Arya dan Siska berjalan menuju hanggar tempat N250 disimpan, tempat di mana seluruh tim tengah berkumpul untuk melihat pencapaian mereka secara langsung.
Di hanggar yang luas itu, prototipe N250 berdiri kokoh. Bentuknya yang ramping dan modern mencerminkan impian besar yang telah lama mereka perjuangkan. Meskipun di permukaan semuanya tampak sempurna, Arya tahu bahwa di balik pesawat ini ada segudang masalah teknis yang masih harus diselesaikan.
Pak Hadi, yang selalu menjadi pilar kekuatan tim, berdiri di depan pesawat dengan tangan disilangkan di dada, matanya memandang bangga pada hasil kerja mereka. Saat Arya dan Siska mendekat, Pak Hadi menyambut mereka dengan senyum lelah tapi puas.
“Kita akhirnya sampai di sini,” katanya dengan suara rendah tapi penuh makna. “Ini bukan akhir, tapi ini adalah awal yang kita tunggu-tunggu. Prototipe pertama N250 sudah siap.”
Arya mengangguk, merasakan kehangatan dalam hatinya. “Tapi, masih banyak yang perlu diperbaiki, Pak. Sistem kontrol belum sempurna, dan kita juga masih menghadapi beberapa masalah pada stabilitas saat kecepatan tinggi.”
Pak Hadi menepuk bahu Arya dengan lembut. “Kamu benar, Arya. Masih ada tantangan yang harus kita hadapi, tapi keberhasilan menyelesaikan prototipe ini adalah pencapaian besar. Kita harus merayakannya, meskipun hanya sebentar, sebelum kembali menghadapi masalah-masalah yang ada.”