Nadin Membunuh Nostalgia

Ardi Rai Gunawan
Chapter #5

Bab 5

Satu bola lagi dilempar, dan penonton perempuan paling ujung langsung menangkapnya. Perempuan itu tampak girang sekali, seolah baru saja dapat rejeki uang kaget RCTI. Nadin secara tidak sengaja langsung ikut terkekeh di antara banyak orang di sekelilingnya yang juga tertawa melihat perempuan pemegang bola itu. Gaya rambutnya benar-benar jadul, pikir Nadin. keriting mengembang, gincunya merah tebal, dan bedaknya putih sekali, tapi bagian lehernya mencokelat. Mengingatkan ia akan tante yang menjadi tetangganya di rumah lamanya dulu, di Cianjur. Dia pula satu-satunya warga yang punya rumah paling bagus di kampungnya. Setidaknya punya halaman depan sendiri. Anak-anak lelaki di kampung biasanya sering meledeknya dalam cerita-cerita lucu dan cenderung mengolok-ngolok karena penampilan eksentriknya itu.

           "Baik, baik, sekarang yang sudah dapat bolanya silakan mengumpul di dekat sini. Ya, ayo. Ke depan sini saja. Panitia, tolong berikan mikrofon untuk keduanya," kata Lembu tampak lihai sekali mengendalikan suasana yang ramai. Setelah dia bicara semua kehebohan langsung bisa diredakan. Kedua orang pemegang bola itu pun mendapatkan pula mikrofonnya, dan Lembu segera menanyakan apa yang mereka imajinasikan dalam kotak itu.

           Keduanya tampak berpikir keras sembari memejamkan kedua mata.

           "Silakan dikatakan," ujar asistennya.

           "Saya ingin mulut, kuping, dan tangan keluar dari kotak itu..." kata lelaki berwajah kusam tersebut.

           "Kenapa?"                                                                                 

           "Karena suara saya tidak pernah didengar... karena tangan saya tidak pernah disambut... dan kuping saya mendengar sesuatu yang tidak seharusnya didengar... saya butuh kuping baru, yang bisa dibuka tutup, agar tidak terbuka sepenuhnya, dan mendengar sesuatu yang tidak harus saya dengar... juga tangan baru untuk mengganti tangan lama saya yang kotor," jelas lelaki berwajah kusam itu. Bajunya pun terlihat rombeng. Robek di sana-sini. Bahkan pakai bajunya terbalik, hingga tulisan partainya terbalik.

           Belum lagi kakinya benar-benar telanjang, tanpa sandal ataupun sepatu.

Lihat selengkapnya