Nak, Jangan Jadi Guru

Ridar Kurnia Pratama
Chapter #10

Sekolah Dasar

Langkah Dado dan Zahra beriringan satu sama lain, saat ini Dado lebih unggul, memaksa Zahra berjalan lebih cepat. Saat Zahra hampir berlari Dado berdehem, Zahra pun kembali berjalan, tapi Dado lengah. Ia tersandung hampir jatuh, Zahra mendahului.

Sambil meniup priwitnya, Pak Dadang mengangkat tangan kanannya ke atas menandakan persaingan Dado dan Zahra telah selesai dan ditemukan pemenangnya. "Selamat pada Zahra karena berhasil menempati posisi pertama mengalahkan rivalnya Dado." Ucap Pak Dadang bak komentar Moto GP sambil mengangkat tangan kiri Zahra ke atas.

Dado hanya berjalan lesu sambil melihat Zahra melompat kegirangan disambut tepuk tangan Pak Dadang yang meriah.

"Total kemenangan saat ini seimbang, Zahra berhasil menyusun kemenangannya yang kelima seperti Dado." ujar pak Dadang sambil membaca buku catatan kecilnya.

Zahra dan Dado hampir setiap hari selalu datang lebih awal dibanding teman-temannya, sehingga Pak Dadang hafal sekali kebiasaan mereka tiap paginya.

"Makasih ya Pak." Ucap mereka bersamaan.

"SIAP!" jawab Pak Dadang sambil memberi hormat.

Mereka pun kembali berjalan beriringan ke kelas tanpa perlu bersaing lagi.

Kelas Dado di 3A terletak lebih dekat dari gerbang utama sekolah sehingga ia dapat lebih cepat menuju kelasnya. Sedangkan Zahra harus berjalan melewati 2 kelas, 3B dan 3C dan mading sekolah sebelum tiba di kelas 3D. Namun, sebelum ke kelas, Zahra terbiasa untuk mengunjungi mading sekolah, melihat-lihat mungkin ada informasi baru di mading atau pun kalau tidak ada ia akan tetap mengunjungi mading sekolah hanya untuk mengagumi indahnya design mading yang dibuat oleh kelas 5 dan kelas 6 dan guru pengampu mading serta wali kelas masing-masing sambil menyusuri secara perlahan informasi-informasi yang berada di mading berharap ada hal yang ia lewatkan kemarin.

Semenjak berbeda kelas dengan Dado, Zahra mencari aktivitas lain selain menunggu di kelas sendirian dan tidak melakukan apapun. Ia terbiasa berkeliling sekolah, duduk di pinggir lapangan, ataupun sesekali mengunjungi perpustakaan yang ia harap sudah dibuka lebih awal, tetapi favoritnya sampai saat ini adalah mengunjungi mading dan menandakan hari keberuntungannya.

Hari ini adalah hari keberuntungannya, tiap Kamis, kelanjutan cerita bersambung selalui diperbaharui, sehingga ia menghabiskan waktu lebih lama di depan mading untuk membaca cerbung dan menaruh tasnya di lantai. Dado yang sudah hafal bahwasannya jadwal update mading adalah hari Selasa untuk cerpen baru dan Kamis untuk kelanjutan cerbung, selalu menghampiri Zahra untuk mengecek kondisinya, mengajaknya ngobrol atau hanya sekedar memantau Zahra dari jauh.

Dado diberi amanah oleh Ibunya untuk mengawasi Zahra selepas kepindahannya dari sekolah swasta yang telah ia lewati dari TK sampai SD kelas 1. Ibunya Dado diamanahi oleh Ibunya Zahra agar Zahra berada dalam pantauan Dado selagi Zahra beradaptasi dengan lingkungan baru karena Ibunya Zahra khawatir kalau ia akan sulit mendapatkan teman. Ditambah kelas 3 ini adalah kali pertama Zahra berbeda kelas dengan Dado. Padahal Dado tahu sekali bahwasannya Zahra tidak kesulitan mendapat teman saat pertama kali tiba di sekolah.

Lihat selengkapnya