Nadine Wedding Day

IndaahNs
Chapter #12

11. Maaf

Jemari Lusi gemetar. Dia turun dari panggung dibantu David. Pertengkaran Liliana dan Nadine membuat jiwa Lusi ikut terguncang. Tiba-tiba semua dekorasi di tempat ini terlihat mengerikan, seperti monster yang memperlihat gigi-gigi runcingnya yang terlihat tajam, seolah siap untuk menelan Lusi kapan saja. Begitu pula dengan tatapan orang-orang yang berubah beringas. Suara teriakan itu terdengar jelas. Napas Lusi naik turun tidak teratur.

“Kita ke luar dulu, ya.” David memberi saran sambil memapah sang istri. “Muka kamu kelihatan pucat.”

Lusi mencengkeram tangan David kuat, dengan jemari setengah bergetar. Lusi sudah berusaha untuk tenang, tapi, pertengkaran Liliana dan Nadine benar-benar mengoyak mental Lusi dan membangkitkan kembali memori-memori yang sudah dia kubur dalam-dalam. “Aku takut banget penyakitku kambuh lagi, Pa.” air mata Lusi menggenang saat menatap David. “Kalau aku sakit, gimana nanti sama Vivian?”

David memeluk Lusi dan mengusap punggungnya perlahan, menenangkan. “Kamu pasti baik-baik saja, Sayang. Kamu pasti kuat. Aku sama Vivian akan selalu ada buat kamu.”

“Mama!” Vivian berlari kecil, sambil melambaikan tangan. Di belakangnya, ada Alvian dan Alvaro yang mengikuti, seolah sedang menjaga Vivian dari belakang agar tetap aman.

Cepat, Lusi melepaskan cengkeraman tangannya, tersenyum lebar. Lusi merentangkan tangan dan menunggu Vivian, setengah membungkuk. Jari-jari Lusi tak lagi gemetaran, begitu pula dengan napasnya yang mulai beraturan. Sekali lagi, kehadiran Vivian adalah obat paling mujarab di hidup Lusi. Jadi, Lusi memeluk anak itu erat-erat.

“Anak Mama yang paling cantik.” Lusi menggoyangkan tubuh Vivian ke kanan dan ke kiri. “Mama sayang banget sama kamu.”

Vivian tersenyum lebar. “Aku juga sayang Mama.” Vivian kemudian berbisik di telinga Lusi. “Mama juga cantik.”

Lusi tertular senyum Vivian. Benar, Lusi tak akan kalah dengan penyakitnya. Karena Vivian… akan datang seperti hari ini dan memeluknya erat-erat, menebarkan sinar mataharinya yang selalu terasa hangat.

***

Hari itu adalah hari pertama Haikal saat menghadiri acara keluarga Koeswandi. Perayaan imlek tahun 2019, sebelum Covid datang melanda. Hari di mana Haikal juga diperkenalkan secara resmi sebagai kekasih Nadine di depan keluarganya.

Haikal sangat bahagia sampai-sampai jantungnya berdegup kencang. Sebab Nadine, adalah cinta pertama Haikal. Mengambil hati gadis itu enggak mudah. Apalagi waktu itu, Haikal minder karena statusnya yang duda beranak satu. Namun, kata-kata Nadine waktu itu membuat Haikal sadar bahwa masa lalu bukanlah penghalang untuk takut dengan hari ini,

“Memangnya kenapa kalau kamu duda anak satu? Apa itu hal yang malu-maluin? Lagian, kamu juga bukannya ayah yang nggak bertanggung jawab.” Nadine menatap Haikal dengan mata jernihnya. “Sama kayak kamu yang nggak pernah masalahin masa laluku, aku juga sama. Dengan kamu, aku nggak ngerasa kalau kejadian di masa lalu itu sesuatu yang memalukan.”

Pada akhirnya, kesabaran Haikal membuahkan hasil yang menakjubkan. Haikal bisa mendapatkan Nadine sebagai kekasihnya. Sosok yang sejak kecil, hanya bisa Haikal lihat punggungnya dari belakang. Cinta pertama yang enggak Haikal bayangkan akan dia miliki.

