NAIK KASTA

Lestari Zulkarnain
Chapter #1

Chapter tanpa judul #1

Hari Sabtu tepat pukul satu siang, kami sampai di kediaman Tuan Khalil tepatnya rumah Tuan Khalil Al Fatih.

“Sini kamu!” perintah Mpok Atik, penyalur pembantu rumah tangga di Yayasan Baby Sitter yang berdomisili di kotaku. Karena terdesak kebutuhan dan juga berharap bisa melupakan mantan suami, aku pun mendaftar untuk menjadi Baby Sitter.

Setelah sebulan lalu mendaftar di Yayasan tersebut, akhirnya hari ini aku berangkat ke rumah calon majikan yakni di Kota Tangerang, Banten. Rupanya pekerjaan yang aku terima bukan sebagai pengasuh bayi, tetapi sebagai pengasuh orang tua yang mengalami stroke.


Dia membawaku kepada Nyonya Siska, yaitu menantu dari orang yang nanti akan aku rawat.

“Ini Nyonya, dia yang akan mengasuh ibu mertua Nyonya,” kata Mpok Atik memperkenalkanku dan menyerahkan amplop coklat berisi dokumen-dokumen milikku.

“Oke, saya terima, ini uangnya dan terimakasih,” ucap Nyonya Siska tanpa basa-basi. Wanita cantik dengan wajah tirus dan rambut tergerai panjang itu menyerahkan amplop putih. Aku rasa amplop itu berisi uang jasa untuk Mpok Atik. Wanita setengah baya itu menerima amplop tersebut dengan senyum semringah.

Setelah menerima amplop tersebut, Mbok Atik pamit ke Nyonya Siska dan juga kepadaku. Namun sebelum pergi, dia berpesan padaku agar bekerja dengan baik dan penuh tanggung jawab. Aku mengangguk, kemudian wanita itu berbalik dan kembali ke mobil travel yang dia cater untuk mengantar kami—para baby sitter kepada para majikan.

Nyonya Siska memandang ke arahku dari atas sampai ke bawah membuatku sedikit risih. Apakah ada yang salah denganku? Padahal aku menggunakan tunik berwana coklat muda celana model pensil serta jilbab pasmina.

“Siapa namamu?” tanyanya datar tanpa senyum.

“Insani Anugrah, Nyonya,” jawabku hormat karena dia adalah majikanku.

“Hem, nama yang bagus, berapa usiamu?” tanyanya lagi penuh selidik dengan pandangan tajam ke arahku.

“Dua puluh delapan tahun, Nyonya,” jawabku singkat. Sebenarnya dia tidak perlu menanyaiku, tinggal buka saja biodata yang dipegang dalam amplop coklat itu.

“Kenapa kamu mau bekerja sebagai pembantu?” tanya Nyonya Siska kemudian membuka amplop coklat yang berisi biodataku. Saat membaca bio data, mata Nyonya Siska melebar. “Wow, kamu lulusan D3 akuntansi dan berpengalaman di Perusahaan, lalu kenapa harus menjadi pembantu?” cecar Nyonya Siska penuh selidik. Aku menghela nafas panjang. Rasa nyeri itu kembali terasa tatkala mengingat mantan. “Dan kemana suamimu?” lanjutnya lagi. Belum sempat aku menjawab pertanyaannya, Nyonya Siska sudah mencecar dengan pertanyaan selanjutnya.

“Ehm karena keadaan, Nyonya. Saya terpaksa karena terdesak kebutuhan. Zaman sekarang, nyari kerja susah, sedangkan kebutuhan terus berjalan. Saya tidak mungkin mengandalkan orang tuaku terus. Kebetulan saya kenal dengan Mpok Atik dan saya mendaftar menjadi Baby Sitter. Hingga akhirnya saya berada disini. Dan soal suami, sebenarnya saya sudah tidak mau membicarakannya lagi. Saya sudah menguburnya dalam-dalam,” ucapku membuat dada ini sesak mengingat mantan suamiku. Mataku berkaca-kaca mengingat penghianatannya.

“Saya bercerai, Nyonya. Empat bulan yang lalu, dia lebih memilih janda beranak satu dan rela menceraikanku,” ucapku parau mengingat perlakuan Mas Prayit--mantan suamiku. Kuseka air mata agar tidak membanjir.

Lihat selengkapnya