Naka Wulang

Ntalagewang
Chapter #14

Pajak Jadian

Jarum jam sudah menunjukan pukul 6.30 pagi, namun langit tamoak mendung, kabut-kabut tebal turun memenuhi jalanan, padahal saat itu sedang tidak turun hujan. Cuaca di Kota Ruteng memang sering seperti ini. Di depan rumah Wulan sudah ada Dion yang duduk diatas motornya, dia menggunakan jaket untuk melindungi tubuhnya dari dinginnya Kota saat itu. Tak lama Wulan keluar dari Rumah sambil membawakan segelas air jahe untuk Dion.

"Lumayan untuk menghangatkan badan." Kata Wulan. Wulan memang selalu menawarkan makanan ataupun minuman kepada teman-temanya.

"Seandainya saja..." Kata Dion sambil menerima minuman itu dari tangan Wulan. Tampaknya Dion masih belum menerima jika Wulan menolak pernyataan cintanya. Dion meneguk minumannya sampai habis, dan mengembalikan gelasnya pada Wulan.

Wulan menerimanya dan meletakan gelas itu di meja teras rumahnya, setelah itu dia kembali menghampiri Dion.

"Tunggu Ayu dulu." Kata Wulan, pagi tadi dia sudah teriak-teriakan sama Ayu untuk berangkat Sekolah bareng. Wulan pergi ke depan rumah Ayu dan berteraik memanggil nama sahabatnya itu. Tak lama Ayu keluar dari rumahnya sambil memakai jaket olahraganya, kebetulan pelajaran pertamanya pagi itu adalah pelajaran olahraga, jadi dia langsung memakai pakaian olahraga dari rumahnya.

Saat boncengan, Ayu berada di tengah dan Wulan di belakang karena dia memakai rok. Orang-orang yang melihat mereka sudah terbiasa melihat mereka bertiga bonceng tiga.

Selama perjalanan ke Sekolah semuanya tetap terlihat sama, mereka masih ngobrol seperti biasa, Ayu pun tidak tau kalau di hari sebelumnya Dion mengungkapkan perasaannya pada Wulan dan di tolak.

Mereka tiba di depan Sekolah Dion, Wulan sengaja minta turun disana saja, daripada Dion harus menyebrang lagi. Beberapa pasanga mata secara sembunyi-sembunyi menatap kearah mereka bertiga.

Wulan menyebrang jalan, berbarengan dengan Motor Naka yang berbelok menuju gerbang sekolah. Naka melewatinya begitu saja, biasanya dia selalu berteriak memanggil nama Wulan atau sekedar klakson. Wulan tidak begitu memikirkannya, dia mencoba untuk menjalani hari-harinya, seperti saat Naka tidak ada di dekatnya. Memang tidak mudah, tetapi dia akan mencoba walaupun dia ingin berhubungan baik seperti dulu dengan Naka, tetapi ucapan orang-orang di sekitarnya sungguh menyakiti hatinya.

Apakah aku memang tak selayak itu untuk Naka?

Wulan tiba di kelas lebih awal, dia terdiam sebentar menatap meja Naka, sebelum dia kembali menggerakan langkahnya menuju meja Yani. Dia akan tetap bertukar tempat duduk entah sampai kapan.

Dia meletakan tasnya di meja lalu menarik bangkunya, teman sebangku Yani langsung menoleh.

"Mau sampai kapan bertukar tempat seperti ini?" Tanyanya. Raut wajahnya tampak tak suka jika Wulan masih duduk disana. Baginya Wulan adalah orang baru, berbeda dengan Yani yang saat SMP pernah sekelas dengannya.

Wulan tidak menjawabnya, karena dia sendiripun tidak tau.

Lihat selengkapnya