Naka Wulang

Ntalagewang
Chapter #13

Pernyataan Cinta

Dion tenggelam dalam pikirannya. Setelah dia menjemput Wulan dan mengajaknya untuk makan bakso di samping kantor pos yang tak jauh dari sekolah mereka. Dia terus menundukan kepalanya menatap mangkok bakso yang belum dia sentuh.

Ada apa dengan Dion? Pikir Wulan. Wulan memanggil Dion sambil menuangkan kecap botol yang begitu sulit mengeluarkan isinya karena hanya di tusuk selobang paku. Sebelah tangan Wulan menggerakan tangan Dion sementara sebelah tangannya lagi memegang botol kecap yang belum mengeluarkan isinya.

"Kamu kenapa tiba-tiba diam? Apa karena aku minta makan bakso disini?" Tanya Wulan. Tempat yang mereka kunjungi salah satu tempat yang di sukai Wulan, namun tidak dengan Dion, dia suka makan Bakso di depan kantor DPR. Melihat tingakah Dion yang tiba-tiba diam seperti itu membuatnya tak nyaman. "Kita pulang saja." Wulan meletakan botol kecap di samping baksonya. Tanpa mengatakan apapun Dion mengambil kecap di samping Wulan dan membantu menuangkan kecapnya.

"Makan dulu baru kita pulang." Kata Dion.

"Kamu lagi ada masalah?" Tanya Wulan. Dia ingat sebelumnya Dion bilang ingin mengatakan sesuatu padanya. "Ceritakan padaku. Rasanya aneh melihatmu tiba-tiba murung seperti ini."

"Sebaiknya kita makan dulu." Dion mulai meracik saos dan kecap di mangkok baksonya. Selama makan raut wajah Dion terlihat tidak tenang, ia begitu gelisan memikirkan jawaban yang akan dia terima saat dia mengatakannya pada Wulan. Dia tau Wulan menyukai dan mengaguminya, namun dia juga takut jika Wulan menolak pernyataan cintanya. Mengungkapkan perasaan pada gadis yang sejaklama menjadi sahabatnya tidaklah muda.

"Dion?" Panggil Wulan lagi. Karena Dion hanya mengaduk-aduk Baksonya dan tidak menikmatinya. "Kamu kenapa? Kamu sakit?" Wulan meletakan sendok dan garpunya, dia jadi tak selera makan.

"Tidak apa-apa."

"Tidak perlu berpura-pura. Aku tau, kamu pasti lagi ada masalah. Ayo cerita." Wulan mendorong mangkok baksonya, lalu meletakan kedua tangannya di atas meja. Dia menatap lekat kearah Dion.

Dion menarik napas berat, begitu sulit dan takutnya dia untuk mengutarakan kalimat yang sudah tersusun rapi di kepalanya.

"Aku suka sama kamu Wulan." Hanya itu yang keluar dari mulutnya, dia bahkan tak berani untuk menatap Wulan.

Wulan terkekeh menggoda Dion.

"Aku juga suka sama kamu. Semua orang juga sudah tau itu..." Wulan tertawa. Lalu melanjutkan. "Kita berteman baik sejak kecil sampai sekarang, segala hal yang kau berikan padaku membuatku bersyukur karena aku memiliki seorang sahabat sepertimu."

"Rasa suka ku bukan sebagai seorang sahabat. Aku menyukaimu Wulan, aku mencintaimu."

Wulan mematung, tatapannya kosong, dia tidak tau kalimat itu akan meluncur dari mulut Dion.

"Sejak kapan? Sejak kapan kau memiliki perasaan itu?" Tanya Wulan.

"Sejak kita SMP. Selama itu aku menahannya Wulan, agar hubungan pertemanan kita tidak hancur. Namun, sesuatu semakin mengganjal dalam hatiku, aku takut jika kau bersama pria lain."

Lihat selengkapnya