“Nadia!” suara yang tidak lagi asing bagi Nadia memanggilnya.
Nadia menengok ke belakang, ia melihat Regi sedang berlari di lorong sekolah, mencoba menyusulnya. Nadia pun menghentikan langkahnya.
“Na, thanks ya!” ucap Regi yang baru datang langsung merangkul bahu Nadia.
“Apaan sih?!” omel Nadia sambil menyingkirkan lengan Regi dari bahunya. Nadia sangat tidak suka disentuh. Meskipun tahu rangkulan Regi hanya simbol keakraban dalam pertemanan.
“Oh iya, lupa. Ikan guppynya galak,” ejek Regi.
“Ada apa?” tanya Nadia galak sambil melanjutkan perjalanan mereka menuju kelas.
“Makasih buat yang kemaren. Hari ini gue udah mulai kerja, tiap pulang sekolah sampe jam .…” ucap Regi sambil mengingat-ingat jam kerja yang diberikan.
“Sampe jam berapa?” tanya Nadia tidak sabar menunggu penjelasan Regi.
“Hmm … enggak ditentuin sampe jam berapa sih, tapi ditargetin terkirim berapa paket gitu. Tapi kemungkinan kelar sampe jam tujuh malem,” jawab Regi.
“Kamu gak masalah pulang malem gitu?” tanya Nadia.
“Yaelah, Na. Jam tujuh sih gak seberapa, masih sore. Gue kadang pulang maen aja lebih dari jam segitu,” jawab Regi.
“Tapi kan beda, Re. Ini kan kerja, lebih capek,” ucap Nadia.
“Ya mau gimana lagi, Na? Nikmatin aja deh,” jawab Regi pasrah.
“Tapi emangnya kamu hapal alamat-alamat gitu?” tanya Nadia.
“Yaelah, Na. Gue tinggal di sini dari orok, keterlaluan kalo gue gak tau daerah sini,” jawab Regi percaya diri.
“Hai Regi, Nadia!” tiba-tiba Lizia lewat sambil menyapa, namun ia berjalan terburu-buru.
“Hai!” jawab Nadia dan Regi kompak. Sementara Lizia sudah berlalu.
“Eh, ngomong-ngomong semalem dia nge-chat gue loh,” ucap Regi sambil berbisik ke telinga Nadia, takut ada yang mendengar.
“Dia duluan?” tanya Nadia.
“Iya,” jawab Regi.
“Tuh kan, apa kata aku? Kayaknya dia ada feel sama kamu,” ucap Nadia sambil reflek menepuk punggung Regi saking terkejutnya.
“Jangan gitu dong! Gue jadi kepedean banget nih,” ucap Regi sambil nyengir. “Padahal selama ini kita gak pernah chat-an,” lanjut Regi.
“Terus dia ngomong apa?” tanya Nadia.
“Ya gitu. Awalnya bilang makasih, tapi jadi keterusan chat-annya,” jawab Regi.
“Ngomongin apa?” tanya Nadia penasaran.
“Ya gitu-gitu. Kayak lagi apa, udah makan belom, dan lain-lain,” jawab Regi.
Nadia hanya tersenyum mendengar ucapan Regi. Sebenarnya Nadia ingin tertawa, namun ia menahannya. “Mantap sih, cinta bertepuk tangan,” ucap Nadia.
“Oh iya, lo sama Aldi kemaren gimana? Sorry baru nanyain, kemaren kan lagi galau. Hehehe,” ucap Regi sambil tertawa.
“Hmm … gak gimana-gimana. Canggung banget malah,” jawab Nadia.
“Terus lo pulang gimana? Dianterin dia gak?” tanya Regi.
“Dianterin gimana, Re? Dia kan naek angkot, lagian rumah aku sama rumah Aldi kan beda arah,” jawab Nadia.
“Oh iya, gue lupa,” ucap Regi sambil menepuk jidatnya.
“Tapi kayaknya aku harus action deh, Re,” ucap Nadia.
“Action gimana?” tanya Regi.
“Ya berusaha deketin Aldi. Masa kamu sama Lizia aja udah ada kemajuan, tapi aku belom,” jawab Nadia yang panas akan kemajuan Regi dan Lizia.
