Seperti biasa, saat weekend Nadia akan pulang ke rumah ibunya. Kali ini dia ditemani oleh Regi. Rencananya Regi ingin berbicara dulu dengan ibu Nadia, bahwa ia berniat meminang anaknya dan akan membawa keluarganya kemudian. Selain itu Regi juga ingin bersilaturahmi dengan ibu Nadia, karena memang sudah lama tidak bertemu. Padahal dulu hampir setiap hari Regi main ke rumahnya.
“Re, beneran mau naek motor?” tanya Nadia saat Regi tiba di depan indekos Nadia.
“Iya, paling cuma satu jam doang kan?” tanya Regi balik.
“Mungkin,” jawab Nadia. “Tapi emang gak pegel?” tanya Nadia lagi.
“Yaelah, Na. Segitu doang! Lagian kan gue pernah ke sono kok,” jawab Regi. “Sebenernya lo bukan takut gue yang pegel kan? Tapi takut lo yang pegel?” tanya Regi.
Nadia hanya nyengir, ia memang tidak terbiasa perjalanan jauh menggunakan motor. Walaupun sebenarnya jarak ke rumahnya tidak memakan waktu berjam-jam.
“Ya udah, ayo jalan!” ajak Nadia.
“Buru-buru banget?” tanya Regi.
“Bukannya kamu yang buru-buru? Langsung ngajak nikah, langsung pengen ketemu Mamah aku minggu ini juga,” ucap Nadia.
“Hehehe,” Regi nyengir. “Gue kan kangen Mamah lo, Na. Mau minta izin juga buat ngajak lo ke rumah gue, sekalian ngajak lo reunian besok,” jawab Regi.
“Ngomong-ngomong kamu belom cerita, tentang kamu sama keluarga kamu sekarang,” ucap Nadia.
“Yah, lumayan udah baik-baik aja. Karena gue udah gede kali ya? Jadi udah mulai mandiri. Gak ngambek-ngambekan lagi juga. Sering pulang ke sano kok gue,” Regi menjelaskan.
“Ibu Tiri kamu?” tanya Nadia.
“Udah gak banyak omong sih. Mungkin karena gue udah bisa ngasih duit kali. Hahaha,” jawab Regi sambil tertawa.
“Masa iya karena itu, Re?” tanya Nadia yang tidak yakin.
“Tapi bener kok. Ya walaupun kadang gue bingung, dia gue kasih duit atau gak kasih duit tetep aja manyun,” ucap Regi.
“Manyunnya gimana?” tanya Nadia.
“Gini,” ucap Regi sambil memperagakan. Tindakannya itu berhasil membuat Nadia tertawa.
“Ayo lah, jalan! Keburu siang entar,” ajak Regi. Kemudian mereka pun memulai perjalanan.
Rumah Nadia memang lumayan jauh dari tempat kerjanya. Letaknya agak jauh dari pusat perkotaan dan perkantoran, di sana lebih banyak pabrik.
Sekitar lima kilometer lagi sebelum mereka sampai rumah Nadia, mereka menemui lampu merah dan berhenti di sana karena memang lampu sedang menyala warna merah. Di sana terdapat beberapa orang yang mewarnai kulitnya dengan warna silver, mereka berdiri di pinggir jalan sambil menyodorkan sebuah kardus, mengharapkan orang-orang memberi mereka uang.
“Na, kayaknya kalo kulit gue diwarnain gitu cocok deh,” ucap Regi.
“Apaan sih? Random banget!” ucap Nadia sambil tertawa.
“Soalnya gue pengen warnain rambut, tapi gak boleh di tempat kerja. Kalo warnain kulit boleh-boleh aja kali ya?” sambung Regi.
“Boleh. Tapi warna emas,” respon Nadia.
“Enggak jadi deh, takut dicuri,” ucap Regi.
Nadia pun tertawa, karena ucapan random Regi tersebut.
Lima detik lagi menuju lampu yang akan berganti menjadi warna hijau.
“Eh, Re. Nanti di sebelah kanan itu ada sekolahan, itu sekolah aku,” ucap Nadia.
“Oh ya?” tanya Regi.
“Iya,” jawab Nadia.
Lampu merah pun berganti menjadi warna hijau, Regi pun menjalankan lagi motornya. Sekitar dua meter dari lampu merah, tepat di sebelah kanan ada sebuah sekolah, sekolah yang bernuasa hijau, karena banyak dihiasi oleh tanaman.
“Oh, itu?” tanya Regi.
“Kok ‘Oh’ doang?” tanya Nadia.
“Ya apa lagi atuh? Wah sekolahnya bagus ada rumputnya, gitu?” tanya Regi.
“Ya enggak perlu sih,” jawab Nadia.
Lima belas menit kemudian mereka pun tiba di rumah Nadia. Di depan rumahnya ada Nayla yang sedang bermain dengan teman-temannya. Saat Nadia turun dari motor, Nayla langsung berlari menghampirinya.
“Kakak!!!” teriak Nayla, lalu ia memeluk Nadia.
“Lagi ngapain?” tanya Nadia.
“Maen,” jawab Nayla.
“Halo bocah?” sapa Regi
“Eh, nyapanya kok gitu?!” tegur Nadia, sementara Regi hanya nyengir.
“Nayla, masih inget Kakak gak?” tanya Regi.
“Siapa?” tanya Nayla polos.
“Ya mana inget lah, Re. Kamu ketemu dia pas masih bayi,” ucap Nadia sewot.
“Aku maen lagi ya,” ucap Nayla, kemudian berlari kembali ke kerumunan teman-temannya.
“Ayo, masuk!” ajak Nadia.
“Assalamu’alaikum,” Nadia mengucap salam sambil membuka pintu.
“Waalaikum salam,” jawab seseorang dari dalam.