Naka Wulang

Ntalagewang
Chapter #3

Teman Sebangku

Minuman dalam mulut Wulan hampir saja menyembur mengenai wajah Ayu, ketika Ayu datang ke rumah Wulan dan memberitahu Wulan jika Naka akan satu Sekolah dengannya.

"Oh tidak! jangan sampai dia satu kelas juga denganku." Katanya. Selama 6 tahun di Sekolah Dasar, mereka selalu satu kelas, dia tidak bisa membayangkan jika mereka akan berada di kelas yang sama lagi. Jangan sampai. Harapnya.

Wulan meletakan gelas minumnya di meja, lalu membereskan piring bekas dia pakai untuk sarapan. Dia mencuci gelas dan piringnya sambil mendengarkan cerita Ayu tentang pria yang dia sukai. Wulan mendengar tetapi tidak terlalu fokus, karena dia masih mencemaskan Naka yang akan satu Sekolah dengannya.

"Aku sudah melakukan seperti saranmu. Kira-kira, apakah akan berhasil?" tanya Ayu. Sebelumnya, Wulan memberikan saran pada Ayu, apa yang harus Ayu lakukan supaya dia bisa dekat dengan orang yang dia sukai. "Kau memang paling jago kalau soal masalah percintaan. Tetapi, bagaimana dengan perasaanmu pada Dion? Sampai sekarang tidak ada kemajuan sama sekali."

"Dion?" dia tertawa pelan. "Aku hanya mengangguminya, bukan menyukainya." Wulan mendesah. Berita tentang dia menyukai Dion sudah menjadi rahasia umum, dia mengetahuinya dan tidak mau ambil pusing.

Ayu menyeringai mendengar jawaban Wulan.

"Lalu, siapa yang kau suka?" tanyanya dengan wajah menggoda. "Apakah ada orang lain yang tidak kau ceritakan padaku?" Ia begitu penasaran. Rasanya tak mungkin dia tidak tau siapa yang Wulan sukai, mereka sudah berteman sejak kecil.

Wulan menoleh sebentar melihat Ayu, kemudian dia kembali melanjutkan pekerjaannya tanpa menjawab pertanyaan Ayu. Setelah selesai mencuci piring dan gelas, dia melap tangannya lalu mengajak Ayu untuk berangkat ke Sekolah.

Wulan menggendong ransel hitamnya, dia mengunci pintu rumah dan berangkat bersama Ayu. Kedua gadis itu berjalan kaki menuju Sekolah, berjalan kaki ke Sekolah bisa di tempuh sekitar 30-45 menit. Cuaca yang dingin dan pemandangan sawah serta bukit-bukit kecil membuat perjalanan ke sekolah seperti sedang bertamasya. Tak hanya Wulan dan Ayu, ada banyak siswa dari Sekolah lain yang lebih memilih jalan kaki di bandingkan naik angkutan umum.

Dari arah belakang terdengar suara motor yang meraung-raung. Tanpa menoleh mereka sudah bisa menebak siapa pemilik suara motor itu. pemilik motor RX-King itu menepi di dekat Wulan dan Ayu.

"Ayo." Ajaknya. Sudah biasa Dion menawarkan tumpangan, mereka juga sering bonceng tiga. Tumpangan gratis tidak boleh di tolak, Ayu langsung bersiap, dia mengangkat sedikit rok nya untuk naik ke motor Dion dan Dion memindahkan ransel sekolahnya ke depan. Ayu sudah naik dan saat giliran Wulan hendak naik, suara motor di iringi dengan klakson beberapa kali terdengar. Wulan menoleh dan melihat seorang pria mengendari motor sport warna merah.

Pengendara motor sport berhenti di belakang motor Dion. "Kalian bertiga? sini, satunya bonceng sama aku."Katanya.

Wulan deg-deg an kalau dia harus boncengan dengan Naka, dia juga tidak mungkin meminta Ayu untuk turun lagi dari motor Dion dan memang paling pas jika Wulan sama Naka karena mereka satu sekolah. Tapi, Wulan merasa dia tidak akan menyembunyikan perasaannya.

"Aku saja yang sama Naka." Teriak Ayu, sembari turun dari motor Dion. Dia memberik kode pada Wulan, dan membiarkan Wulan berangkat berdua dengan Dion. Wulan senang tetapi sedih juga, karena tidak bisa berangkat bersama Naka.

Wulan mengangguk dan naik ke motor Dion.

"Sudah siap?"

Lihat selengkapnya