Nadin Membunuh Nostalgia

Ardi Rai Gunawan
Chapter #1

Bab 1

 

 Sebilah pisau sedang digenggam Nadin. Ujung mata pisau tepat berada di garis tengah lehernya. Sedikit saja ia menggerakkan pergelangan tangannya, ditambah dengan kekuatan yang kawin dengan kecepatan, ujung pisau sudah pasti akan tenggelam di leher perempuan muda itu. Sekejap itu pula Nadin membayangkan darah mengucur deras, muncrat ke cermin, dan bajunya yang putih itu akan tercemar merah. Lalu, bau amis meluluhlantak, dan perih tak terperi akan ia rasakan. Kemudian makin lama makin ngilu, kemudian jadi kebal, seraya jiwanya merangkak dari nganga luka tersebut.


           Perempuan muda itu menggigil, membayangkan dirinya menggorok lehernya sendiri. Bahkan kini, tanpa sadar celananya yang pendek itu mulai menghangat dan basah. Ia pikir, sungguh memalukan perempuan seusia dirinya mengompol di celana. Walau, ia tak ingin menyalahkan dirinya. Dan tak akan mau terus disalahkan.


           Usia Nadin harusnya sudah dua puluh sembilan sekarang, tapi ia sangat menyangsikan usianya sendiri. Ia bersumpah Yang Memiliki waktu telah salah menilai sisa kehidupannya. Pasalnya ia merasakan ada suatu kekosongan waktu, bahkan hilang sama sekali, sehingga yang masih ia yakini dirinya masihlah dua puluh satu. Nadin seperti dikerjai oleh Batara Kala dan Durga, yang telah bersama-sama merampas satu windu hidupnya. Batara-batari itu mengendalikannya, bila tidak menuruti kemauannya, mereka akan membunuhnya lebih gila lagi, pikirnya mengawang. Terlebih raksasa yang lebih gila sudah membayar batara dan batari itu, usai mereka menjualnya seperti seonggok daging kurban. Hidup kemudian seperti budak belian yang hanya bisa mengangguk dan melayani Batara Guru. Tak bisa menolak. Berontak pun artinya cari mati.


           Ingin Nadin atau perempuan yang dulu bernama Nadiah itu membalas dendamnya. Tapi, ia tak punya kekuatan apa-apa. Ia pikir, mungkin karena pemikiran budak belian yang sudah mengotori otaknya. Meski demikian, dalam waktu sunyi ia sungguh ingin sesakti Batara Kala dan Batari Durga yang bisa melipat dan mematahkan waktu seseorang menjadi serba singkat dan penuh kutukan. Mereka pun mampu memanipulasi pikirannya yang naif itu sehingga rela menyerahkan diri dalam permainan busuk mereka. Nadin sungguh berharap bisa merebut kekuatan mereka. Terutama Durga yang merupakan mahluk terkutuk karena Dewi Uma menolak bersetubuh dengan Batara Guru. Inilah... inilah yang sangat ia benci.


Yang ia bisa kini hanyalah merapalkan kutukan, meski kata-kata tersebut tak pernah bisa didengar, apalagi terwujud.


           Air mata kini berlinangan di kedua matanya. Pipinya merah padam. Wajahnya jadi jelek. Tapi, Nadin pikir itu karena cermin yang menjadi tempat memantulkan bayangan wajahnya kini retak dan serba kusam.


           "Bunuh!" kata suara di kepalanya.


Lihat selengkapnya