Sama seperti hari kemarin, hari ini Nadia membawa bekal untuk makan siangnya. Selain ditemani Mba Siska, kali ini ia juga ditemani oleh Kak Ivan yang kemarin sedang cuti.
“Gue keluar dulu ya,” ucap Kak Ivan.
“Ngapain? Mau ngerokok ya lo?” tebak Mba Siska.
“Lah, bentar doang,” ucap Kak Ivan lalu meloyor pergi.
“Gitu tuh dia, abis makan suka langsung kabur,” cerocos Mba Siska sambil membereskan tempat bekalnya.
Tempat bekal yang Mba Siska bawa lumayan banyak. Ada empat kotak, karena nasi dan lauk ia pisah. Selain itu Mba Siska memang membawa untuk dua porsi, satunya ia berikan pada Kak Ivan. Sebenarnya Nadia juga penasaran mengapa Kak Ivan ikut makan siang dengan Mba Siska.
“Mba, kok makan siang Kak Ivan, Mba yang bawain?” tanya Nadia, entah mengapa Nadia menjadi kepo seperti ini, padahal biasanya ia tak peduli urusan orang lain. Mungkin karena Nadia terbawa sifat santainya Mba Siska.
“Gue kan baik, Nad,” jawab Mba Siska yang malah membanggakan diri.
Nadia hanya bengong mendengar jawaban Mba Siska. Nadia pikir Mba Siska akan langsung menjawabnya dengan serius, namun Nadia lupa bahwa Mba Siska juga suka bercanda.
“Hehehe,” Mba Siska tiba-tiba tertawa. “Ivan emang suka ngeribetin gue, Nad. Tapi gue mau aja diribetin sama dia. Ya udah lah kasihan, daripada dia jajan di luar, takut sakit perut,” ucap Mba Siska.
Nadia percaya-percaya saja penjelasan Mba Siska, karena Nadia pun yakin Mba Siska memang orang baik, sejauh ini pun ia selalu mau direpoti masalah kerjaan oleh Nadia.
“Mba, aku ke pantri duluan ya,” ucap Nadia, ia hendak mencuci tempat bekalnya.
“Iya,” jawab Mba Siska singkat, kini ia sibuk dengan ponselnya.
Nadia pun berjalan menuju pantri. Sudah bisa Nadia tebak, pasti di pantri akan ada Regi dan Bella yang sedang makan siang. Namun ternyata tebakan Nadia salah, karena kali ini yang ada di pantri adalah Regi dan Sesil.
Suasana yang berbeda dari kemarin. Kemarin Regi dan Bella makan sambil berbincang dan tertawa, namun kali ini Regi dan Sesil makan sambil sibuk dengan ponselnya masing-masing, walau memang terkadang keluar obrolan dari mulut mereka.
“Bawa bekel lagi, Na?’ tanya Regi.
“Iya,” jawab Nadia. “Kamu makan ayam geprek?” tanya Nadia, karena ia melihat kardus berlogo ayam geprek yang lumayan terkenal.
“Iya,” jawab Regi.
“Itu sih emang hobinya, Nad. Mesen ayam geprek level sepuluh, tiap hari begitu terus,” sambar Sesil.
“Gak usah ngarang lu!” omel Regi.
“Tiap hari makan geprek?” tanya Nadia.
“Ya enggak lah, Na. Bosen gue kalo tiap hari geprek terus,” jawab Regi.
“Terus?” tanya Nadia.
“Kadang mie ayam, kadang ayam bakar, kadang ayam kremes .…” ucap Regi. Namun belum juga selesai, ucapannya malah dipotong Sesil.
“Dan semuanya beli online. Padahal kalo dia mau keluar, di depan juga banyak yang dagang,” sambar Sesil. Memang benar ucapan Sesil, tepat di seberang kantor, sepanjang jalan berjejer para penjual makanan yang membuka lapaknya di sana. Ada yang membawa gerobak, ada juga yang memasang tenda.
“Bacot lo, Sil! Diem lo!” omel Regi.
“Ya gimana, Na. Waktu istirahat gue singkat sih, ini juga ganti-gantian. Gue juga pengen kayak lo tiap hari bawa bekel, tapi gue cuma bisa masak mie, gimana dong?” ucap Regi lalu tertawa.
