NAIK KASTA

Lestari Zulkarnain
Chapter #3

Chapter tanpa judul #3


-------------

Nyonya Siska sepertinya telah kembali, deru mobilnya terdengar sedang diparkir. Aku bergegas menyambut mereka karena memang tugasku untuk mengurus mertuanya atau ibunda Tuan Khalil.

Aku menuju pintu depan, kulihat Tuan Khalil mendorong kursi roda tempat nyonya Rabiah duduk. Nampak seorang wanita tua yang hanya diam dengan mulut yang tidak normal. Sedikit menyon.

Apa itu Nyonya Rabiah? Meski sudah tua, guratan wajahnya menunjukkan bahwa sewaktu muda, beliau adalah wanita yang sangat cantik. Wajahnya oval dengan bibir tipis ditambah hidungnya yang mancung. Wajah khas Timur Tengah, dan wajah itu menurun ke putranya, Tuan Khalil Al Fatih.

Walah mbok kasihin ke aku dikit aja tuh hidung, biar ndak nyungsep kedalam, hehehe.

Nyonya Siska memberi kode agar aku segera mengambil alih kursi roda yang didorong Tuan Khalil.

“Sani, ini Nyonya Rabiah. Sekarang menjadi tanggung jawab kamu untuk mengurusnya!” perintah Nyonya Siska padaku. Kemudian dia mengambil kursi roda dari tangan Tuan Khalil dan menyerahkannya padaku. Aku mengambil alih, dan pamit untuk membawanya ke kamar.

Kasihan sekali Nyonya Rabiah, kira-kira udah berapa lama beliau sakit, bibirnya tidak normal dan menyon ke kanan, tangan kanan tidak berfungsi (jadinya cedal), kalau kakinya terlihat normal, tetapi tidak tahu apakah bisa jalan atau tidak.

Terlihat badannya juga tidak terawat, kurus dan bau. Bajunya sangat apek, dakinya banyak dan ini pampers dah penuh banget, berapa jam tidak dicopot.

Duh Gusti, anak-anaknya ini bagaimana, sih. Apakah tidak ada yang mengurus atau bagaimana, ya! Mereka tega sekali. Kaya raya tetapi tidak bisa mengurus orang tua.


Ah, sebaiknya aku mandikan dulu, sepertinya belum mandi.

“Nyonya, bagaimana jika aku mandikan? Nyonya belum mandi, kan?” tanyaku pada perempuan yang aku rawat itu. Namun, dia tidak menjawab, bahkan hanya sekedar mengangguk pun tidak. Tatapannya kosong.

“Maaf ya, Nyonya, Nyonya akan saya mandikan, saya tidak mau tidur dengan orang yang terlihat jorok dan bau. Juga agar Nyonya lebih segar dan cantik. Nyonya kan aslinya sangat cantik, seperti ehm, orang Arab, Hehehe. Saat ini Nyonya terlihat kumal, kucel, dan bau,” ucapku. Nyonya Rabiah tetap tidak bergeming. Ia masih diam tanpa ekspresi membuatku bingung. Namun karena tanggung jawabku mengurusnya, mau tidak mau aku harus memandikannya dan yang terpenting sudah izin.


Aku ke kamar mandi dan mempersiapkan keperluan mandinya.

Kupersiapkan kursi untuk duduk di kamar mandi. Untung ada yang khusus air panas, jadi aku tak perlu ke dapur. Kebetulan aku juga sudah pengalaman mengurus orang seperti Nyonya Rabiah. Dulu aku yang mengurus nenekku saat terkena stroke.

Kudorong kursi roda yang diduduki oleh Nyonya Rabiah menuju ke kamar mandi, lalu aku angkat perlahan lalu aku dudukkan di kursi khusus untuk mandi. Kakinya tidak begitu lumpuh, tadi sempat bergerak, artinya masih ada harapan pulih.


Kubuka bajunya satu per satu tak lupa juga pampers yang ia pakai. (Ini bukan porno yah)

Lihat selengkapnya