“Pesawat mengalami masalah!” suara teknisi yang terdengar dari ruangan kontrol membuat jantung Arya serasa berhenti. Dia langsung menatap layar monitor, matanya membelalak melihat data yang menunjukkan anomali serius pada sistem kontrol penerbangan N250. Apa yang seharusnya menjadi penerbangan uji pertama yang mulus kini berubah menjadi mimpi buruk.
Siska yang berdiri di sebelahnya juga terdiam, wajahnya pucat. “Ini tidak mungkin,” gumamnya pelan, seolah mencoba meyakinkan diri sendiri bahwa apa yang mereka lihat hanyalah kesalahan sementara.
Namun, data di layar tidak berbohong. Kecepatan pesawat yang seharusnya stabil kini berfluktuasi liar, dan indikator sistem fly-by-wire menunjukkan adanya kegagalan pada beberapa komponen utama. Pilot yang berada di dalam pesawat pun segera memberikan laporan darurat melalui komunikasi radio.
“Kami kehilangan kontrol sebagian pada sistem kendali,” suara pilot terdengar tegang namun tetap profesional. “Mencoba menstabilkan pesawat, tapi kami membutuhkan panduan dari darat.”
Arya merasa darahnya berdesir. Ini adalah skenario terburuk yang selalu ia takuti, namun kini terjadi tepat di depan matanya. Selama berbulan-bulan, timnya bekerja keras untuk menyempurnakan prototipe N250, tapi kini semuanya seolah runtuh di tengah jalan.
“Segera alihkan ke mode manual!” perintah Arya dengan suara tegas, mencoba mengendalikan situasi. “Pilot harus mengambil alih kendali sepenuhnya. Kita harus menstabilkan pesawat sebelum situasi semakin memburuk.”
Teknisi langsung bekerja cepat, memberikan instruksi kepada pilot untuk mematikan sistem otomatis dan mengambil alih kendali manual. Namun, goyangan pada pesawat semakin memburuk. Di layar, semua indikator menunjukkan bahwa pesawat sedang dalam keadaan kritis.
“Aktuator gagal merespons!” kata salah satu teknisi dengan suara putus asa.
Arya menatap layar dengan penuh ketegangan. Masalah ini seharusnya sudah diatasi dalam uji coba sebelumnya. Mengapa bisa muncul lagi sekarang? Ia merasakan ketegangan yang menyakitkan di perutnya, seolah-olah setiap detik adalah penantian akan bencana.
Siska berusaha tetap tenang, meskipun jelas terlihat bahwa ia juga merasakan tekanan yang luar biasa. “Arya, apa yang kita lakukan sekarang? Jika kita tidak bisa menstabilkan pesawat, kita mungkin harus menghentikan penerbangan ini.”
Arya terdiam sesaat, pikirannya berputar cepat, mencoba mencari solusi. “Kita tidak bisa menghentikan penerbangan di tengah udara. Itu lebih berisiko. Kita harus membantu pilot menurunkan pesawat perlahan.”
Pak Hadi yang baru saja masuk ke ruangan kontrol, langsung menghampiri Arya dan Siska. “Bagaimana situasinya?” tanyanya dengan nada tegas.
“Pesawat kehilangan sebagian kontrol, Pak,” jawab Arya cepat. “Kami sedang berusaha mengarahkan pilot untuk mendarat darurat, tapi kami belum bisa memastikan apakah pesawat bisa stabil saat turun.”
Wajah Pak Hadi mengeras, tetapi ia tetap tenang. “Beri instruksi yang jelas. Fokus pada keselamatan.”
Di luar hanggar, kerumunan yang menyaksikan penerbangan uji melalui layar besar mulai merasakan ada yang tidak beres. Pada awalnya, mereka bersorak penuh semangat saat N250 mengudara, tapi kini suasana berubah tegang. Layar menunjukkan pesawat yang goyah di udara, sementara komentator siaran langsung berusaha menenangkan penonton dengan mengatakan bahwa ini hanya masalah teknis kecil yang sedang ditangani.