Nαhnu (Self Reflection)

Afida
Chapter #1

Awal

Bekas hujan masih membekas di bumi milik sang Khaliq. Dedaunan, rumput dan pohon tetap basah meski hujan sudah tak turun lagi. Wangi tanah basah mendominasi suasana yang sejuk nan damai di sore ini.

Gadis itu berlari kecil, membuat ujung kerudung panjangnya sedikit bergoyang.

"Ayla, jalan aja! Masih becek ini!" ucap gadis lainnya yang berada lumayan jauh di belakang gadis yang berlari kecil tadi.

Ayla, gadis manis nan mungil, tersenyum memandang sahabat di pondoknya itu. "Iya, tapi buruan. Nanti gak dapat antrian!" Ucap Ayla lembut sambil terus berlari kecil.

Sahabatnya hanya menggeleng melihat tingkah Ayla, ia hanya bisa berjalan hati-hati karena keadaan masih becek.

Laylatun Ulfa. Nama asli gadis yang lebih sering di panggil Ayla. Perawakannya yang baik, lembut dan ceria membuat ia di senangi banyak orang. Belum lagi, kelebihan otaknya yang masuk kategori cerdas ini, membuat ia menjadi salah satu santri yang tak bisa di abaikan.

Belum setengah tahun ia berada di pesantren barunya, Ayla telah menarik banyak perhatian orang. Entah itu Guru, teman seangkatan maupun kakak kelas.

Perasaan Ayla sangat senang setelah ia mulai berdiri di teras koperasi pondok.

"Setelah ini siapa yang nelpon? Masih lama gak?" tanya Ayla pada santriwati yang duluan mengantri di depannya.

Santriwati tersebut berbalik, mengalihkan perhatiannya dan fokus ke Ayla.

"Setelah ini aku kak, gak lama lagi kok!" ucapnya sopan. Ternyata ia adalah adik kelas Ayla.

"Kalo gitu, habis mu aku ya?" tanya Ayla.

Santriwati tersebut mengangguk sembari tersenyum, respon jawaban dari pertanyaan Ayla.

Hati Ayla berdegup kencang sambil menunggu gilirannya tiba. Ia sudah tak sabar menelpon sang ummi untuk meluapkan segala kerinduannya, yang sudah tertahan dua minggu ini.

"Hey! jahat kamu ninggalin aku di belakang!" ucap sang sahabat bernada bete, membuyarkan lamunan Ayla.

Ayla terkekeh kecil. "Maaf, Diva! Soalnya aku takut gak dapat antrian, hehe!" jawab Ayla tanpa dosa.

Sang sahabat yang bernama Diva, hanya cemberut melihat tingkah Ayla. Ia ingin marah, tapi tidak bisa. Ayla terlalu baik untuk di benci.

"Ya udah, aku tunggu sambil jajan dulu bentar! Mau nitip gak?" akhirnya rasa jengkel yang sempat melanda Diva redah.

"Enggak, makasih." ucap Ayla lembut sambil tersenyum.

Diva lalu meninggalkan Ayla yang sedang mengantri untuk menelpon.

"Kak, udah!" Ucapan adik kelas Ayla membuatnya terkejut. Ayla memang gampang terkejut.

Lihat selengkapnya