“Kamu dateng kecepetan. Emang sengaja mau bantuin ngeluarin panggangan?” Nadine mengerling jail. Mata Nadine turun, melirik paperbag di tangan Haikal. “Ngapain pake bawa-bawa makanan segala?”

“Aku bawa ini bukan buat kamu, tapi buat Mama.” Haikal segera menyembunyikan paperbag itu ke belakang saat Nadine hendak mengambilnya.

Nadine terkekeh kecil. Dia melipat kedua tangannya di depan dada. “Siapa bilang kamu udah boleh panggil Mama? Emangnya udah direstuin?”

Sebelah alis Haikal terangkat naik. Dia tersenyum penuh percaya diri. “Kamu ngeraguin aku?” Haikal memajukan kepala. “Es balok kayak kamu aja bisa mencair, apalagi restu Mama.”

Nadine memutar bola mata, menahan senyum di bibirnya. Kemudian membuka pintu lebar-lebar. “Yaudah. Kalau begitu ayo masuk, calon mantu.”

Haikal tertawa mendengar godaan Nadine. Dan seperti yang Haikal duga, respon Mama Sarah sangat hangat dan ramah pada Haikal. Mata sipit beliau bahkan sampai memerah seperti akan menangis. Dia juga memeluk Haikal erat-erat.

“Kamu adalah pria pertama yang diajak Nadine ke rumah,” katanya, dengan nada bahagia. “Tolong, lindungi Nadine seperti kamu melindungi dirimu sendiri.”

Tidak. Untuk Nadine, Haikal bahkan rela jika harus menyerahkan nyawanya. 

“Tentu, Ma. Aku juga menghormati dan menjaga Nadine.” Haikal tersenyum tipis. “Bagiku, Nadine adalah perlabuhan terakhir di hidupku.”

Haikal pernah beberapa kali jatuh cinta. Namun, anehnya, cinta pertama Haikal adalah Nadine. Dan sekarang, gadis itu pula yang menjadi cinta terakhirnya. Dulu Haikal menikah karena mengikuti keinginan orangtuanya yang sakit parah. Haikal bersedia menikah dengan wanita pilihan Ayah. Meski tidak mencintainya, tapi Haikal menghormatinya dan memperlakukannya dengan baik. Haikal berusaha untuk menjadi suami yang baik. Sosok ayah yang baik pula untuk Nando. Namun, rupanya Tuhan lebih sayang dengan istrinya itu. Dia meninggal dengan senyum setelah melahirkan Nando.

Hampir sepuluh tahun, Haikal mendedikasikan seluruh hidupnya untuk Nando. Agar anak itu bisa tumbuh berkecukupan tanpa seorang ibu. Sampai akhirnya, Haikal bertemu lagi dengan Nadine. Debaran yang dia kira sudah mati, rupanya masih menyala untuk Nadine.

Haikal jatuh cinta tak hanya karena paras Nadine. Tapi juga pemikiran dan caranya memandang dunia. Haikal yang paling tahu saat terendah Nadine. Dan melihatnya bisa berdiri begitu tegak hari ini dengan segala pencapaiannya, membuat Haikal kagum. Haikal sangat memahami Nadine. Bahwa meskipun gadis itu terlihat kokoh tak tak tertembus dari luar, tetapi dia memiliki hati yang lembut.

Dengan Nadine, Haikal berani memimpikan kebahagiaan.

***

Pesta barbeque itu diadakan di belakang rumah. Ada suara gemericik dari air terjun buatan di sisi kiri. Haikal pernah dengar kalau ikan-ikan koi kesukaan Nadine tinggal di sana. Alat pemanggang sudah dinyalakan dan saudara-saudara Nadine berdatangan. Diantaranya adalah Liliana, Tedja dan si kembar. Juga ada pasangan Lusi dan David, beserta putri mereka yang manis, Vivian.

Semua anggota keluarga Koeswandi menyambut Haikal dengan ramah dan senyum bahagia, seolah Haikal adalah harta karun paling berharga. Liliana bahkan tak segan-segan untuk meminta Haikal menikahi Nadine esok hari, dan berkelakar kalau Nadine terus menua. Haikal menanggapinya dengan senyum.

Lihat selengkapnya