Nak, Jangan Jadi Guru

Ridar Kurnia Pratama
Chapter #8

Writing

"Sya, elo nulis tentang siapa tadi?" Jenii menghampirinya sambil menarik bangku terdekat ke arah Keshya.

"Eh Jen," balas Keshya sambil menengok ke samping dan menyandarkan dirinya ke bangku.

"Gua liat-liat abis pelajaran English ko murung banget sih lo?" tanya Jeni seraya mendekatkan wajahnya ke arah Keshya.

Keshya reflek menggeserkan kepalanya menghindari tatapan Jeni.

"Nulis tentang dia?" Jenii bertanya penasaran.

"Ngg, ngg, ngga ko Jen," jawab Keshya terbata-bata.

"Ya ampun Syaaa, masih kepikiran juga?" terdengar suara gebrakan dari meja Keshya.

Keshya mencoba menahan tangan Jenii agar tidak mengulanginya lagi sambil melemparkan pandangan sekaligus senyuman ke arah sekitar.

"Jeeennnniiiiiii," ucap Keshya dengan sedikit melengking. Keshya menarik Jenii keluar kelas dan mengajaknya ke kantin.

"Ya ampun Jenii elo tuh yaa jangan ungkit-ungkit lagi yang lalu dong, apalagi di kelass kan ga enak sama anak-anak," Keshya memegang erat tangan Jeni seraya jalan ke kantin.

"Ga enak sama anak-anak apa ga enak sama Bayu Sya?" Jeni tertawa kecil

"Buuu indomie 2 yaaa, biasa," Keshya tersenyum seraya memesan makan siang tetapi jarinya menyubit kecil tangan Jenii.

"Sya ya Allah betah banget itu 2 jari antek-antek elu di tangan gua dah," ucap Jeni seraya menunjuk cubitan Keshya.

"Lo itu emang nyebelin ya Jen," Keshya menyudahi cubitannya.

"Tapi sayang kan? ahahaha" Keshya hanya geleng-geleng.

"Sya ini elo nraktir gua? ya ampuuuun Syaaa gampang banget yaa biar bisa ditraktir elo, tinggal bikin kesel ajja ahahaha," Jeni nampak puas sekali

"Elo juga Jen, gampang banget lupa yaakaaaannn," Keshya mencoba membalikkan kata-kata Jeni.

"Iyaaa sih Syaaa kaya siapa yaaaaaa," Jeni mengembalikan keadaan.

Keshya hanya menggaruk-garukkan rambut dan menatap ke kantin berharap pesanan mie instannya lekas datang.

"Jadi gimana Sya?" tanya Jeni

"Tuh Jen, dateng mienya." Keshya menunjuk ke arah Ibu siti

"Makasih yaaa Ibu syaaantiiiik," ucap Jeni seraya mengedipkan matanya lebih cepat.

"Terima kasih Ibu," ucap sopan Keshya

"Tuh neng Jeni, neng Keshya mah meuni balageur pisan ka kabehan teh," ucap bu Siti menimpali

"Muhun Ibu geulis da abdi mah naon atuuh, ngan ukur rengginang na kaleng Khong Guan." mereka bertiga pun tertawa lepas.

"Thanks ya Jen, gua tau sih meski elo nyebelin tapi elo peduli sama gue," Keshya menurunkan nada bicaranya. Jeni hanya berdehem karena masih mengunyah mienya seolah baru pertama kali merasakan nikmatnya indomie ayam bawang.

"Jeeeeennn ih kan gua ngomong sama elooo," ucap Keshya.

Jeni mengisyaratkan untuk menunggu seraya menunjukkan telapak tangannya dan meminum es teh manisnya.

"Iyaaa Sya jelas lah gua mah, bermuka dua ahahahaha" ucap Jeni.

Mereka pun melanjutkan pembicaraan mereka, Jeni tahu Keshya. Keshya percaya Jeni.

"Ya gue ga tau ajja mau nulis apalagi Jen, kan harus pake simple past and past continuous ya apalagi coba yang relate sama kehidupan gua selain you know lah." Keshya mulai bercerita.

"Yeee kan combine Syaa, ga cuma past, tapi juga present perfect and present perfect continuous. Ngapa jadi pinteran gua dah?" Jeni membanggakan dirinya seraya tertawa jahat.

"Lagi baper kali gua Jen." Keshya menurunkan volumenya dan menyeruput es tehnya.

Jeni seraya mengarahkan pandangannya pada Keshya melepaskan sendok dan garpu dari genggamannya

"one more glass of ice tea" Jeni mengangkat gelas es tehnya.

"And you know

I'm the first to say that I'm not perfect

Lihat selengkapnya