Nadin Membunuh Nostalgia

Ardi Rai Gunawan
Chapter #20

Bab 20

Masih dalam ingatan Nadin sejak dua hari ini betapa Lembu telah menebarkan pengaruhnya di pasar. Setelah Lembu menciptakan lukisan Golcunda karya Rene Magrite, di Pasar Meester Jatinegara, yakni dengan mengangkat beberapa orang hingga melayang tanpa gravitasi. Kini, beberapa orang di pasar mulai menunjukkan simtom serupa orang-orang yang Nadin lihat di pasar malam. Ia bergidik bila membayangkan raut mereka yang hampa dan seringai kosong, tapi ada suatu hasrat besar dalam diri mereka, untuk lepas dari segala kemelaratan hidup yang menciptakan neraka dalam hidup mereka, sehingga sebagian dari mereka ingin membunuh nama-nama yang melekat pada tubuhnya.

           Sejujurnya, Nadin merasa, dalam hal ini, ia pun mengalaminya. Rutinitas mengerikan yang ia pikir akan membawanya pada jalan kematian itu tak terlalu berbeda. Bedanya Nadin masih sadar bahwa itu bagian dari tanda-tanda kesintingan akal. Namun, nasib orang-orang ini—Lembu benar-benar merusak saraf kesadaran orang-orang di pasar malam. Mereka menyaksikkan suatu keajaiban, seperti hujan beras dari langit, dan tumbuh roti dari pohon cabai mereka, pastilah mereka lantas meyakininya. Tanpa menguji apalagi bersikap skeptis; bisa saja Lembu menebarkan gas kecubung sebelum pertunjukan dimulai. Saking canggihnya peralatan yang dimiliki Lembu diam-diam, ia bisa menyarukan aroma gas memabukkan tersebut. Ia saja jadi mengingat kenangan yang ingin ia bunuh setelah peristiwa menjengkelkan di pasar malam tersebut. Namun, pikiran Nadin mulai berkemelut sendiri sembari tenggelam dalam lamun kala menjaga toko Ceu Ratih. Jangankan mengalami peristiwa seajaib Lembu. Bila seorang pejabat di masa Pemilu melakukan serangan fajar, dengan menebarkan senyum dan janji-janji pengharapan, disertai karung-karung beras, amplop-amplop berisi kebahagiaan sesaat, dan mendapatkan foto dari pejabat (apalagi kalau artis), mereka pun akan segera tunduk. Yang pintar mungkin hanya akan mengambil semua sogokan itu tanpa memilih. Tapi sebagian besar pasti akan mudah dikendalikan.

           “Dunia akan lebih kacau…”

           Ia lalu menoleh ke arah Marni yang berlari terbirit-birit dari lorong.

           “Lembu akan ke mari! Dia akan menemuiku di sini!”

           “Apa kau sudah memastikan?” jawab Nadin sambil duduk santai, dan melihat bayangan Lembu sudah nampak di ujung lorong.

Lihat selengkapnya