Nadia dan Regi

Eliara Sayac
Chapter #6

Bertemu Lagi

Lima tahun pun berlalu.

Setelah pindah sekolah ke Tangerang, tidak banyak yang berubah dari Nadia. Di sekolah baru ia tetap belajar dan menjadi juara kelas. Setelah lulus SMA Nadia pun melanjutkan kuliah di sebuah universitas di daerah Depok.

Semenjak pindah ke Tangerang Nadia sudah tidak pernah berkomunikasi lagi dengan Regi. Regi menghilang begitu saja saat Nadia mencoba menghubunginya. Nadia tidak mengerti apa maksud Regi yang akhirnya malah menjauh dari Nadia. Padahal saat terakhir bertemu, Regi seperti tidak ingin kehilangan Nadia. Nadia masih bertanya-tanya apa maksud dari sikap Regi saat itu.

Setelah lulus kuliah Nadia pun mencoba melamar pekerjaan. Beberapa lamaran ia coba ajukan, akhirnya Nadia pun diterima di sebuah bank. Setelah mengikuti berbagai tes di kantor pusat, akhirnya Nadia pun diterima dan ditempatkan di salah satu cabang yang berada di daerah Tangerang. Nadia diterima sebagai Staff Administrasi. Lalu, hari ini adalah hari pertama ia mulai bekerja.

“Nadia, ini meja kamu. Tepat di sebelah aku, karena kamu bakal jadi partner aku,” ucap Mba Siska sambil menunjuk sebuah meja yang akan menjadi tempat Nadia bekerja.

“Kamu taro dulu aja tasnya! Aku mau ngajak kamu keliling dulu, kenalan sama yang lain,” ucap Mba Siska.

Kemudian Mba Siska pun mengajak Nadia berkeliling untuk berkenalan dengan pegawai yang lain. Kesan pertama saat Nadia bertemu dengan Mba Siska adalah ramah, Nadia pun berharap semoga Mba Siska bisa diajak bekerja sama dengan baik dalam urusan pekerjaan dan mau dengan sabar mengajari Nadia. Tidak hanya Mba Siska, para pegawai yang lain pun terlihat sangat ramah.

Mba Siska melirik jam tangan berwarna cokelat di lengannya.

“Masih kurang sepuluh menit, kayaknya di depan belom ada nasabah deh. Ke depan yuk!” ajak Mba Siska.

Tempat Nadia bekerja baru mulai dibuka jam delapan pagi. Kemungkinan pintu masuk juga masih ditutup oleh Satpam. Sehingga para nasabah belum bisa masuk, dikarenakan para pegawai masih bersiap.

Kemudian Mba Siska pun membawa Nadia ke luar ruangan. Lalu Nadia diperkenalkan kepada para pegawai yang bekerja di bagian Frontliner. Ada Satpam, Teller, dan Customer Service. Nadia terkejut saat ia diperkenalkan ke bagian Customer service. Ada empat orang Customer Service di sana, dua orang perempuan, dan dua orang laki-laki. Salah seorang dari mereka sangat familiar bagi Nadia. Seorang lelaki bertubuh tinggi dengan cengiran yang khas, yang berbeda hanya dulu urakan dan sekarang terlihat lebih rapi. Mungkin karena kesadaraan diri bahwa menjadi garda terdepan di sebuah bank haruslah menarik. Orang itu adalah Regi, seseorang yang sudah lima tahun tidak ia ketahui kabarnya.

“Halo, guys. Kenalin ini partner baru kita, namanya Nadia,” Mba Siska memperkenalkan Nadia dengan gaya asiknya.

“Eh, Nadia?” tanya Regi masih dengan sisa tawanya, karena tadi ia sedang berbincang dengan Customer Service perempuan di sebelahnya.

Nadia yang terkejut hanya bisa mengangguk.

“Loh? Kenal?” tanya Mba Siska.

“Kenal,” jawab Regi sambil mengulurkan tangannya pada Nadia. “Apa kabar?” tanya Regi.

“Baik,” jawab Nadia singkat, sambil membalas salaman tangan Regi.

“Adam,” ucap Customer Service laki-laki yang satunya.

“Sesil.”

“Bella.”

Mereka memperkenalkan dirinya satu persatu. Tapi entah hanya perasaan Nadia atau memang benar, seorang Customer Service yang bernama Bella, memandang Nadia tidak bersahabat, ia terlihat sinis.

Tetapi dibandingkan memikirkan hal itu, Nadia lebih heran mengapa Regi bisa bersikap sebiasa itu saat bertemu dengannya lagi setelah lima tahun berlalu tanpa kabar. Dan lagi, ternyata selama ini Regi berada di Tangerang tanpa mengabarinya. Nadia benar-benar tidak habis pikir dengan Regi.

