Saat jam istirahat tiba, Wulan dan Yani pergi ke kantin. Suasana kantin saat itu sangat ramai. Wulan menatap Yani dan membujuk Yani agar dia saja yang mengantri untuk membeli jajanan.
"Tapi kamu yang traktir yah .. " kata Yani. "Pajak jadian." Lanjutnya lagi.
"Iya." Jawab Wulan, dia mengiyakan karena dia malas ngantri, walaupun dia melihat menu siang itu banyak menu baru.
"Berapa?" tanya Yani, dia menanyakan nominal yang akan dia terima.
"Lima Ribu."
"Baiklah." Dia mengulurkan tangannya untuk menerima uang dua puluh ribu dari Wulan. "Jatahku Sepuluh Ribu yah."
"Matamu!!! kamu mau antar jemput aku setiap hari?"
"Sudah ada Dion, jadi semuanya aman."
"Jangan lupa kembaliannya. Aku tunggu di kelas." Wulan kembali ke kelas lebih dulu. Saat jam istirahat hanya ada beberapa siswa saja yang berada di kelas, mereka tidak keluar karena memilih untuk tidur. Salah satunya adalah Naka. Naka tidur di mejanya dengan menutupi kepalanya pakai jaketnya.
Melihat Naka berada di dalam kelas, Wulan memutar kembali langkahnya. Dia memilih untuk pergi ke kelas sebelah, disana dia mempunya seorag teman saat SMP.
"Hei Wulan." Salah seorang siswi memanggil Wulan, dia melambaikan tangannya ketika Wulan terlihat di ambang pintu kelas. Wulan masuk ke dalam kelas, dia menarik salah satu bangku kosong dan duduk di samping temannya itu.
"Kamu tidak pergi ke kantin?"
"Aku meminta temanku untuk membelikan jajanan. Aku sedang haid dan bocor." Bisiknya pelan.
"Kamu tidak mau pulang saja?" Tanya Wulan.
"Nanti saja. Soalnya rok ku sudah kena bocorannya." Dia terkekeh.
"Mau pakai jaketku dulu? Aku juga punya pembalut di tas."
Ucapan Wulan seperti memberikan secercah harapan pada siswi itu, rupanya sejaktadi dia memang sedang mencari pembalut. Untung saja Wulan menyimpan pembalut. Wulan berdiri dari tempat duduknya dan kembali ke kelas untuk mengambil jaket dan pembalut. Setibanya di kelas, dia mendapati Naka masih tidur di mejanya.
Wulan melangkah pelan ke mejanya, membuka tasnya perlahan dan mengeluarkan sebuah pembalut.
"Wulan, kamu bawa buku Sastra tidak?" Nell berteriak sambil melongokan sedikit kepalanya di pintu. "Kalau bawa, boleh di pinjamkan untuk temanku?" Tanya Nell lagi. Di belakang Nell muncul kepala seorang gadis.
"Aku tidak membawanya." Kata Wulan.
Dia melangkah ke arah pintu sambil membawakan jaket dan pembalut.