Naka Wulang

Ntalagewang
Chapter #22

Kamu yang aku mau

"Apa perlu aku panggilkan Kak Aria? Dia adalah Mayoret terbaik kota Ruteng. Dia menampilkan kemampuannya saat dia sedang pentas. Apakah dia begitu populer? Tidak! Dia hanya sahabat dari orang populer. Jadi, kau tidak perlu pesimis seperti ini. Kau harus berjuang agar kau yang di pilih." Kata Bia.

Sama seperti hari-hari sebelumnya, mereka selalu mendatangi rumah Wulan dan bertukar cerita.

"Orang yang membicarakan kecantikan dan kepopuleran nya denganmu hanyalah orang-orang yang ingin menjatuhkanmu."

"Mulai besok aku akan sibuk latihan di Sekolah sampai akhir bulan ini selesai. Awal bulan mereka akan menentukan siapa yang terpilih dan bulan depan kami semua akan fokus untuk pementasan 17 Agustus." Katanya. Dia menghitung jadwalnya berlatih yang sangat singkat. Dia kembali meragukan dirinya sendiri.

"Kau mau kemana Ayu?" Tanya Bia ketika Ayu beranjak pergi darisana.

"Aku ingin mengecek sesuatu." Sahut Ayu. Dia berlari menuju ke rumahnya dan pergi ke kamar. Ayu membuka lemari lalu mengeluarkan sebuah Album foto yang sudah usang. Setelah itu dia pergi membawa album foto itu ke rumah Wulan.

"Apa itu?" Kedua temannya bertanya sambil menatap album usang yang di bawa Ayu. Keduanya merapat saat Ayu membuka Album itu.

Album tersebut penuh dengan foto-foto masa kecil mereka.

"Ingat ini?" Tanya Ayu sambil menunjukkan foto yang sudah berubah warna. "Ini saat kita memenangkan lomba nari antar SD di Motang Rua. Kau pasti ingat kalau kau adalah yang terbaik saat itu. Lalu ini ..." dia kembali menunjukkan foto yang lain.

Bia tertawa dengan mata berkaca-kaca. "Foto ini masih ada? Ini saat kita tampil di acara pesta komuni pertama bukan?" Tanya Bia.

"Betul! Kita hanya tampil bertiga."

Ayu menunjukan foto-foto mereka, semua foto itu menunjukkan kemampuan Wulan sebagai seorang penari hebat, dulu mereka sering mengikuti gerakan dari film India, gerakan dari telenovela Amigos x Siempre. Ada banyak sekali moment yang membuat Wulan mulai percaya dengan bakatnya saat itu.

"Kamu pasti bisa. Tidak ada hal yang perlu kamu ragukan dari dirimu sendiri."

Kepercayaan dirinya mulai tumbuh, dukungan dari sahabat-sahabatnya membuatnya yakin jika dia bisa menjadi Mayoret. Dia juga ingat apa yang di katakan Naka padanya, dia harus menunjukan pada orang yang memilihnya jika dia bisa melakukannya dengan baik.

Wulan masih asyik berbicara dengan kedua sahabatnya ketika dia mendapatkan pesan dari Ira. Saat ini Ira sudah berada di Labuan Bajo. Dia memilih untuk tinggal disana bersama saudara dari Mamanya. Tinggal dengan keluarga memang tidaklah mudah, tetapi mungkin saja pengalamannya saat di Labuan Bajo bisa membuat Ira berubah.

"Bagaimana keadaan Naka?" Tanya Ayu tiba-tiba. "Apakah dia sedih setelah seseorang menolak cintanya?"

Wulan menghela napas, ketika mereka membahasnya lagi? Hal itu membuat Wulan mengingat semua percakapannya dengan Naka. Baru saja dia memikirkan tentang Naka. Pria itu muncul di depan rumah.

"Anthonius! Kenapa kamu belum siap-siap juga?" Teriak Naka dari motornya.

"Memangnya mau kemana?" Dia bertanya sambil berpikir. Seingatnya dia tidak ada kegiatan di Sekah dan untuk latihan Mayoret besok sore. Tidak ada tugas juga yang harus di kerjakan berkelompok. "Mau kemana?"

"Rumahnya Yani. Katanya mau latihan dialog Bahasa Jerman."

"Hah?" Raut wajah Wulan bingung.

Lihat selengkapnya