“Oke, gue dukung! Lo bilang aja sama gue kalo butuh bantuan ya?” ucap Regi.
“Sip! Pokoknya kamu harus muncul saat aku butuh bantuan!” pinta Nadia.
“Oke, siap! Ya udah, gue ke kelas dulu!” ucap Regi sambil melambaikan tangan.
“Ya udah, bye!” ucap Nadia sambil melambaikan tangan juga pada Regi. Mereka pun mulai berpisah arah.
Kelas Nadia dan Regi sama-sama berada di lantai dua. Namun jika mereka naik dari tangga di tengah gedung, kelas Nadia berada di sebelah kiri dan kelas Regi berada di sebelah kanan. Karena itu mereka berdua harus terpisah di tengah-tengah.
※※※
Sudah seminggu Regi bekerja di tempat paman Nadia. Regi sekarang sudah sibuk, ia bahkan sudah jarang, atau bahkan hampir tidak pernah mengganggu Nadia lagi, baik di sekolah ataupun lewat chat. Jika Nadia kebetulan lewat depan kelas Regi saat istirahat atau saat jam kelas Regi sedang kosong, ia pasti melihat Regi sedang tertidur di mejanya. Sepertinya Regi sangat lelah dengan pekerjaan ini. Tapi Nadia berharap semoga kegiatan ini tidak mengganggu tugas sekolahnya.
Tapi semalam Regi mengabari Nadia bahwa hari ini ia bisa pulang cepat. Khusus weekend, Regi hanya bekerja setengah hari. Karena itu, hari ini sepulang bekerja Regi mengajak Nadia pergi makan bakso di tempat favoritnya. Tentu saja Nadia meng-iya-kan, karena kebetulan Nadia butuh teman untuk pergi ke toko buku. Nadia berencana untuk memberikan Aldi sebuah novel.
Nadia menunggu di teras rumahnya sambil bercanda dengan adiknya yang masih bayi. Lucunya bercanda anak bayi adalah, semakin kita berisik semakin kencang ia tertawa. Jika sudah bersama Nayla adiknya, suara Nadia yang biasanya kecil bisa berubah menjadi kencang.
Suara motor terdengar berhenti di depan rumah Nadia. Nadia sudah bisa melihat siapa yang datang, karena memang gerbang rumahnya terbuka.
“Assalamu’alaikum,” Regi mengucapkan salam lalu menyalami tangan ibu Nadia.
“Waalaikum salam,” jawab Nadia dan ibunya kompak.
“Kalian mau ke mana?” tanya ibu Nadia yang sadar bahwa Nadia sudah rapi.
“Ke Gramed bentar,” jawab Nadia.
“Oh iya, katanya kamu sekarang kerja sama Omnya Nadia?” tanya ibu Nadia.
“Iya,” jawab Regi sambil nyengir.
“Gak capek emang?” tanya ibu Nadia lagi.
“Capek sih, tapi butuh buat jajan,” jawab Regi jujur. Sementara ibu Nadia hanya tertawa mendengar jawaban Regi.
“Berangkat sekarang yuk!” ajak Nadia pada Regi. “Berangkat ya, Mah,” ucap Nadia sambil mencium punggung tangan ibunya, tak lupa ia juga mencium Nayla.
“Berangkat, Mah,” susul Regi sambil mencum tangan ibu Nadia. Entah mengapa Regi ikut-ikutan memanggil ibunya Nadia dengan panggilan ‘Mamah’ juga. Tidak hanya pada Nadia, di rumah Aldi dan Gias pun begitu. Regi ikut-ikutan memanggil ibu temannya sesuai panggilan dari anaknya.
“Na, temenin gue anter paket dulu ya? Masih ada tiga lagi nih,” ucap Regi.
“Ke mana?” tanya Nadia sambil memakai helm.
“Nih, coba lo liat blok berapa? Alamatnya di perumahan sini kok,” jawab Regi sambil memberikan paket tersebut.
“Blok H3, blok B6, blok A3. Oh, yang ini punya Kak Bayu,” ucap Nadia.
“Kak Bayu siapa?” tanya Regi.
“Itu, yang punya steam motor di depan,” jawab Nadia. “Ya udah, yuk jalan! Ke yang paling deket dulu aja,” ucap Nadia.