Naka Wulang

Ntalagewang
Chapter #17

Lari Pagi

Jam tiga pagi, ponsel yang Wulan taroh di atas sebuuah meja kayu belajarnya berdering dan bergetar beriringan. Suara nada deringnya begitu kencang, membuat Wulan dan Ira bangun.

Wulan bergegas turun untuk mengambil ponselnya. Dia melihat nama yang tertera di layar kuning ponselnya itu. Ayu menelponnya setelah dia mengirimkan banyak pesan yang belum di balas oleh Wulan.

"Iya, aku sudah bangun. Aku siap-siap dulu." Katanya. Wulan melihat jam di ponselnya lalu menarik napas panjang. Semalam, mereka janji mau lari pagi. Sebenarnya Wulan tidak mau ikut, karena dia malas bangun terlalu pagi, udaranya dingin dan belum lagi jika nanti dalam perjalanan mereka di gonggong Anjing-anjing peliharaan warga.

"Kalian mau lari pagi?" Tanya Ira dengan suara paraunya. Dia meringis menahan sakit saat dia balik badan untuk melihat Wulan."Tidak takut Anjing, lari sepagi ini?" Ira yang sering keluar subuh saja takut sama Anjing, walaupun dia tidak berjalan kaki, tetap saja dia ngeri jika teman-temannya jalan kaki sepagi itu. Dia juga menatap heran kearah Wulan, biasanya Wulan tidak pernah mau pergi jika di ajak lari pagi.

"Sebenarnya aku tidak mau pergi. Tapi kamu dengar sendiri, tadi malam mereka terus memaksaku untuk ikut."

Rombongan lari pagi sudah ada di depan rumah Wulan. Ada Khian, Bia, Dion, Naka dan tiga orang teman mereka yang lain.

Mereka berbicara pelan agar tidak membuat orang-orang di sekitar kebangun. Mereka datang kesana untuk menjemput Ayu dan juga Wulan.

Wulan sudah siap dengan pakaian hangatnya, dia hendak keluar melalu pintu dapur ketika Ibunya memanggilnya. Wulan berpikir Ibunya akan melarang Wulan, tetapi Ibunya memanggil Wulan untuk menitipkan sesuatu.

"Belikan Kompiang di Toko Tarzan." Kata Ibunya sambil memberikan uang puluhan. Kompiang merupakan salah satu makanan khas Manggarai dan teman yang tepat untuk menikmati secangkir kopi panas atau teh. Setelah memberikan uang, Ibunya kembali menegaskan untuk membeli Kompiang di toko yang biasa Ibunya beli.

Wulan pamit pada Ibunya, dan berjalan ke pintu dapur. "Kalian berdua tidak dingin?" Tanya Wulan, saat mendapati Ayu dan Bia memakai celana trainning pendek, sementara dirinya memakai celana panjang. Sama seperti Bia dan Ayu, Naka dan yang lainnya juga memakai celana pendek dan lebih parahnya mereka tidak memakai jaket sama sekali.

"Kita mau lari pagi. Jadi tidak harus pakai jaket." Kata mereka.

Pagi itu, Wulan memakai celana olahraga dan jaket Olahraga Sekolahnya, karena dia tidak pernah lari pagi, jadi dia memakai pakaian olahraga yang ada.

Mereka berjalan dengan langkah cepat, meninggalkan rumah Wulan. Saat itu Dion langsung mengambil posisi jalan di samping Wulan. Wulan memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong jaketnya karena dia begitu kedinginan. Dia memang orang asli Kota Ruteng namun dia masih belum terbiasa dengan dinginnya Ruteng yang menusuk kulit.

"Kalau kamu tidak menggerakkan badanmu, kamu akan terus merasa dingin." Kata Dion.

Perlahan-lahan Wulan mengeluarkan kedua tangannya dan mulai menggerakkannya sesuai perintah Dion.

Lihat selengkapnya