Nabi Isa pun Tak Mampu Sembuhkan

Noura Publishing
Chapter #2

Memetik Hikmah dari Al-Quran

Menuai Hanya Apa yang Kita Tanam

Siapa di antara kita yang tahu dengan pasti, kapan tepatnya kita akan kembali pulang kepada-Nya?

Di sini, saat ini, kita semua menunggu sembari berbuat apa pun yang kita mau. Dalam penantian ini, kita semua menghabiskan jatah waktu dengan “menanam”, karena tak bisa tidak, kelak kita berharap untuk dapat “memanen”. Persis seperti yang pepatah bilang, “Man yazra’ yahshud; siapa saja yang menanam pasti akan memetik.”

Ya. Dunia memang tak ubahnya bank tempat kita menyimpan, yang hanya akan memberi kita izin untuk menarik simpanan sejumlah nominal yang pernah kita tabung; tidak lebih, tidak pula kurang. Sebagaimana nasihat Lukman kepada putranya, yang dengan indah dilukiskan dalam Al-Quran: (Lukman berkata), “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Mahahalus lagi Maha Me­ngetahui” (QS Lukmân [31]: 16).

Demikian pula halnya dalam perjalanan hidup yang entah akan panjang atau pendek ini, kita mengukir jejak langkah kita, mematri baik-buruk di batu mar­mer kehidupan kita sendiri-sendiri. Apakah marmer kehidupan kita akan berkilau gemerlap dengan hiasan warna-warni bak lukisan maestro yang kental dengan nuansa keindahan dan estetika, ataukah marmer kehidupan yang kita punya bakal penuh dengan retakan, bahkan hampir pecah dan nyaris tak utuh lagi? Atau, siapa tahu di permukaan batu marmer kehidupan kita masing-masing, justru diselimuti dan didominasi warna gelap pekat, tak ubahnya warna alami batu kali? Semua itu tentu tergantung diri kita sendiri dan sepenuhnya adalah tanggung jawab kita pribadi.

Lihat selengkapnya