Wulan duduk menyilangkan kaki di depan Televisi, menyaksikan VJ Favoritnya dan menanti dengan tidak sabar pengumuman chart MTV Ampuh minggu itu.
"Ya Tuhan Wen!!! Darimana kamu? Kenapa bajumu kotor seperti itu?" Baju kaos yang di pakai Wen penuh lumpur, seluruh tubuhnya juga berlumpur. "Kamu jatuh di sawah?" Melihat pemandangan itu, Wulan langsung menyeret Wen ke kamar mandi. Di mengoceh karena Wen sudah mengotori lantai yang sudah dia pel dan juga dia akan bekerja keras mencuci baju kotor Wen.
"Aku di dorong Kak Nandi ke sawah."
"Kenapa dia dorong? Kamu ganggu dia?" Tanya Wulan.
Wen belum menjawab ketika terdengar suara Nandi menyahut dari luar.
"Aku tidak mendorongnya. Tadi dia sendiri yang minta naik kerbau yang mau bajak sawah. Aku sudah bilang jangan naik kerbau, tetapi dia terus memaksa." Nandi tidak suka di salahkan seperti itu, jadi dia langsung melakukan pembelaan, begitu juga dengan Wen. Karena Nandi tidak mengaku, Wen menangis dan terus mengatakan pada Wulan kalau dia sengaja di dorong oleh Nandi.
Wulan menenangkan Wen dan menyuruh Nandi untuk diam. Wen tidak akan berhenti menangis jika Nandi terus menegaskan kalau bukan dia yang mendorong Wen.
Dengan suara yang lirih, akhirnya Wen mengaku pada Wulan kalau apa yang di katakan Nandi benar, dia sendiri yang minta naik ke punggung kerbau dan jatuh karena tidak seimbang, Wen mengaku setelah Wulan mengatakan beberapa hal tentang kejujuran.
Wen sudah selesai mandi dan Wulan juga sudah membersihkan lantai yang kotor. Dia kembali duduk di depan Televisi. Wulan kembali terkejut, saat Ira datang ke rumahnya sambil menangis. Ujung bibirnya berdarah, rambut merahnya berantakan dan terlihat dengan jelas ada bagian rambut Ira yang di potong pendek dengan paksa, seperti hendak di gunduli.
Ira mendekat dan memeluk Wulan. Saat itulah Wulan juga melihat bagian belakang baju Ira sobek.
"Ira, kamu kenapa?" Wulan mengusap-usap punggung Ira, lalu mengusap kepalanya. Dia terkejut menyadari ada benjolan dan sesuatu yang basah disana. Wulan menyentuh perlahan dan menyadari jika kepala Ira terluka. Apa yang terjadi pada Ira?
Dia seperti mendapatkan jawabannya, ketika mendengar suara seorang pria berteriak sambil memanggil-manggil nama Ira. Pria itu adalah Ayahnya Ira yang sedang mabuk.
Wulan membawa Ira kedalam kamarnya sebelum dia pergi ke depan rumah. Dia melihat Ayahnya Ira berjalan sempoyongan dengan kaki pincang, dia membawa rotan sambil memaki Ira.
Wulan begitu prihatin dengan keadaan Ira, karena memiliki Ayah seperti itu. Wulan tidak bisa membayangkan jika dia yang menjalani kehidupan seperti Ira, dia tidak akan sanggup.
Ayahnya Ira berhenti di depan rumah Wulan, dia bertanya pada Wulan, apakah dia melihat Ira atau tidak. Wulan harus berbohong, jika tidak Ira bisa di habisi oleh Ayahnya.
Dari dalam rumah, Ira mendengar obrolan antara Ayahnya dan Wulan. Di dalam Ira begitu cemas, takut Ayahnya akan melakukan hal yang buruk pada Wulan, apalagi saat itu Ayahnya sedang mabuk.