※※※

Saat waktu istirahat tiba, Nadia makan siang di mejanya dengan bekal yang ia bawa. Ia ditemani oleh Mba Siska yang juga membawa bekal. Setelah diterima bekerja, Nadia pun memutuskan untuk indekos. Karena itulah Nadia harus lebih berhemat, sehingga ia memutuskan untuk membuat bekal. Apalagi kini Nadia sudah mulai hobi masak. Baginya, memasak sendiri dan membawa bekal lebih menyenangkan dibanding harus beli matang.

“Oh iya, Na. Lo baru lulus ya?” tanya Mba Siska yang mulai menggunakan panggilan Lo-Gue.

“Iya mba,” jawab Nadia.

“Jangan nganggep gue tua-tua banget ya, gue cuma beda dua tahun loh sama lo,” ucap Mba Siska.

“Hehe. Iya, enggak mba,” jawab Nadia. Nadia sendiri tidak pernah menganggap umur Mba Siska berbeda jauh dengannya. Apalagi Mba Siska terlihat sangat mudah berbaur.

“Lo tinggal di mana?” tanya Mba Siska.

“Aku di sini ngekos mba,” jawab Nadia.

“Emang lo dari mana?” tanya Nadia lagi.

“Dari Tangerang juga, cuma di kabupaten,” jawab Nadia.

Sejak kecil Nadia lahir dan tinggal di Bogor. Namun sejak ayahnya meninggal, akhirnya saat kelas sebelas Nadia pindah ke kabupaten Tangerang. Kemudian saat kuliah ia pun indekos di Depok. Hingga akhirnya kini Nadia diterima bekerja di kota Tangerang, ia pun memilih untuk indekos lagi, dikarenakan jaraknya yang lumayan jauh dari rumahnya. Sementara Nadia indekos, ibu dan adiknya masih tinggal di rumah neneknya. Setiap seminggu sekali Nadia akan pulang ke rumah.

“Nad, lo sebelumnya kenal akrab sama Regi?” tanya Mba Siska.

Nadia hampir tersedak.

“Hmm … dulu pernah satu SMA,” jawab Nadia.

“Oh, tadi dia bilang nitip kamu, katanya jangan digalakin,” ucap Mba Siska.

“Masa sih, Mba?” tanya Nadia, lalu meneguk minum, sekarang bekalnya sudah habis.

“Iya, liat aja nih di grup. Dia abis dikecengin,” ucap Mba Siska sambil menunjukkan obrolan grup WhatsApp di ponselnya, walaupun sebenarnya tidak terbaca oleh Nadia.

“Eh iya, lo belom masuk grup ya? Sini mana nomor lo?” pinta Mba Siska.

“Ini, Mba!” ucap Nadia sambil menunjukkan nomornya di ponsel.

“Oke. Gue masukin lo ke grup ya,” ucap Mba Siska.

Lalu muncul sebuah notifikasi di layar ponsel Nadia.

Anda baru saja ditambahkan ke grup Cilok Mang Uno.

Nadia terkejut melihat nama grup tersebut. “Mba? Ini serius nama grup kantor begini?” tanya Nadia.

“Hahaha. Ini nama grup emang suka gonta-ganti. Suka ada yang iseng ganti, biasanya sih si Regi,” jawab Mba Siska.

“Anggotanya?” tanya Nadia.

“Ya semua yang kerja di sini, dari OB sampe bos. Di sini orang-orangnya asik semua kok, atasannya juga gak kaku,” penjelasan Mba Siska sungguh menakjubkan.

“Ya, sebenernya tiap tim punya grup masing-masing lagi kok, khusus buat bahas kerjaan. Gue masukin lo ke grup tim kita ya. Hehe,” ucap Mba Siska, lalu notifikasi bergabung ke grup pun muncul lagi di ponsel Nadia.

“Jadi kalo grup cilok itu khusus buat seru-seruan aja gitu ya?” tanya Nadia.

“Ya, bisa dibilang gitu. Juga buat ngasih info yang buat umum juga sih. Tapi lebih tepatnya buat mengikat kekeluargaan,” jawab Mba Nadia.

“Oh, seru ya?” respon Nadia singkat.

“Guys, ini anggota baru namanya Nadia. Yang kata Regi jangan digalakin.”

Sebuah pesan dari grup ‘Cilok Mang Uno’ muncul, pesan tersebut ditulis oleh Mba Siska.

“Mba?” tegur Nadia, sementara Mba Siska hanya cengar-cengir.

“Oh, ini toh gebetannya Regi?” balas seseorang yang bernama Ivan.

Nadia melirik ke arah Mba Siska, namun Mba Siska hanya tertawa. Mba Siska kemudian menoleh ke arah Nadia, “Oh iya, Ivan ini partner kita juga, tapi dia lagi cuti,” jelas Mba Siska.

Kemudian ejekan demi ejekan pun meramaikan grup tersebut.

Lihat selengkapnya