“Makanya cari istri, Reg! Kasihan gue sama lo, jomblo bertahun-tahun!” ejek Sesil.
“Daripada lo pacaran bertahun-tahun, tapi belom dinikahin,” balas Regi.
“Sorry nih, gue emang mau karir dulu ya,” jawab Sesil.
“Lah, bilang aja cowok lo belom ada duit!” ejek Regi lagi.
“Heh! Cowok gue orang tajir ya!” ucap Sesil membela diri.
Sepertinya perdebatan antara Regi dan Sesil semakin panjang, Nadia tidak ingin ia terbawa-bawa. Nadia harus segera pergi dari tempat ini, kebetulan Nadia juga sudah selesai mencuci tempat bekalnya.
“Aku balik ke tempat ya,” pamit Nadia, kemudian langsung kabur begitu saja.
Nadia kembali dari pantri dengan berjalan tergesa-gesa, Mba Siska yang melihat hal itu pun mulai beraksi untuk mengejeknya lagi.
“Cie, pasti di pantri ketemu Regi lagi ya?” ejek Mba Siska.
“Kenapa sih, Mba ngejekin aku sama Regi terus?” tanya Nadia.
“Ya enggak apa-apa, abisnya kalian kayaknya mencurigakan,” jawab Mba Siska.
“Mencurigakan gimana?” tanya Nadia.
“Hmm … Regi sih yang mencurigakan. Selama ini dia cuek aja sama cewek yang di pelupuk matanya. Eh, pas dateng lo, dia malah langsung perhatian. Terus kemaren lo dianterin balik sama dia kan? Padahal biasanya dia bareng Bella,” jawab Mba Siska.
“Bella? Mereka pacaran?” tanya Nadia.
“Kayaknya enggak sih. Tapi nih ya menurut gue, kayaknya Bella itu naksir sama Regi, makanya ngintilin terus, tapi kayaknya Reginya gak suka. Eh, tuh kan, gue malah ngegibah,” ucap Mba Siska yang keceplosan.
“Tapi mereka deket kan?” tanya Nadia.
“Ya, Regi sama siapa pun deket. Tapi dia gak pernah ketauan punya pacar, makanya dicengin mulu sama kita,” jawab Mba Siska.
Nadia hanya diam. Sebenarnya Nadia juga penasaran, apakah selama ini hidupnya baik-baik saja? Siapakah perempuan yang dipacarinya? Bagaimana hubungannya dengan Lizia? Ya, Lizia, terakhir kali yang Nadia tahu, hubungan mereka sedang mengalami kemajuan.
Nadia mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja. Ia membuka Instagram, lalu melihat daftar kontak yang diblokir. Ada satu akun yang ia blokir dengan nama ‘Regi_anj’ di profilnya, maksudnya adalah Regi Anjara, itu adalah nama lengkapnya. Nadia membuka blokir untuk akun Regi dan mulai meng-scroll postingannya. Niatnya ingin mencari tahu tentang kehidupan Regi selama ini, atau siapa saja perempuan yang pernah atau sedang dekat dengannya. Namun nyatanya di postingan yang ia bagikan tidak ada petunjuk, yang ia posting hanya pemandangan dan benda-benda tidak penting yang jarang diberi caption. Tetapi ada satu yang menarik perhatian Nadia, yaitu postingan sebuah gerbang rumah yang tidak terlalu jelas sebenarnya, karena diberi efek buram, tetapi yang Nadia yakin itu adalah gerbang rumahnya dahulu sebelum pindah. Pada postingan foto tersebut Regi memberikan caption Selamat hari kelulusan.
※※※
“Pagi,” sapa Regi pada Satpam yang sedang bersiap untuk berjaga.
Kemudian Regi naik ke lantai dua tempatnya bekerja, ia melepas tas dan jaket yang ia kenakan. Lalu Regi membuka laci mejanya untuk menyimpan tas dan jaketnya. Namun ternyata di laci tersebut terdapat sebuah kotak bekal dengan catatan di selembar post-it.
Hari ini gak usah beli makan siang.